Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas memperingatkan anggota parlemen Lebanon untuk menghadapi sanksi Uni Eropa, kalau tidak mengakhiri kebuntuan politik dan mengutamakan reformasi ekonomi.
Iklan
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan, anggota parlemen Lebanon harus mengakhiri kebuntuan politik di negara itu atau mengambil risiko sanksi dari Uni Eropa. Heiko Maas menyampaikan itu hari Rabu (04/08), bertepatan dengan satu tahun ledakan hebat di pelabuhan Beirut.
Lebanon saat ini masih belum pulih dari dampak ledakan pelabuhan Beirut pada Agustus tahun lalu yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menyebabkan kerugian miliaran dolar. Negara itu saat ini terjerumus ke dalam krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.
Pejabat Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri, bulan lalu mengundurkan diri setelah gagal membentuk pemerintahan baru, setelah sembilan bulan ditunjuk sebagai pejabat pemimpin pemerintahan sementara.
Uni Eropa akan tetap dukung masyarakat sipil
"Masih belum ada kemajuan apa pun dalam pembentukan pemerintah atau dalam pelaksanaan reformasi yang sangat dibutuhkan," kata Heiko Maas dalam sebuah pernyataan menandai peringatan satu tahun ledakan pelabuhan Beirut. "Mengingat situasi ekonomi yang memburuk secara dramatis, ini tidak bertanggung jawab," lanjutnya.
Iklan
Hari Jumat lalu (30/07), Uni Eropa menyepakati rancangan sanksi baru yang dapat menargetkan politisi Lebanon, jika belum terlihat kemajuan signifikan untuk mengakhiri kebuntuan politik.
Heiko Maas menegaskan, Uni Eropa akan terus "mempertahankan tekanan pada pembuat keputusan politik" di Lebanon. Namun, Menlu Jerman ini juga berjanji Uni Eropa akan terus mendukung masyarakat sipil Lebanon dan meningkatkan bantuan kemanusiaan, dengan mengatakan Jerman adalah donor bilateral terbesar kedua untuk negara itu.
Ledakan Mematikan di Beirut, Libanon
Sebuah ledakan dahsyat mengguncang ibukota Lebanon di Beirut, menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya. Rumah sakit kewalahan merawat pasien dan kekurangan pasokan darah.
Foto: Reuters/M. Azakir
Ledakan memicu kepanikan
Dua ledakan besar mengguncang Beirut dan daerah sekitarnya di ibukota Libanon, memicu kepanikan penduduk yang bergegas menuju ke tempat aman. "Saya belum pernah melihat bencana sebesar ini dalam hidup saya," kata Gubernur Beirut Marwan Abboud.
Foto: Reuters/M. Azakir
Terasa hingga ke pinggiran kota
Ledakan dahsyat yang berasal dari wilayah pelabuhan Beirut itu terasa hingga ke seluruh kota. Bahkan penduduk di pinggiran kota mendengar ledakan itu, beberapa mengatakan jendela mereka hancur akibat gelombang kejut dengan jangkauan yang sangat luas.
Foto: Reuters/K. Sokhn
Korban berjatuhan
Kementerian Kesehatan Libanon mengatakan setidaknya ratusan orang tewas dan lebih dari 4.000 lainnya terluka.
Foto: Reuters/M. Azakir
Stok amonium nitrat
Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian disinyalir menjadi penyebab insiden tersebut. "Tidak dapat diterima bahwa ada pengiriman 2.750 ton amonium nitrat yang tersimpan selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa adanya tindakan pencegahan (bagi situasi) yang membahayakan keselamatan warga," kata Diab.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Berlomba menyelamatkan korban
Lebih dari 30 tim Palang Merah dan banyak penduduk setempat membantu menyelamatkan para korban. Rumah sakit mengatakan kelebihan kapasitas dan kekurangan stok darah, dan membutuhkan generator agar listrik bisa tetap menyala.
Foto: picture-alliance/AA/H. Shbaro
Terdengar dan dirasakan hingga Siprus
Dahsyatnya ledakan yang mengguncang Beirut telah memicu guncangan berkekuatan 3,5 magnitudo, berdasarkan laporan dari pusat geosains Jerman, GFZ. Ledakan itu dilaporkan juga terdengar dan dirasakan oleh warga Siprus, yang berjarak sekitar 180 kilometer di seberang laut dari Beirut.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Melacak orang yang dicintai melalui media sosial
Jurnalis DW Bassel Aridi mengatakan orang-orang menggunakan media sosial untuk mencoba melacak orang yang mereka cintai setelah ledakan terjadi. Aridi juga mengunjungi rumah sakit di Beirut dan mengungkapkan "apa yang saya lihat di rumah sakit sangat dramatis. Semua rumah sakit mengumumkan bahwa mereka benar-benar kelebihan beban."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
Keadaan darurat selama dua minggu
Presiden Libanon Michel Aoun menetapkan keadaan darurat selama dua minggu di Beirut dan menyerukan pertemuan kabinet darurat hari Rabu (05/08).
Foto: Getty Images/AFP/STR
Libanon menghadapi dua pukulan
Ledakan dahsyat itu terjadi ketika Libanon tengah mengalami gejolak ekonomi yang parah, dengan banyak orang turun ke jalan dalam beberapa bulan terakhir untuk memrotes situasi ekonomi. Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan bahwa hari Rabu (05/08) akan menjadi hari berkabung nasional bagi para korban ledakan. (ha/hp)
Foto: Getty Images/D. Carde
9 foto1 | 9
Ekonomi terpuruk
Ledakan pada 4 Agustus 2020 dipicu oleh 2.700 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan selama bertahun-tahun tanpa diperhatikan faktor keamanannya. Tragedi itu terjadi di tengah krisis ekonomi terburuk yang menerjang Lebanon selama beberapa dekade yang menyebabkan kekurangan obat-obatan, listrik, dan bahan bakar.
Lebanon tahun lalu telah gagal membayar utang luar negerinya dan nilai mata uang lokalnya anjlok secara dramatis sampai 85% selama 12 bulan terakhir. Sebuah laporan Bank Dunia pada bulan Juli lalu mengatakan, krisis ekonomi Lebanon dapat digolongkan sebagai salah satu yang terburuk di dunia dalam hampir 150 tahun.
Para peneliti Bank Dunia memperkirakan, ekonomi Lebanon akan menyusut hampir 10% pada tahun 2021 dan memperingatkan masih "belum ada titik balik yang jelas di cakrawala."
"Tanggapan kebijakan oleh kepemimpinan Lebanon terhadap tantangan ini sangat tidak memadai," kata laporan Bank Dunia itu.