Angkatan Laut Cina Ikut Latihan Gabungan dengan TNI AL
28 Maret 2016
Armada Cina bertolak dari pelabuhan Qingdao menuju lepas pantai Indonesia untuk ikut latihan gabungan 16 negara bersama TNI Angkatan Laut.
Iklan
Sebuah kapal perang Cina meninggalkan pelabuhan Qingdao dan bertolak menuju lepas pantai Indonesia. Kapal itu akan ikut serta dalam latihan gabungan angatan laut dari 16 negara, termasuk Amerika Serikat dan Rusia.
Departeman Pertahanan Cina merilis berita partisipasi angkatan lautnya dalam latihan gabungan itu di situs resminya www.mod.gov.cn.
Kementerian Pertahanan Cina menerangkan, armadanya akan ikut dalam latihan gabungan di laut lepas berkaitan dengan penanggulangan bencana.
Kementerian Pertahanan di Beijing selanjutnya menerangkan, Menteri Pertahanan Cina Chang Wanquan segera berkunjung ke Vietnam menghadiri agenda pembicaraan tingkat tinggi. Cina dan Vietnam terlibat engketa wilayah di Laut Cina Selatan.
16 negara akan menggelar latihan gabungan yang dilaksanakan TNI Angkatan Luat sebagai tuan rumah. Latihan gabungan itu akan dimulai dari Padang dan pulau-pulau terdekat, mulai 12 April 2016.
Friksi militer gara-gara nelayan
Minggu yang lalu, Cina dan Indonesia sempat bersitegang setelah insiden di Kepulauan Natuna. Saat itu TNI AL menangkap sebuah perahu motor Cina yang melakukan penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia, atas permohonan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Ketika kapal pukat Cina itu akan ditarik menuju pelabuhan, tiba-tiba sebuah kapal penjaga pantai Cina menabraknya untuk mencegah kapal itu ditarik ke pelabuhan Indonesia.
Indonesia segera melayangkan nota protes. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Besar Cina di Jakarta, Sun Wei Die, untuk menyampaikan protes keras.
”Dalam pertemuan itu, kami nyatakan protes keras, dan sampaikan nota yang berisi sebagai berikut: pertama terdapat pelanggaran pasukan penjaga pantai Cina (coast guard) terhadap kedaulatan dan yuridiksi Indonesia di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen,” kata Menlu Retno Marsudi.
”Protes kedua adalah pelanggaran coast guard Tiongkok terhadap penegakan hukum yang dilakukan aparat Indonesia pada Zona Ekonomi Ekslusif dan landas kontinen,” lanjut dia.
”Ketiga, pelanggaran juga dilakukan coast guard Tiongkok pada kedaulatan laut teritorial Indonesia. Indonesia minta klarifikasi pada Pemerintah Tiongkok atas kejadiaan ini,” kata Menlu Retno Marsudi.
Saling Tikam Berebut Laut Cina Selatan
Konflik Laut Cina Selatan menjadi ujian terbesar Cina buat menjadi negara adidaya. Meski bersifat regional, konflik itu mendunia dan mengundang campur tangan pemain besar, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Bersekutu dengan Rusia
Cina sendirian dalam konflik seputar Kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan. Kecuali Rusia yang rutin menggelar latihan militer bersama (Gambar), negeri tirai bambu itu tidak banyak mendulang dukungan atas klaim teritorialnya. Terutama karena klaim Beijing bertentangan dengan hukum laut internasional.
Foto: picture-alliance/AP Images/Color China Photo/Z. Lei
David Versus Goliath
Secara umum Cina berhadapan dengan enam negara dalam konflik di Laut Cina Selatan, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina yang didukung Amerika Serikat. Dengan lihai Beijing menjauhkan aktor besar lain dari konflik, semisal India atau Indonesia. Laut Cina Selatan tergolong strategis karena merupakan salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia dan ditengarai kaya akan sumber daya alam.
Foto: DW
Diplomasi Beton
Ketika jalur diplomasi buntu, satu-satunya cara untuk mengokohkan klaim wilayah adalah dengan membangun sesuatu. Cara yang sama ditempuh Malaysia dalam konflik pulau Sipadan dan Ligitan dengan Indonesia. Berbeda dengan Malaysia, Cina lebih banyak memperkuat infrastruktur militer di pulau-pulau yang diklaimnya.
Foto: CSIS, IHS Jane's
Reaksi Filipina
Langkah serupa diterapkan Filipina. Negara kepulauan itu belakangan mulai rajin membangun di pulau-pulau yang diklaimnya, antara lain San Cay Reef (gambar). Beberapa pulau digunakan Manila untuk menempatkan kekuatan militer, kendati tidak semewah Cina yang sudah membangun bandar udara di kepulauan Spratly.
Foto: CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/DigitalGlobe
Di Bawah Naungan Paman Sam
Filipina boleh jadi adalah kekuatan militer terbesar selain Cina dalam konflik di perairan tersebut. Jika Beijing menggandeng Rusia, Filipina sejak dulu erat bertalian dengan Amerika Serikat. Secara rutin kedua negara menggelar latihan militer bersama. Terakhir kedua negara melakukan manuver terbesar dengan melibatkan lebih dari 1000 serdadu AS.
Foto: Reuters/E. De Castro
Indonesia Memantau
Indonesia pada dasarnya menolak klaim Cina, karena ikut melibas wilayah laut di sekitar kepulauan Natuna. Kendati tidak terlibat, TNI diperintahkan untuk sigap menghadapi konflik yang diyakini akan menjadi sumber malapetaka terbesar di Asia itu. Tahun lalu TNI mengerahkan semua kekuatan tempur milik Armada Barat untuk melakukan manuver perang di sekitar Natuna.
Foto: AFP/Getty Images/J. Kriswanto
Bersiap Menghadapi Perang
TNI juga membentuk Komando Operasi Khusus Gabungan untuk menangkal ancaman dari utara. Komando tersebut melibatkan lusinan kapal perang, tank tempur amfibi dan pesawat tempur jenis Sukhoi.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Indonesia Tolak Klaim Cina
Cina berupaya menjauhkan Indonesia dari konflik dengan mengakui kedaulatan RI di kepualuan Natuna dan meminta kesediaan Jakarta sebagai mediator. Walaupun begitu kapal perang Cina berulangkali dideteksi memasuki wilayah perairan Natuna tanpa koordinasi. Secara umum sikap kedua negara saling diwarnai kecurigaan, terutama setelah Presiden Jokowi mengatakan klaim Cina tidak memiliki dasar hukum
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
AS Tidak Tinggal Diam
Pertengahan Mei 2015 Kementrian Pertahanan AS mengumumkan pihaknya tengah menguji opsi mengirimkan kapal perang ke Laut Cina Selatan. Beberapa pengamat meyakini, Washington akan menggeser kekuatan lautnya ke Armada ketujuh di Pasifik demi menangkal ancaman dari Cina.