Setelah Jatuhnya Rezim Assad, Akankah Rezim Iran Menyusul?
Amir Soltanzadeh
17 Desember 2024
Bagi rakyat Iran, runtuhnya rezim Assad jadi sangat signifikan karena Suriah adalah salah satu pilar strategi regional rezim di Teheran.
Iklan
Runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah yang sangat mengejutkan, disambut optimis oleh banyak warga Iran, yang juga kecewa dengan rezim otoriter ulama di negara itu, yang melihat adanya kemiripan antara perjuangan rakyat Iran dengan rakyat Suriah.
Bagi rakyat Iran, jatuhnya Assad menjadi sangat signifikan, karena Suriah telah menjadi pilar strategi regional Teheran, yang melambangkan pengaruh geopolitik sekaligus model ketahanan otoriter bersama.
Dampak perkembangan di Suriah pun terasa di seluruh lanskap sosial dan politik Iran.
Tersingkirnya Assad membangkitkan harapan bagi warga Iran akan perubahan potensial di dalam negeri, terutama setelah penindasan brutal pemerintah Iran terhadap gerakan "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan" yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan dipenjara.
Situasi ini bahkan mendorong Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei untuk membuat pernyataan publik dengan mengatakan, "siapa pun yang analisis atau ucapannya melemahkan semangat rakyat, telah melakukan kejahatan dan akan ditindak. Ada yang melakukannya dari luar negeri menggunakan media berbahasa Persia, tetapi tidak seorang pun di dalam negeri boleh terlibat hal seperti ini," ujar Khamenei pekan lalu.
Pernyataannya itu menegaskan kekhawatiran rezim di Teheran akan efek domino, terutama karena jatuhnya Assad menunjukkan kerentanan rezim para Mullah yang melakukan represi terhadap perbedaan pendapat dan bergantung pada dukungan eksternal.
Penguasa di Iran kemungkinan khawatir bahwa faktor-faktor yang mendestabilisasi, seperti meluasnya kesulitan ekonomi dan berkurangnya aliansi regional, bisa menggema di dalam negeri dan mengancam stabilitas rezim.
Bendera Oposisi Suriah Berkibar di Moskow
00:39
Pendukung rezim 'terkejut'
Hossein Razzagh, aktivis dan mantan tahanan politik yang beberapa kali ditangkap sejak protes Gerakan Hijau pada 2009, meyakini kejatuhan Assad utamanya telah mengejutkan para pendukung garis keras Republik Islam.
Iklan
Para pendukung rezim ini, yang sering kali berasal dari keluarga elite rezim dan mereka yang memiliki hubungan dengan militer serta ulama, sangat bergantung pada kelangsungan kekuasaan rezim di Teheran, yang membuat mereka terguncang oleh hilangnya salah satu sekutu regional utamanya.
"Runtuhnya Assad telah membuat para pendukung garis keras rezim terkejut," kata Razzagh kepada DW, sambil menunjuk pada reaksi di antara keluarga mereka yang tewas berperang demi rezim di Suriah, yang dikenal di Iran sebagai "Pembela Makam Suci."
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Razzagh mengatakan, "situasi ini mengguncang mesin propaganda Republik Islam. Banyak pendukung garis kerasnya kini mempertanyakan apakah Iran sendiri berada di ambang kehancuran."
Aktivis politik Iran itu juga menambahkan, hilangnya kredibilitas rezim di mata pengikut paling loyalnya saat ini adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan jika harus dibandingkan dengan peristiwa seperti Gerakan Hijau 2009, protes bahan bakar 2019, atau jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines Penerbangan 752.
"Kondisi psikologis masyarakat sedemikian rupa sehingga percikan sekecil apa pun, baik itu kematian Khamenei atau kemunduran signifikan lainnya, bisa menandai awal dari berakhirnya rezim saat ini," katanya.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.
Foto: Iran's Foreign Ministry/WANA/REUTERS
11 foto1 | 11
Legitimasi terkikis dari dalam
Hassan Asadi Zeidabadi, aktivis politik yang berbasis di Teheran dan seorang advokat untuk memboikot pemilu, menekankan adanya peningkatan atas ketidakpuasan domestik terhadap ketidakmampuan dan korupsi di pemerintahan.
"Apa yang menyebabkan jatuhnya Assad adalah krisis legitimasi dan inkompetensi," ujarnya. "Hal yang sama juga berlaku untuk pemerintah Iran, yang semakin gagal memenuhi kebutuhan dasar warganya."
Zeidabadi menyoroti masalah seperti kelangkaan bahan bakar, pemadaman listrik, pembatasan internet, dan krisis polusi, dengan mengutip contoh terbaru seperti pemadaman listrik berkepanjangan di kota-kota besar dan tingkat polusi udara yang sangat tinggi di Teheran.
Krisis yang terus berlangsung ini telah memicu kemarahan publik, dan memperdalam ketidakpuasan terhadap pemerintah. Zeidabadi menunjuk pada kesamaan sejarah, dengan mengatakan, "Nasionalisasi minyak di Iran menginspirasi gerakan serupa di Mesir, sementara Gerakan Hijau pada 2009 berperan dalam memicu Arab Spring. Demikian juga, Arab Spring memengaruhi pemimpin Gerakan Hijau, yang akhirnya berujung pada tahanan rumah mereka."
Namun, ia juga berpendapat bahwa Iran tidak serta-merta mengikuti jalur Suriah. Ia juga menambahkan, "sementara dinamika geopolitik dan sejarah Timur Tengah menciptakan takdir yang saling terkait, ini tidak otomatis menempatkan Iran dalam efek domino."
Melawan Rasisme Lewat Kartun
Dari Turki, Iran hingga Belgia, kartunis dari seluruh dunia menjadikan karyanya sebagai sikap menentang diskriminasi ras.
Foto: -
Dunia penuh warna bagi semua
Dalam dunia penuh warna, beberapa orang selalu kalah. Ini yang digambarkan oleh kartunis Korea Selatan Young Sik Oh. Manusia belum berhasil memberantas rasisme yang merajalela. Diskriminasi tak hanya bagi orang berkulit gelap saja, namun kaum homoseksual, wanita atau pemeluk agama lain mengalaminya, tergantung lingkungan Anda di dunia.
Kamu bisa menggunakan lebih banyak warna
Kartun karya German Peer Wedderwille menampilkan dua burung hitam bertengger di dahan pohon, di atas lanskap hitam-putih yang suram. Sambil mengamati burung warna-warni di dahan seberangnya, burung hitam mengatakan pada burung pendatang dari visualnya saja sudah tidak sesuai.
Foto: -
Komponis rasis
“Ebony dan Ivory hidup bersama dalam harmoni yang sempurna, berdampingan di tuts pianoku, Ya Tuhan, kenapa kita tidak?” menirukan mantan personel The Beatle Paul McCartney dalam lagu terkenal “Ebony dan Ivory.” Kim Duchateau asal Belgia tentunya menanyakan hal yang sama pada dirinya saat menggambar kartun ini. Seorang pianis harus tahu, tanpa harmoni tuts hitam dan putih, hanya ada hiruk pikuk.
Ironi lagu kebangsaan Eropa
Lagu “Ode to Joy” dikenal di seluruh dunia: ditulis oleh penyair Friedrich Shciller, 1785, lalu Ludwig van Beethoven membuatnya jadi musik simfoni ke-9-nya. Telah jadi lagu resmi Uni Eropa sejak 1985. Kartun buronan yang terjebak dalam bar lagu menyerupai kawat berduri, kontras dengan kalimat “semua orang akan menjadi saudara,” menggambarkan perlakuan pengungsi di perbatasan Eropa.
Penyambutan bersyarat
Banyak alasan orang meninggalkan negaranya: perang, penindasan dan kemiskinan. Namun, pengungsi ini jarang diterima di negara lain. Mereka berusaha menuju “tanah yang menjanjikan” secara ilegal, berjalan kaki atau menggunakan perahu karet. Kartun Jan Tomaschoff menggambarkan negara yang katanya terbuka menerima pengungsi tetapi memilih-milih siapa yang layak datang.
Fasad sipil
Masyarakat demokratis dilarang bertindak rasis atau diskriminatif dalam konstitusi. Namun, beberapa orang yang terlihat “terhormat” menyembunyikan ide-ide sayap kanan di balik fasad manusia biasa, tergambar dalam kartun Bern Phlenz. Terlihat dalam kepala seorang peria berjas, ada pria lebih kecil dengan gaya skinhead, memegang tongkat bisbol, mengintip, seolah-olah matanya adalah lubang intip.
Foto: -
Kelompok rahasia yang rasis
Kartun karya Saaed Sadeghi, Iran, tampikan jejeran pensil, namun ada satu yang bertudung putih runcing lengkap dengan mata: merupakan pakaian Ku Klux Klan. Kelompok rahasia ini tidak terima kenyataan bahwa sistem perbudakan dihapuskan di AS setelah Perang Saudara Amerika (1861-1865). Anggotanya secara terencana memburu orang kulit hitam, yahudi, komunis dan homoseksual.
Penghormatan untuk Rosa Parks
Seniman AS Loren Fishman hormati ikon kulit hitam Amerika, Rosa Parks, dalam melawan segregasi ras. Dia ditangkap karena menolak menyerahkan kursinya di bus untuk penumpang kulit putih. Hampir 70 tahun, rasisme jadi isu utama di AS. Kartun ini, seorang perempuan kulit hitam berdiri di depan mesin cuci dengan pilihan mencuci warna dan putih, serta berpikir: “Persetan dengan ini…”
Hidup ini penuh warna
Keberagaman membuat hidup penuh warna. Kartunis Guido Kühn mengilustrasikan ini dalam “Gadis dengan Anting Mutiara” dari lukisan terkenal Johannes Vermeer. Di gambar ini, kecantikan “Mona Lisa dari Utara” terlihat dengan tiga perempuan lainnya tersenyum dengan warna kulit yang berbeda. Tulisan di bawahnya menjelaskan semuanya.
Foto: -
Pelukan yang utopis
Kartunis Turki, Burak Eergin, serukan toleransi yang lebih besar di masyarakat. Sementara rekaman polisi memukuli demonstran sering jadi berita utama. Dalam kartun ini, petugas polisi dan demonstran membawa bunga dan saling berpelukan. Namun, kenyataannya berbeda, kartun ini hanya keinginan utopis untuk keharmonisan.
Warna di dunia
Di Brasil, negara asal kartunis Freelah, ada istilah “warna etno”, begitu sebutnya. Orang dari berbagai negara telah menikah dengan penduduk asli di sini, dan orang Brasil dengan berbagai warna kulit merupakan kekayaan budaya negara itu. Namun rasisme terhadap orang kulit hitam atau gelap menjadi kebiasaan di sini.
Yin dan Yang
Rasisme mungkin tidak akan jadi masalah jika masyarakat menghayati prinsip Cina, yin dan yang: dua kekuatan berlawanan yang saling tarik menarik, namun tak ada yang lebih unggul satu sama lain. Mereka seimbang dan tidak terpisahkan sebagai dua bagian dari satu kesatuan, bersatu dalam harmoni. Kartunis Kuba, Miguel Moraloes dengan jelas menyerukan “katakan tidak pada rasisme.” (mh/hp)
12 foto1 | 12
Kekecewaan publik yang semakin mendalam terhadap rezim
Mehdi Mahmoudian, aktivis dan mantan tahanan politik, menyoroti kredibilitas dan efektivitas Republik Islam yang terus menurun. Hal ini ia kaitkan dengan kegagalan rezim yang terus berulang dalam menangani isu-isu domestik utama, dan hilangnya kepercayaan dari warga serta komunitas internasional.
Ia menekankan ketidakmampuan rezim untuk memenuhi janji-janji pemulihan ekonomi, atau menjaga pemerintahan yang konsisten, dan hanya memperdalam kekecewaan publik.
"Rezim telah kehilangan legitimasi dan kemampuannya untuk berfungsi semestinya," ujar Mahmoudian. "Runtuhnya Assad menegaskan betapa kecilnya pengaruh Teheran saat ini dalam negosiasi dengan Barat."
Mahmoudian mendesak pemerintah Barat untuk mengadopsi pendekatan yang lebih strategis dalam mendukung perubahan di Iran. "Fokus Barat sering kali hanya pada kepentingan ekonomi, dengan mengorbankan hak asasi manusia di Iran," ujarnya. Ia menganjurkan sanksi internasional yang lebih kuat yang menargetkan kepemimpinan rezim sambil melonggarkan pembatasan yang merugikan warga.
"Alih-alih intervensi langsung, negara-negara Barat harus fokus pada penguatan masyarakat sipil di Iran," tambahnya.
Meskipun penindasan terhadap perbedaan pendapat telah meningkatkan risiko bagi mereka yang memprotes rezim, ada perasaan yang berkembang di kalangan rakyat Iran bahwa peluang lain untuk perubahan bisa muncul, terutama ketika pengaruh regional Teheran mulai melemah.
Tersingkirnya Assad telah memperkuat kemungkinan itu, dan membuat banyak warga Iran bertanya-tanya apakah momen penghakiman untuk Republik Islam semakin dekat.