Enam bulan berlalu sejak Virus Corona SARS-CoV-2 jadi 'terkenal' ke seluruh dunia. Para peneliti sudah menemukan banyak hal terkait virus ini dan membuat kemajuan untuk melawannya. Ini beberapa poin terpenting.
Iklan
Setengah tahun lalu, di paruhan kedua bulan Januari, pemerintah Cina untuk pertama kalinya mengumumkan resmi wabah virus corona jenis baru yang menyerang kota Wuhan.
Ketika mengumumkan wabah, pemerintah Cina kelihatannya berusaha menutupi banyak bukti. Tidak jelas, kapan pertama kalinya dan dimana virus corona itu melompat dari binatang ke manusia.
Diduga eksistensi virus sudah diketahui beberapa minggu sebelumnya. Juga diduga virus melompat dari kelelawar lewat inang perantara, trenggiling atau cerpelai dan menginfeksi manusia. Tapi sumber virus penyebab pandemi hingga kini masih kontroversial.
Inilah ikhtisar, apa yang sudah diketahui tentang virus sejauh ini dan sejauh apa kemajuan dunia kedokteran dalam perang melawan pandemi Covid-19.
Linimasa Penyebaran Virus Corona Secara Global
Setelah kasus virus corona dikonfirmasi Cina akhir Desember 2019, wabah menyebar jadi pandemi. Sejumlah negara sudah memberlakukan lockdown. Sekarang lebih1,2 juta terinfeksi Covid-19 dan hampir 70.000 meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa/SOPA Images/A. Marzo
Virus Corona Baru Diidentifikasi
Ilmuwan Cina pada 7 Januari mengumumkan, berhasil identifikasi virus corona jenis baru yang menyerang Wuhan dan memicu infeksi paru-paru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2. Berbeda virus corona pemicu SARS sebelumnya, virus baru menyerang saluran pernafasan bawah. Gejala penyakitnya: demam, batuk kering, kesulitan bernafas dan paru-paru berisi cairan.
Foto: Reuters/Str
Jutaan Warga Dikarantina
Cina mengkarantina Wuhan pada 23 Januari dalam upaya membatasi penyebaran virus corona. Pekerja berupaya untuk segera membangun rumah sakit baru untuk merawat pasien terinfeksi, yang jumlahnya lebih dari 830 orang dan jumlah kematian yang meningkat menjadi 26 orang pada 24 Januari. Para pejabat akhirnya memperluas lockdown ke 13 kota lain, yang memengaruhi setidaknya 36 juta orang.
Foto: AFP/STR
Jerman Batasi Kontak Sosial
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertama yang teridentifikasi. Pasiennya seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang kontak langsung dengan rekan kerja dari Cina selama pelatihan di tempat kerja. Tanggal 22 Maret Jerman umumkan lockdown parsial dan sosial distancing. Tanggal 6 April, John Hopkins konformasi lebih 100.000 kasus di Jerman dengan lebih 1.500 kematian.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Italia Berlakukan Lockdown
Kasus infeksi Covid-19 di Italia meningkat secara dramatis. Pada 3 Maret dikonfirmasi 77 kematian dan ribuan kasus infeksi corona. Pada 8 Maret, pemerintah Italia memerintahkan “lockdown“ seluruh kawasan Lombardy yang berpenghuni 16 juta orang. Italia pada 5 April masih memegang rekor jumlah infeksi dan kematian terbanyak di Eropa, dengan lebih 128.000 kasus dan lebih 15.000 kematian.
Foto: Reuters/R. Casilli
Ekonomi Terjun Bebas
Pasar saham Eropa dan AS anjlok pada 6 Maret, menjadi minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008. Efek pandemi pada bisnis global sangat signifikan. Banyak perusahaan melaporkan kerugian. Sektor industri pariwisata dan maskapai penerbangan terpukul. 10 Maret, Uni Eropa menjanjikan dana investasi sebesar € 7,5 miliar ($ 8,4 miliar) untuk mencoba menghentikan zona euro merosot ke situasi resesi.
Foto: picture-alliance/Jiji Press/M. Taguchi
WHO Deklarasikan Pandemi
Ketika kasus terinfeksi di seluruh dunia mencapai 127.000 orang dan 4.700 korban meninggal, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret menyatakan wabah global ini sebagai "pandemi". Presiden AS Trump mengumumkan pembatasan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari Zona Schengen di Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan bahwa 70% populasi di Jerman dapat terinfeksi virus corona.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Kehidupan Publik Berhenti di Eropa
Pada 14 Maret, Spanyol mengikuti langkah Italia melakukan lockdown secara nasional untuk 46 juta warganya, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona. Spanyol berada di peringkat kedua kasus di Eropa, dengan 131.000 terinfeksi dan lebih 12.000 meninggal. Di Prancis, kafe, restoran, dan toko-toko tutup pada 15 Maret.
Foto: picture-alliance/dpa/AAB. Akbulut
AS Terpukul Telak
Pada 27 Maret, Jumlah terinfeksi di AS melampaui Cina. Ini terjadi ketika Presiden Donald Trump mengklaim bahwa negara akan kembali pulih "dengan cukup cepat." AS mencatat lebih 337.000 kasus infeksi dan hampir 10.000 meninggal (6/4). New York terdampak yang paling parah, dengan 63.000 kasus Covid-19 dan lebih 3000 meninggal. Kapal rumah sakit dikerahkan untuk membantu tenaga medis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/J. Fischer
Lebih 1 Juta Orang Terinfeksi Covid-19
Universitas Johns Hopkins mengumumkan, Senin (6/4), lebih 1.2 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sekitar 70.000 orang meninggal akibat Covid-19. AS mencatat rekor infeksi dengan jumlah tiga kali lipat dari Cina, tempat virus itu muncul pada Desember 2019. Kemungkinan kondisi pandemi akan semakin buruk dengan jumlah yang terinfeksi dan meninggal terus naik. (fs/as)
Foto: Reuters/J. Redmond
9 foto1 | 9
Informasi genetika virus
Pakar virologi Cina dengan secepat kilat mengurai informasi genetika virus corona jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-Cov-2 itu. Tanggal 21 Januari 2020, mereka mempublikasi struktur genomiknya dan tiga hari kemudian rincian deskripsi virusnya.
Data ini memungkinkan para dokter dan pakar mikrobiologi di seluruh dunia untuk mengembangkan obat maupun vaksinnya. Yang khas dari virus corona ini adalah duri-duri proteinnya yang disebut ACE-2 yang berlokasi pada permukaannya.
Itu sebabnya mengapa pengembangan obat dan vaksin sebagain besar difokuskan pada mengikat atau memblokir duri protein ini, atau membuatnya tidak efektif dengan berbagai cara.
Cara penularan dan pencegahan
Saat ini sudah diketahui, lewat berbagai riset, antara lain oleh pakar virologi yang meneliti kota Heinsberg hotspot pertama di Jerman, bahwa virus terutama menyerang tenggorokan dan paru-paru. Penularan terjadi, selain dengan cara kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi, juga bisa lewat aerosol atau percikan cairan di udara. Penyebaran terutama lewat sistem air-conditioning, seperti yang digunakan secara luas di pabrik pengolahan daging.
Ruang tertutup dengan banyak orang di dalamnya juga sangat berbahaya bagi penularan. Itu sebabnya tindakan “lockdown“, terutama dengan menutup tempat-tempat hiburan umum dan menangguhkan pekan raya dan pameran serta acara-acara besar lainnya, terbukti efektif meredam penyebaran penyakit.
Pemakaian masker yang menutup hidung dan mulut, kini menjadi tindakan standar di berbagai negara di dunia untuk meredam penularan. Para pakar medis terutama menyarankan tindakan yang lebih penting, yakni lebih sering mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak fisik dan membuka ventilasi ruangan agar udara segar masuk.
Walaupun diketahui sejumlah binatang peliharaan, seperti kucing, anjing atau cerpelai bisa terinfeksi oleh manusia, tapi hal ini tidak memainkan peranan besar dalam rantai infeksi.
Gejala dan kelompok risiko
Gejala penyakit Covid-19 berbeda-beda para tiap individu. Para dokter menyebut, ancaman penyakit ini mirip dengan flu Spanyol dari tahun 1918. Gejala khas Covid-19 antara lain, tenggorokan meradang, kesulitan bernafas, kehilangan indra penciuman dan pengecap.
COVID-19 lebih sering menyerang kelompok risiko tertentu dan menimbulkan gejala gawat. Kelompok risiko ini antara lain, orang dengan riwayat penyakit sebelumnya, orang dengan golongan darah A dan lelaki lebih berisiko.
Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai?
Khawatir tertular virus corona dari hewan peliharaan, kentang, atau bahkan kartu ulang tahun di samping tempat tidur? Anda tidak sendirian. Virus corona seolah ada di mana-mana. Benda apa saja yang aman dipegang?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Gagang pintu bisa terkontaminasi?
Penelitian saat ini menyebukan, virus corona dapat bertahan hidup selama empat hingga lima hari pada permukaan benda seperti gagang pintu. Virus SARS-CoV-2 penyebab wabah corona juga dapat menyebar melalui tangan dan permukaan yang sering disentuh. Meski masih perlu dipelajari lebih lanjut, para ahli meyakini bahwa wabah COVID-19 mirip dengan virus corona jenis lainnya.
Perlu juga kewaspadaan ekstra sewaktu makan siang di kantin, jika kantin masih buka. Pada dasarnya, virus corona juga dapat menempel di peralatan makan seperti sendok dan piring lewat bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Namun, Institut Federal Jerman untuk Penanganan Risiko, BfR, mengatakan bahwa sampai saat ini "belum diketahui ada infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebar lewat cara ini."
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Ragu terhadap barang impor?
Haruskah orang tua khawatir adanya kemungkinan infeksi dari mainan impor? Tidak, kata BfR. Sejauh ini, belum ada bukti adanya kasus penularan lewat mainan impor atau barang lainnya. Para ahli sejauh ini berasumsi bahwa virus sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Namun patogen masih bisa menginfeksi selama beberapa hari, terutama dalam cuaca dingin dan kelembaban tinggi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Paket pos penuh virus?
Secara umum, virus corona yang menginfeksi manusia tidak bisa bertahan lama pada permukaan kering. Hidupnya virus di luar organisme manusia tergantung pada banyak faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. BfR memperkirakan infeksi melalui pos "agak tidak mungkin." Namun, institut ini juga mengakui bahwa data yang lebih tepat tentang SARS-CoV-2 belum tersedia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Bisakah saya terinfeksi dari hewan peliharaan?
Dapatkah anjing saya menginfeksi saya atau saya menginfeksi anjing saya? Para ahli menganggap risiko hewan peliharaan terinfeksi virus corona sangat rendah, tetapi tidak menutup kemungkinannya. Hewan-hewan itu sendiri mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak sakit. Namun, jika hewan terinfeksi, mungkin saja mereka menularkan virus corona melalui udara atau lewat kotoran.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/A. Tarantino
Apakah buah-buahan berbahaya?
BfR mengatakan bahwa makanan yang terkontaminasi kemungkinan tidak mentransmisikan virus SARS-CoV-2. Sejauh ini, tidak ada kasus yang terbukti. Tentu saja orang harus mencuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan makanan, bahkan juga jika tidak ada wabah corona. Karena virus peka terhadap panas, memanaskan makanan dapat mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
Foto: picture-alliance/Kontrolab/IPA/S. Laporta
Kontaminasi dari makanan beku?
Meski virus corona penyebab SARS dan MERS dikenal tidak suka panas, patogen ini bisa bertahan di suhu dingin. Virus dapat tetap menular pada suhu -20 derajat Celsius, dan bertahan dalam status beku hingga dua tahun. Namun, BfR tetap menegaskan bahwa sejauh ini, belum ada bukti rantai infeksi SARS-CoV-2 melalui konsumsi makanan, termasuk makanan beku.
Foto: picture-alliance /imageBROKER/J. Tack
Jangan makan binatang liar!
Wabah COVID-19 setidaknya menghasilkan satu hal yang positif: Cina melarang konsumsi hewan liar. Bukti telah menunjukkan bahwa virus corona jenis baru ini ditransmisikan ke manusia oleh kelelawar. Kelelawar, tentu saja, tidak bisa disalahkan atas wabah ini. Mungkin, sebenarnya hewan ini juga tidak mau jadi santapan. (ae/as)
Foto: picture-alliance/Photoshot/H. Huan
8 foto1 | 8
Para pakar patologi yang meneliti korban Covid-19 mengonfirmasi, orang dengan riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, kanker, gagal ginjal, sirosis hati dan pengidap penyakit jantung serta pembuluh darah menjadi kelompok yang memiliki bahaya paling tinggi terserang Covid-19.
Infeksi SARS-CoV-2 bisa sangat gawat pada satu kelompok manusia, tapi pada kelompok lainnya gejalanya ringan atau bahkan sama sekali tidak menunjukkan gejala. Tapi pada prinsipnya, penyakit akibat virus corona bisa menjadi gawat pada siapapun, termasuk pada kaum muda.
Pada kasus gawat, Covid-19 bisa memicu kegagalan sejumlah organ tubuh secara bersamaan dan sepsis, yang mengancam nyawa penderita. Reaksi sistem kekebalan tubuh juga memainkan peranan besar, segawat apa efek penyakit ini pada tiap individu.
Terapi Covid-19
Pada awal pandemi virus corona, banyak pasien dengan gejala gawat, dipasangi alat bantu pernafasan atau intubasi pada tahap dini. Kebanyakan meninggal akibat tindakan ini.
Jadi sepanjang pasien masih bisa bernafas secara mandiri, mereka mendapat tambahan oksigen tanpa dihubungkan ke respirator atau ventilator. Intubasi yakni pemasangan alat bantu pernafasan langsung ke saluran nafas bawah, hanya dilakukan dalam kondisi sangat gawat.
Dalam banyak kasus, ginjal pasien juga mengalami kerusakan akibat COVID-19, dalam hal ini dialisa sangat diperlukan. Perawatan gawat darurat, sekarang ini lebih banyak memonitor kerusakan organ-organ tubuh lainnya.
Dunia Sains Bekerjasama Lawan Corona
03:24
Proses penyembuhan bisa dipercepat di sejumlah rumah sakit, dengan menggunakan serum antibodi dari pasien COVID-19 yang sembuh kembali. Antibodi ini bertugas melawan virus dalam tubuh pasien yang mendapatkan donasi serum.
Pada umumnya, pasien COVID-19 yang kembali sembuh setelah menjalani pengobatan intensif, harus melakoni tindakan rehabilitasi yang panjang yang disesuaikan dengan masing-masing individu. Rehabilitasi harus disesuaikan dengan riwayat penyakit sebelumnya serta kemungkinan adanya kerusakan organ tubuh.
Obat-obatan dan Vaksin
Sejauh ini belum ada obat-obatan yang benar-benar ampuh melawan Covid-19. Remdesivir menjadi satu-satunya obat farmaka yang menunjukkan keampuhan memperpendek proses penyakit. Walau kini diperebutkan di pasar, obat ini bukan penyembuh ajaib. Obat hanya memperpendek proses penyembuhan beberapa hari pada pasien yang memerlukan tambahan oksigen. Tapi tidak meningkatkan peluangnya untuk tetap hidup.
Para dokter juga menguji coba obat-obatan lain yang sudah eksis di pasaran untuk memerangi virus corona. Misalnya obat anti peradangan Dexamethasone, obat inhibitor polimerase RNA, Avigan serta obat anti malaria hydroxychloroquine. Dua obat pertama belum menunjukkan keampuhan dan keamanannya. Obat ketiga sudah ditolak oleh WHO.
Pengembangan vaksin virus corona juga dikebut. Sedikitnya ada 160 kandidat vaksin yang sedang diteliti dalam beragam proyek di seluruh dunia. Ada tiga jenis vaksin, yakni berupa virus yang dilemahkan, virus mati dan vaksin berbasis RNA. Kandidat vaksin jenis ketiga, merupakan wilayah ilmiah baru yang belum pernah dirambah sebelumnya.
Berlomba Mencari Vaksin Corona
Pandemi Covid-19 menerjang cepat dan sudah tewaskan 450.000 jiwa kurang dari enam bulan. Hal ini pun picu lomba pembuatan vaksin yang efektif dan aman. Dari 100 potensi vaksin, inilah yang sudah uji klinis pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-P. Strobel
BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS
Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech menjadi yang pertama mendapat rekomendasi dari Paul Ehrlich Institut untuk uji klinis pada manusia. Fase pertama dilakukan tes pada manusia dengan 12 relawan pada bulan April lalu. Bersama perusahaan farmasi AS Pfizer akan di lakukan uji klinis berikutnya untuk calon vaksin BNT162 dengan 360 relawan di AS.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Albrecht
CureVac dari Jerman
Perusahaan Jerman CureVac juga telah mendapat izin dari otoritas Jerman, dan siap melakukan uji klinis vaksin virus corona. Bulan Juni ini perusahaan dari kota Tübingen itu akan menguji calon vaksinnya pada 168 relawan. Pemerintah Jerman juga menanam investasi senilai 300 juta Euro di perusahaan bioteknologi ini.
Foto: picture-alliance/Geisler-Fotopress/S. Kanz
Moderna dari AS
Perusahaan bioteknologi AS, Moderna Inc adalah yang pertama di dunia yang mengumumkan uji klinis calon vaksin mRna-1273 pada manusia. CEO Moderna bertemu Presiden Trump Maret lalu untuk melaporkan perkembangan positif. Pemerintah AS mendukung dengan dana 483 juta US Dolar. Akhir Mei, fase kedua uji klinis dimulai dengan 600 relawan. Moderna bisa produksi hingga 500 juta dosis vaksin per tahun.
Foto: picture-alliance/CNP/AdMedia/K. Dietsch
AstraZeneca Swedia/Inggris dan Oxford Inggris
Perusahaan farmasi Swedia/Inggris AstraZeneca bersama Oxford University lakukan uji klinis vaksin eksperimental pada manusia di Inggris dan Brasil. Calon vaksin berasal dari virus adeno simpanse ChAdOx1. Bulan Mei dilakukan uji fase dua dengan 10.000 relawan. Produksi vaksin diharap bisa dimulai akhir tahun 2020, dengan kapasitas hingga dua miliar dosis. Uni Eropa sudah memesan 400 juta dosis.
Foto: picture-alliance/AP Photo/University of Oxford
Kaiser Permanente AS
Kaiser Permanente Washington Health Research Institute (KPWHRI) sudah melakukan uji klinis vaksin corona pada manusia dengan sampel kecil Maret lalu. Uji coba juga dilakukan pada manula. Riset dibiayai oleh jawatan kesehatan federal AS dengan vaksin yang dikembangkan moderna. (as/gtp)
Foto: picture-alliance/AP/T. Warren
5 foto1 | 5
WHO melaporkan, ada lima kandidat vaksin yang hingga akhir Juni 2020 sudah memasuki fase pertama uji coba pada manusia di seluruh dunia. Fase ini menguji keamanan vaksin. Sementara ada 7 kandidat vaksin yang memasuki kombinasi fase satu dan dua, untuk menguji respons kekebalan tubuh. Dan hanya ada satu kandidat vaksin yang sudah memasuki fase ketiga, dengan target menguju efektifitasnya melawan patogen dalam praktek nyata.
Satu lagi vaksin anti TBC yang sudah diberi izin. Namun vaksin BCG ini tidak menarget langsung virus SARS-CoV-2, tapi hanya memperkuat basis kekebalan tubuh bawaan yang sudah ada pada manusia.
Vaksin ini diharapkan sudah masuk ke pasaran akhir tahun ini atau pertengahan tahun depan. Jika kandidat vaksin diijinkan menjadi vaksin, tantangan lainnya adalah memproduksinya dalam jumlah ratusan juta hingga milyaran dosis. Sejumlah industri farmasi sudah menyiapakan diri untuk memproduksinya, walau belum tahu kapan akan memulainya.
Herd immunity
Apakah kekebalan kawanan atau herd immunity bisa terbentuk dengan cepat? Faktanya makin banyak orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona. Lebih dari 10 juta orang sudah terinfeksi, tapi dibanding 7,8 miliar penduduk bumi, jumlah itu masih terlalu kecil untuk mencapai kekebalan kawanan.
Tambahan lagi, hingga kini belum diketahui apakah kekebalan tubuh terhadap virus corona itu bersifat permanen atau hanya sementara. Tes darah, swab serta PCR sejauh ini hanya menunjukkan, siapa yang mengembangkan antibodi, atau siapa yang sakit parah dan bisa menulari yang lain.
Fabian Schmidt (as/pkp)
Lima Negara di Mana Infeksi COVID-19 Tak Tercatat
Sebagian besar negara di dunia, termasuk negara industri maju, sibuk kendalikan wabah corona yang merajalela. Sebaliknya sejumlah negara di Samudra Pasifik sejauh ini nampaknya mampu hadang virus SARS-CoV-2.
Foto: Getty Images/AFP/T. Blackwood
Republik Palau
Negara ini terdiri dari sekitar 340 pulau karang dan vulkanik. Penduduknya hanya sekitar 20.000. Sheldon Yett, yang wakili Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) di 14 negara di Pasifik katakan, beberapa hal jadi penyebab mengapa negara-negara kecil di Pasifik nampaknya berhasil mencegah masuknya wabah Corona. Tapi yang utama adalah: isolasi secara geografis. (Foto: pelabuhan Sardinia, Palau)
Foto: picture-alliance/Global Travel Images
Kepulauan Salomon
Negara ini terdiri dari sekitar 1.000 pulau. Penduduknya berjumlah sekitar 600.000 orang. Sheldon Yett dari UNICEF juga mengungkap, beberapa negara Pasifik "sangat cepat dalam membatasi dan menetapkan larangan masuknya penerbangan dan kapal dari luar negeri. Sehingga sangat sulit bagi siapapun yang terinfeksi COVID-19 untuk masuk ke sana."
Foto: picture-alliance/Prisma
Tonga
Tonga terdiri dari 177 pulau, dan penduduknya sekitar 100.000 orang. Menurut sebuah statistik, sejumlah besar warganya hidup di luar Tonga. Sebagian bekerja di Selandia Baru, yang jaraknya hanya sekitar 1.700 km dari Tonga. Ini juga bisa jadi salah satu penyebab, mengapa wabah tampaknya tidak masuk ke Tonga.
Kepulauan Cook berpenduduk 18.600 orang, dan memiliki 15 pulau. Yett dari UNICEF ungkap juga, pemerintah negara-negara Pasifik melihat berita penyebaran wabah di negara-negara industri maju, dan sadari risikonya, jika COVID-19 menyebar di komunitas mereka. Oleh sebab itu mereka mengambil langkah drastis. Tapi ada juga negara Pasifik yang tak berhasil menghalau Corona, misalnya Fiji dan Guam.
Yett kemukakan, sejumlah negara Pasifik masih punya ingatan segar wabah lain di sana. Misalnya wabah campak di Samoa, 2019. Diperkirakan hampir 3% warganya terinfeksi. 83 meninggal, dan hanya 7 di antaranya berada di atas usia 15. Sebuah wabah yang sebabkan banyak anak meninggal tidak mudah dilupakan sebuah komunitas, demikian Yett. (Sumber: UNICEF, WHO, Wikipedia; Ed.: ml/yp)