1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Shadow Shogun" Bebas Tuduhan Korupsi

26 April 2012

Politisi terkemuka Jepang, Ichiro Ozawa yang dijuluki "Shadow Shogun" karena pengaruh yang dimilikinya, dinyatakan tidak bersalah terkait tuduhan korupsi.

Foto: AP

Salah seorang pria paling berpengaruh dalam politik Jepang dibebaskan dari semua tuduhan terlibat dalam skandal pengumpulan dana oleh pengadilan, Kamis (26/4). Ichiro Ozawa dikenal karena kemampuan bernegosiasinya, sehingga mendapat julukan "Shadow Shogun". Pengadilan distrik di Tokyo menganggapnya tidak melanggar hukum pengumpulan dana politik. Keputusan pengadilan mendapat perhatian besar media Jepang. Semua stasiun televisi besar menghentikan program yang tengah disiarkan, saat keputusan pengadilan dibacakan.

Mantan ketua Partai Demokratik Jepang ini dituduh berkonspirasi dengan pegawainya dalam merahasiakan 400 juta yen yang ia pinjamkan ke badan pendanaan politiknya tahun 2004 untuk memfasilitasi kontrak lahan. Menurut bekas pegawainya, Ozawa tidak sadar akan kesalahan teknis tersebut. Namun, pihak penuntut mengatakan, "tidak masuk akal" Ozawa tidak mengetahui masalah itu.

Perebutan posisi pemimpin?

Ozawa sering dipandang sebagai kekuatan di belakang perdana menteri. Ia juga dianggap sebagai sutradara di balik kemenangan partainya dalam pemilu 2009. Sementara sebuah vonis hukuman hampir pasti akan menjatuhkannya dari panggung politik.

Keputusan pengadilan Kamis (26/4) memuluskan jalan Ozawa untuk melancarkan konfrontasi terhadap PM Yoshihiko Noda terkait skema kenaikan pajak yang menjadi perdebatan.

Ozawa dan fraksinya menolak rencana Noda untuk melipatgandakan pajak penjualan pada tahun 2015 dalam usaha mengatasi hutang yang setara dengan dua kali pendapatan domestik bruto Jepang. Sikap penolakan ini bisa membawa Ozawa ke pucuk pimpinan partai menggantikan Noda.

Namun, Kenji Yamaoka, anggota parlemen yang dekat dengan Ozawa, yakin tidak akan ada perebutan posisi. "Kami tidak melakukan konfrontasi secara membabi buta. Kami tidak memikirkan masalah kekuasaan di dalam partai," ujar Yamaoka kepada jaringan televisi swasta Jepang TBS.

Vidi Legowo-Zipperer (afp, rtr)

Editor : Agus Setiawan

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait