Shanghai Terapkan Lockdown, Warga Lakukan Pembelian Panik
29 Maret 2022
Jumlah kasus baru COVID-19 di Shanghai terus melonjak dan catat rekor kasus terbanyak di Cina sejak pandemi dimulai. Otoritas memberlakukan penguncian di kota metropolitan penyangga ekonomi Cina berpenduduk 26 juta itu.
Iklan
Jumlah kasus COVID-19 di kota Shanghai, Cina terus bertambah. Pada Selasa (29/03), Cina mencatat 6.886 kasus COVID-19 domestik di mana lebih dari 4.400 kasus berada di Shanghai. Kini, Shanghai dilaporkan jadi kota dengan kasus COVID-19 terbanyak di Cina semenjak pandemi dimulai.
Pada Senin (28/03), Shanghai mencatat sedikitnya 4.381 kasus baru tak bergejala dan 96 kasus dengan gejala. Sebelumnya pada hari Minggu (27/03), kota ini mencatat 3.450 kasus baru tak bergejala dan 50 kasus dengan gejala.
Meningkatnya kasus baru Covid itu menimbulkan kepanikan di kota berpopulasi 26 juta jiwa tersebut. Warga Shanghai dilaporkan melakukan pembelian panik di pasar-pasa swalayan. Rak-rak di pasar-pasar swalayan dilaporkan kosong akibat kehabisan barang.
"Setelah tidak mendapatkan barang belanjaan apa pun pagi ini, saya kembali tidur, dan saya bermimpi membeli makanan di supermarket," tulis salah satu pengguna Weibo, platform mirip Twitter di Chna.
"Saya tidak pernah menyangka bahwa masyarakat saat ini akan khawatir berlebihan membeli bahan makanan," sambungnya.
Warga di distrik barat kota dilaporkan terus memenuhi toko grosir dan pasar sayuran untuk membeli persediaan selama penguncian, menciptakan antrean panjang dan kerumunan.
Penguncian dibagi dua zona
Shanghai sendiri sudah memasuki hari kedua penguncian. Pada hari Senin (28/03), kota tersebut dibagi ke dalam dua zona, di mana warga yang berada di distrik timur kota yang dikenal sebagai Pudong - mencakup bandara utama internasional dan pusat keuangan - diminta untuk tetap di rumah selama empat hari dan mengikuti tes COVID-19.
Iklan
Di penguncian hari kedua ini warga mengatakan, sekarang mereka samasekali tidak diperkenankan meninggalkan rumah.
"Kemarin, anak-anak masih bisa piknik dan bermain di luar," kata seorang warga di daerah Huangpu yang tidak mau disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters, Selasa (29/03).
Wu Qianyu, pejabat komisi kesehatan kota Shanghai hari Selasa (29/03) mengatakan, penduduk tidak diperkenankan keluar dari rumah untuk mengambil hewan peliharaan atau untuk sekadar membuang sampah.
Waspadai 10 Varian SARS-CoV-2 Hasil Mutasi
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
Foto: Fleig/Eibner-Pressefoto/picture alliance
10 foto1 | 10
Menjaga ekonomi tetap berjalan
Untuk menjaga perputaran roda ekonomidi Shanghai, otoritas Cina berusaha untuk tidak menerapkan penguncian ketat seperti yang diberlakukan di kota-kota lain di negara itu. Penguncian di Shanghai dilakukan secara lokal dan bergilir.
Penguncian di bagian timur akan berlangsung hingga hari Jumat (01/04), kemudian beralih ke bagian kota yang lebih padat penduduknya di distrik barat Puxi.
Bandara, stasiun kereta dan pelabuhan pelayaran internasional tetap beroperasi, sementara industri manufaktur juga telah beroperasi kembali, setelah sempat dihentikan beberapa waktu.
Cina secara umum mampu mengendalikan penyebaran virus corona selama dua tahun terakhir melalui kebijakan ketat, termasuk penguncian dan pengujian massal kota dan provinsi, untuk jumlah kasus yang bahkan sedikit. Namun, virus corona varian Omicron telah terbukti dapat menyebar lebih cepat.
Tim ahli COVID-19 Shanghai, Wu Fan mengatakan, "perlu untuk mengambil langkah-langkah lebih tegas” untuk menghilangkan transmisi lokal.
Pada hari Senin (28/03), sebanyak 17.000 petugas dikerahkan di 6.300 tempat pengujian COVID-19 di kota Shanghai. Sekitar 8,26 juta penduduk telah mengikuti tes.