1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siaga Flu Babi dan Sidang Awal Tahun IMF

27 April 2009

Siaga pandemi flu babi dan sidang awal tahun Dana Moneter Internasional IMF merupakan tema-tema yang diangkat dalam tajuk sejumlah harian di Eropa.

Lebih dari seratus orang meninggal di Meksiko akibat wabah flu babi. Di Spanyol, baru saja dinyatakan seorang warganya terinfeksi virus flu babi, H1N1. Mengenai ancaman wabah flu babi yang berawal dari Meksiko, harian Inggris "Independent", menulis:

Untung saja pemerintah dan aparat kesehatan negara di dunia sudah mempersiapkan diri terhadap penyebaran wabah flu burung, jadi mereka dengan cepat mampu menjawab tantangan baru flu babi. Pengembangan bahan vaksin semestinya menjadi prioritas bersama. Yang menentukan adalah, kita semua terlibat dalam perjuangan ini. Proteksionisme nasional yang dilakukan dengan ceroboh terhadap kemungkinan pandemi sama kontra produktifnya dengan pembatasan perdagangan dalam hal menghadapi resesi. Pertahanan utama kita terhadap globalisasi penyakit ini adalah kerja sama global.

Harian Prancis terbitan Paris, "La Croix" juga mengetengahkan ancaman wabah flu babi, yaitu:

Aparat berwenang mendapat dua tekanan dalam hal mengumumkan ancaman bahaya. Mereka harus memperingatkan warga, agar dapat mengawasi kemungkinan epidemi. Dalam waktu yang sama, mereka tidak boleh menyebarkan panik, supaya tidak menambah beban sistem kesehatan atau menyebabkan kerugian ekonomi, misalnya menurun drastisnya konsumsi daging babi atau menyebarkan ketakutan pada wisatawan. Pengumuman untuk waspada harus disertai dengan imbauan untuk tetap tenang. Selain itu, negara-negara miskin dan warga miskin di negara kaya sudah pasti dianggap kaum yang paling terancam. Mereka tidak punya akses menuju informasi, rumah sakit, obat-obatan, dan bahan vaksin untuk melindungi diri dari virus yang ganas itu.

Harian "West Allgemeine Zeitung" terbitan kota Essen, Jerman, menyebutkan bahwa beberapa penyakit tertentu tidak hanya membawa risiko kematian, tapi juga kepanikan. Lebih lanjut ditulis harian tersebut mengenai ancaman flu babi di Jerman:

Setelah penyakit sapi gila BSE dan flu burung, sekarang ada flu babi. Kementerian kesehatan berusaha menenangkan, obat anti flu sudah disediakan dalam jumlah cukup, kemungkinan penyebaran penyakit melalui penumpang pesawat sudah diawasi. Tenang sebagai resepnya. Memang, tidak setiap orang sakit batuk dicurigai terinfeksi flu babi, demikian dinyatakan pihak kementerian. Tapi diupayakan supaya ketakutan disingkirkan. Masih ada sistem kesehatan yang berfungsi dengan baik, yang dapat mengatasi penyakit SARS di tahun 2003. Tiga tahun kemudian juga ada wabah baru, yang menyebabkan sebagian belahan dunia berada dalam situasi darurat, yaitu flu burung. Panik bukanlah penasihat yang baik. Lebih baik bersikap tenang. Tapi ketenangan diharapkan tidak membuat kita mempertaruhkan keamanan.


Beberapa harian di Eropa mengangkat pertemuan awal tahun Dana Moneter Internasional IMF mengenai krisis keuangan global. Harian Swiss "Neu Zürcher Zeitung" yang terbit di Zürich menulis:

Tampaknya pimpinan IMF menggunakan krisis sebagai kesempatan untuk berekspansi, dengan menyinggung spektrum kemampuan dan juga sisi keuangannya. IMF sudah memberikan bantuan ketika krisis keuangan Asia dan Rusia melanda. Sekarang, selain penambahan kuota keterlibatan, bentuk pendanaan baru melalui kredit masing-masing anggota seperti Jepang, Uni Eropa, Amerika Serikat atau Swiss juga menjadi sumber tambahan di pusat. Reformasi IMF juga dapat berpengaruh besar pada pemerataan dari sisi hak suara, yang tidak tergantung dari besarnya sumbangan modal.

Harian Austria yang terbit di Wina, "Der Standard", menulis peran baru Dana Moneter Internasional IMF:

Baru setahun yang lalu, Dana Moneter Internasional tampil ketinggalan zaman. Dulu IMF dikritik tajam karena menuntut agar negara yang terkena krisis di Asia melakukan tindakan penghematan drastis dan semakin sedikit negara yang meminta kredit dari IMF. Sekarang IMF membuktikan diri sebagai kubu pertahanan internasional dalam mengatasi krisis ekonomi. Bagi negara miskin, seperti halnya bagi negara kaya, IMF merupakan tameng utama dari kebangkrutan negara. (ls)

Editor: Hendra Pasuhuk