Ada Aktor Intelektual di Balik Kerusuhan Aceh Singkil?
15 Oktober 2015
Menko Luhut mengatakan, intelijen sudah tahu Aceh Singkil bakal rusuh. Pernyataan ini ditafsir sebagai adanya dalang di balik aksi itu. Aparat keamanan perkuat patroli di kawasan bentrokan beberapa hari silam.
Iklan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan menampik tuduhan bahwa pembakaran rumah ibadah di Aceh Singkil terjadi lantaran lemahnya intelijen. Menko bahkan menyatakan, "Kami sudah tahu dari beberapa hari. Kami sudah meminimalkan keadaan itu. Namun, masih ada hal-hal yang kami tidak bisa hindari." Keterangan diberikannya di Gedung KPK, Kamis 15 Oktober 2015.
Luhut Panjaitan juga mengingatkan, bahwa peristiwa di Aceh Singkil berawal dari permasalahan izin pembangunan rumah ibadah. Menurutnya masalah itu sudah timbul sejak tahun 1967.
Menko menegaskan, bahwa aparat keamanan yang terdiri dari anggota TNI dan Polri sudah mengambil langkah-langkah antisipasi untuk mencegah hal serupa kembali terjadi. "Kita berharap ini jangan menjadi isu yang berjalan tidak terkendali. Oleh karena itu, TNI-Polri sudah melakukan langkah-langkah untuk membatasi dan menenangkan keadaan ini, sehingga kita berharap selesai di Singkil saja," ujar Luhut.
Laporan terakhir tentang situasi di Aceh Singkil juga bisa anda ikuti di YouTube lewat tautan berikut
Keterangan tentang situasi tenang di Aceh juga diberikan jurubicara Kapolri Brigjen Agus Rianto. Ia mengatakan kepada wartawan, situasi di Aceh Singkil kini tenang dan terkendali. Ia menambahkan, aparat keamanan mengadakan patroli di daerah tersebut dengan didukung militer. Namun Kepala Staff Angkatan Darat (KASAD) Jendral Mulyono mengatakan pihaknya tidak menambahkan personil terkait ketegangan yang terjadi di Aceh Singkil. Ia memastikan saat ini kondisi di Singkil sudah bisa dikendalikan.
Siapa dalang insiden?
Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM, Anshori Sinungan menduga adanya keterlibatan orang-orang luar di balik pembakaran gereja yang terjadi di Aceh Singkil. Ia mengatakan, tujuannya kemungkinan untuk membuat gaduh bangsa Indonesia supaya menjadi lemah.
Brigjen Agus Rianto mengatakan, polisi telah menetapkan delapan tersangka dalam bentrokan yang terjadi di desa Dangguran, Selasa (13/10). Tiga orang di antaranya sudah ditahan, demikian Rianto. Ketiga tersangka tersebut kini ditahan di Polres Aceh Singkil. Polisi terus mendalami kasus tersebut, termasuk mengusut aktor intelektual.
Selain itu, lanjut Agus, polisi juga telah menetapkan lima orang ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Menurutnya, saat ini sedang dilakukan pengejaran.
Menyokong toleransi beragama
Ketua DPP Partai Hanura, Amir Faisal Nek Muhammad mengimbau seluruh pihak tidak menyudutkan umat Islam dalam bentrokan yang terjadi di Aceh Singkil.
Sementara Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma'ruf Amin, menegaskan bahwa MUI mengutuk cara-cara kekerasan seperti bakar membakar rumah ibadah.
ml/as (rtre, cnnid, viva.co.id, republika online, YouTube, Twitter)
Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang
Aceh adalah kawasan yang terparah diterjang tsunami 2004. Masyarakat internasional langsung menyalurkan bantuan. Bagaimana kemajuan pembangunan di sana? Bandingkan foto dulu dan sekarang.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Paling parah
Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatra adalah kawasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas di kawasan ini saja. Gambar ini diambil 8 Januari 2005 di Banda Aceh, dua minggu setelah amukan tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Rekonstruksi
Sepuluh tahun kemudian, Banda Aceh bangkit kembali. Jalan-jalan, jembatan, pelabuhan sudah dibangun lagi. Bank Dunia menyebut Aceh sebagai "upaya pembangunan kembali yang paling berhasil". Gambar ibukota provinsi Aceh ini dbuat Desember 2014.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pengungsi
Setelah diguncang gempa berkekuatan 9,1 skala Richter dan diterjang gelombang raksasa yang tingginya lebih sepuluh meter, banyak penduduk Aceh jadi pengungsi. Di seluruh Asia Tenggara, 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Gambar ini menunjukkan penduduk yang melihat puing-puing rumahnya beberapa hari setelah bencana tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun kembali
Bencana tsunami Natal 2004 mengundang perhatian besar warga dunia yang ramai-ramai memberikan bantuan. Banyak bangunan yang akhirnya diperbaiki, banyak kawasan yang berhasil dibangun kembali. Gambar ini dibuat Desember 2014 di Lampulo, Banda Aceh. "Kapal di atas rumah" jadi peringatan tentang peristiwa mengerikan itu.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Kehancuran di sekitar Masjid
Gelombang raksasa yang melanda Aceh menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan mengakibatkan kerusakan parah. Gambar ini dibuat Januari 2005 dan menunjukkan kawasan Lampuuk di Banda Aceh yang hancur, kecuali Masjid yang bertahan dari terjangan air.
Foto: AFP/Getty Images/Joel Sagget
Sepuluh tahun kemudian
Masjid di Lampuuk dipugar dan kawasan sekitarnya dibenahi. Rumah-rumah penduduk dibangun kembali di sekitar Masjid. Gambar ini diambil sepuluh tahun setelah kehancuran akibat tsunami.
Foto: AFP/Getty Images/Chaideer Mahyuddin
Gempa bumi hebat
Sebelum tsunami muncul, gempa hebat mengguncang kawasan utara Sumatra, 26 Desember 2004. Gempa itu memicu munculnya gelombang raksasa yang mencapai sedikitnya 11 negara, termasuk Australia dan Tanzania. Gambar ini menunjukkan kerusakan di Banda Aceh.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun lebih baik setelah perdamaian
Bantuan internasional yang berdatangan ke Aceh membuka peluang bagi masyarakat membangun kembali kawasannya dengan lebih baik. Tahun 2005, perundingan antara pemerintah Indonesia dan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghasilkan kesepakatan damai, setelah ada mediasi dari Eropa.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pemandangan mengerikan
Jurnalis AS Kira Kay menuliskan pengalamannya ketika tiba di Banda Aceh setelah tsunami: "Mayat-mayat bergelimpangan, terkubur di bawah reruntuhan. Lalu mayat-mayat itu diangkut dengan truk ke lokasi penguburan massal. Bau mayat menyengat". Gambar ini menunjukkan suasana Masjid Raya di Banda Aceh setelah tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Masjid Raya
Suasana Masjid Raya sekarang. Aceh kini menikmati status sebagai daerah otonomi khusus, dengan wewenang luas melakukan pemerintahan sendiri. Berdasarkan kewenangan itu, Aceh kini menyebut dirinya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan memberlakukan Syariat Islam.