Pembunuhan biadab terhadap Angeline dianggap sebagai tamparan terhadap Indonesia. Siapa yang bersalah dan kenapa lingkungan membiarkan penderitaan gadis kecil itu berlanjut hingga maut menjemputnya?
Iklan
Ada saatnya ketika nasib seseorang menohok rasa kemanusiaan. Kisah Angeline adalah salah satunya.
Hidup jarang tersenyum buat bocah perempuan itu. Diadopsi sesaat setelah dilahirkan, Angeline ditemukan tewas tak bernyawa di usia ke delapan. Jenazahnya membusuk di kediaman orang tua angkatnya. Di dekat kandang ayam yang bau. Terbujur kaku sembari memeluk sebuah boneka.
Kata polisi Angeline diperkosa. Tubuhnya penuh luka dan sundutan rokok. "Di bagian leher kita menemukan luka lilitan tali plastik, tapi tidak bersifat fatal," kata Dr. Ida Bagus Putu Alit dari bagian Forensik di RS Sanglah kepada Kompas.
Dari tujuh orang, termasuk ibu dan kakak angkat Angeline, polisi menetapkan bekas pembantu rumah tangga merangkap satpam keluarga Angeline sebagai tersangka.
Terlepas dari prilaku biadab sang pembunuh, kisah pilu Angeline menelanjangi kegagalan pemerintah dalam mengawasi praktik adopsi anak. Ibu kandung Angeline, Hamidah, mengaku memberikan putrinya kepada Margareta Megawe di rumah sakit karena tidak punya duit buat membayar biaya persalinan.
Negara Dengan Angka Pemerkosaan Anak Tertinggi Dunia
Kasus Angeline menelanjangi kegagalan pemerintah melindungi anak-anak. Tapi Indonesia bukan yang terburuk. Berikut daftar negara dengan tingkat pelecehan seksual anak-anak tertinggi di dunia versi IB Times.
Foto: Juri Rescheto
Inggris
Hampir lima persen bocah di Inggris pernah mengalami pelecehan seksual. 90% di antaranya dilakukan oleh kenalan sendiri. Tahun 2012/13, kepolisian mencatat lebih dari 18.000 kasus pelecehan seksual terhadap bocah di bawah 16 tahun. Pada tahun yang sama 4171 pelecehan dan pemerkosaan dilakukan terhadap bocah perempuan di bawah usia 13 tahun.
Foto: Fotolia/NinaMalyna
Afrika Selatan
Setiap tiga menit seorang bocah diperkosa di Afrika Selatan, ini menurut penelitian Trade Union Solidarity Helping Hand. Studi laín mengungkap satu dari empat laki-laki mengaku pernah memperkosa seseorang dan sepertiganya meyakini perempuan menikmati pemerkosaan. Beberapa korban pemerkosaan bahkan baru berusia enam bulan. Korban juga sering terinfeksi HIV/AIDS setelah diperkosa.
Foto: Getty Images/AFP/O. Andersen
India
Asian Centre for Human Rights melaporkan pelecehan seksual kepada anak-anak sedang mewabah di India. Laporan terakhir menyebut ada lebih dari 48.000 bocah yang diperkosa selama sepuluh tahun sejak 2001. Tahun 2011 saja kepolisian mencatat 7112 kasus pemerkosaan anak-anak. Menurut IB Times, pelaku pemerkosaan anak di India mencakup ayah, saudara, tetangga, dan guru sekolah.
Foto: UNI/Reuters
Zimbabwe
Kepada harian lokal NewsdeZimbabwe, kepolisian mengklaim kasus pemerkosaan anak-anak meningkat tajam sejak 2010, dari 2883 kasus menjadi 3172 di tahun berikutnya. Dalam banyak kasus, kata kepolisian, "pelakunya berasal dari lingkungan keluarga." Sebuah rumah sakit di Harare mengabarkan, pihaknya menangani lebih dari 30.000 bocah korban pemerkosaan dalam periode empat tahun.
Foto: DW/A. Stahl
Amerika Serikat
"Akan ada 500.000 bayi lahir tahun ini di Amerika Serikat yang akan menjadi korban pelecehan seksual sebelum mereka berusia 18 tahun," tulis Children Assessment Centre (CAC). Kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak tergolong tinggi di AS. Menurut data Departemen Kesehatan, 16% remaja antara 14 hingga 17 tahun mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual atau pemerkosaan.
Foto: Frederic J. Brown/AFP/Getty Images
Indonesia
Kendati tidak termasuk dalam daftar negara dengan tingkat pelecehan seksual anak tertinggi di dunia, Indonesia mencatat kemunduran dalam hal perlindungan anak. Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, 2014 silam dari 2.726 kekerasan terhadap bocah, 56% di antaranya berupa pelecehan seksual. Dari jumlah tersebut cuma 179 yang mengadu kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Foto: Juri Rescheto
6 foto1 | 6
Saat itu Hamidah tidak tahu, bahwa sang ibu angkat akan membiarkan putrinya kelaparan, sering bersikap kasar, memaksanya mengurus ayam peliharaan dan membiarkan Angeline pergi sekolah dengan badan yang kotor dan tak terurus.
Seakan kematian hanya satu-satunya jalan keluar untuk penderitaan panjang gadis kecil itu.
Nasib Angeline menyisakan banyak pertanyaan yang tak terjawab. Kenapa Margareta bisa dengan mudah mengadopsi cuma mengandalkan notaris? Kenapa Komnas Perlindungan Anak dan pemerintah kota baru terlibat ketika segalanya sudah terlambat? Dan kenapa tetangga serta guru sekolah yang mengetahui kondisi Angeline tidak membuat pengaduan?
"Negeri ini benar-benar sudah darurat perlindungan anak," kata Anggota Komisi 8 DPR, Maman Imanulhaq seperti dikutip harian Tribun. Menurutnya kematian Angeline adalah "tragedi nasional" dan "pukulan telak" buat Indonesia.
Pada akhirnya Angeline mati sendiri, jauh dari orang-orang yang menyayanginya, jauh dari kita semua. Dan yang tersisa cuma duka. Duka untuk satu bangsa.