1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Dalang di Balik Bisnis Fitnah Saracen?

24 Agustus 2017

Setelah menangkap tiga tersangka pengelola situs Saracen, kepolisian kini mengejar aktor intelektual dan penyandang dana sindikat penyebar fitnah dan kabar palsu tersebut. Dua tokoh masyarakat diisukan terlibat.

Symbolbild Fake News im Netz
Foto: picture alliance/dpa/F. Gabbert

Penyelidikan kepolisian buat membongkar sindikat penyebar konten fitnah, Saracen, kini diarahkan pada penyandang dana dan tokoh intelektual. Sejauh ini tiga orang tersangka pengelola akun Saracen di internet telah diamankan. Sindikat gelap tersebut diyakini menjajakan kabar hoax dan fitnah kepada aktor politik untuk menyerang orang atau kelompok tertentu.

Menyusul kemunculan cuplikan gambar dari sumber tak dikenal yang menampilkan struktur organisasi Saracen, Satuan Tugas Patroli Siber Badan Reserse Kriminal Polri kini menyelidiki dugaan keterlibatan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk pengacara Eggi Sudjana dan Mayor Jendral Ampi Tanudjiwa

"Semua informasi masih kami didalami. Tidak semua masuk langsung telan mentah-mentah,"" kata Kepala Sub Bagian Operasi Satuan Tugas Patroli Siber, Susatyo Purnomo, kepada Detik.com. Sejauh ini kebenaran cuplikan gambar tersebut belum bisa diverifikasi.

Nama Eggi yang juga menjadi kuasa hukum pentolan FPI Rizieq Shihab itu dicantumkan sebagai anggota dewan penasehat bersama Mayjend Ampi. Eggi sendiri menyebut kabar tersebut fitnah dan menjurus pada "pencemaran nama baik," keluhnya. Baik Eggi dan Ampi membidik status calon gubernur di Jawa Barat dan Banten.

Bisnis fitnah Saracen diklaim memiliki 800.000 akun di media sosial dan meminta tarif hingga seratusan juta Rupiah. Sesuai pesanan, mereka akan menguggah berita palsu, meme bernada ejekan atau fitnah kepada pihak tertentu. "Tampilannya mengarahkan opini pembaca untuk berpandangan negatif," ujar perwira kepolisian Irwan Anwar kepada media.

Saracen terutama mulai tenar di masa kampanye Pilkada DKI Jakarta. Akun yang juga aktif di Facebook itu misalnya pernah mengunggah meme bekas Gubernur Basuki Tjahaja Purnama bertuliskan "pintar bohongnya" sebagai salah satu kelebihan utama Ahok. Selain itu Saracen juga aktif menggoreng isu anti Cina dengan membuat berita palsu tentang buruh impor.

rzn/ap (dari berbagai sumber)