Untuk pertamakalinya dalam sejarah Kolombia, seorang tokoh berhaluan kiri memenangkan pemilu kepresidenan. Gustavo Petro adalah bekas gerilyawan yang sempat dibui selama dua tahun sebelum terjun ke arena politik
Iklan
Perolehan suara Gustavo Petro pada penghitungan suara Minggu (19/6) malam, melampaui 50,49 persen saat proses rekapitulasi sudah mencapai 99,7 persen. Hasil tersebut memastikan kemenangannya atas miliarder Kolombia, Rodolfo Hernandez, yang sebelumnya sempat diunggulkan.
Tapi meski popularitasnya cukup tinggi, pencalonan Petro tidak berjalan melenggang dan harus menghadapi oposisi yang kuat. Sebanyak 10,5 juta dari 50 juta penduduk Kolombia memilih pesaingnya di putaran kedua. "Perlu dipahami, bahwa ada jumlah besar pemilih yang tidak menginginkan Petro menjadi presiden,” kata Sergio Guzman, direktur lembaga analisa risiko, Colombia Risk Analysis.
Petro, 62, pernah menjabat sebagai walikota Bogota antara 2012 dan 2015. Masa jabatannya kala itu diwarnai kontroversi seputar gaya kepemimpinannya.
"Dia punya temperamen yang tergesa-gesa dan autoriter, dan jika dia bersikeras menjalankan proposalnya, dia tidak tahu bagaimana caranya meyakinkan sektor lain untuk mempraktikan rencananya itu,” kata Daniel Garcia-Pena, bekas penasehat Petro.
Kolumbia Legalkan Perkebunan Ganja
03:48
Testimoni tersebut berpusar pada rencana nasionalisasi perusahaan sampah di Bogota yang berlangsung kacau. Petro banyak mendulang kritik atas kebijakannya itu. Buntutnya, dia dua kali gagal mencalonkan diri sebagai presiden.
Namun pada kali ketiga, Petro berhasil meyakinkan kalangan miskin dan menengah bawah Kolombia dengan program kerja yang fokus pada pengentasan kelaparan dan ketimpangan. "Dia meyakini kemenangan ini adalah takdirnya,” kata seorang sumber yang dekat dengan presiden. "Bahwa dia adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Kolombia.”
Iklan
Populis radikal atau tokoh progresif?
Ayah enam anak itu dikenal sebagai orator ulung, meski tanpa karisma yang membuncah. Dilahirkan di keluarga mapan di pesisir Karibik, Petro bergabung dengan kelompok gerilayawan M-19 di usia 17 tahun. Dia mengaku tugasnya saat itu bukan mengangkat senjata, melainkan di bagian organisasi dan logistik.
Pada 1985, Petro ditangkap aparat militer dan mengaku disiksa, sebelum mendekam selama dua tahun di penjara. Dia dibebaskan pada 1990 menyusul kesepakatan damai antara M-19 dan pemerintah.
Lebih dari Setengah Abad Kematian Che Guevara
Dengan pandangan tajam dan topi baret berlambang bintang, potret pemuda Argentina itu jadi ikon yang dipasang pada saat demonstrasi bahkan konser musik. Ssetengah abad silam ia tewas saat bergerilya di hutan Bolivia.
Foto: Imago/P. Widmann
Sahabat dan Musuh
Juan Martin Guevara memegang poster peringatan 50 tahun kematian saudaranya (2017). Ernesto Guevara de la Serna, demikian nama asli pria yang lahir 14 Juni 1928 di Rosario, Argentina itu. Sebenarnya ia seorang dokter namun perjalanan keliling Amerika Latin mengubah haluan hidupnya. Di mata pengagumnya ia pejuang yang kerap dipanggil "Che" atau sahabat, namun bagi musuh ia dianggap pembunuh.
Foto: Reuters/C.Platiau
Dokter Angkat Senjata
Kisah dokter muda dari keluarga kaya ini berubah ketika ia mengelilingi 5 negara di Amerika Latin dengan menggunakan sepeda motor bersama sahabatnya, Alberto Granado, tahun 1952. Ia menyaksikan dampak korupsi dan kemiskinan. Ini fakta yang mengguncang perasaannya. Ia pun berkesimpulan hanya ada satu jalan untuk mengatasi penderitaan rakyat, yakni perjuangan bersenjata. Jalan revolusioner.
Foto: picture-alliance/akg-images
Revolusi di Sisi Fidel Castro
Misi revolusi membawa Che Guevara bertemu Fidel Castro. Ia bergabung dalam gerilya untuk menjatuhkan diktator dukungan AS, Flugencio Batista. Revolusi mereka sukses. Batista terguling tahun 1959. Castro jadi penguasa Kuba, dan Guevara, kendati orang Argentina, menjadi kepala Bank Sentral, lalu Menteri Perindustrian tahun 1961. Ia melakukan nasionalisasi properti dan mendorong pendidikan pedesaan.
Foto: picture-alliance/dpa/UPI
Pahlawan Rakyat Kecil
Meski telah menduduki posisi Menteri Perindustrian, Guevara masih turun langsung bekerja di lapangan. Di awal tahun 1961 seperti terlihat dalam foto ini, Guevara ikut serta menjadi pekerja bangunan di Havana. Sehari penuh ia bekerja membangun rumah tinggal bagi rakyat. Terkadang ia juga bekerja sebagai dokter di pusat perawatan penyakit Lepra.
Foto: picture-alliance/dpa/UPI
Anti-Amerika Penyuka Hobi 'Barat'
Che Guevara juga dikenal sebagai tokoh anti-Amerika. Meski demikian, terkadang tokoh revolusioner itu juga memperlihatkan sisi berbeda seperti saat minum sebotol Coca-Cola di Kongres Ekonomi dan Sosial di Uruguay, Agustus 1961. Ia juga dikenal sebagai pemain catur yang ulung.
Foto: picture-alliance/dpa
Selfie dan Fotografi
Guevara mengakui 'sebelum menjadi 'comandante', ia adalah fotografer'. Ia pernah bekerja sebagai fotografer keliling di taman Mexico City. Saat bergerilya untuk revolusi Kuba, ia kerap tenteng kamera, juga ketika dalam perjalanan mewakili pemerintah Kuba. Gambar ini adalah 'potret diri' saat ia berkunjung ke Thailand (1964). Ibarat buku harian, Che senang mengabadikan momen lewat bidikan kamera.
Foto: Studienzentrum Che Guevara, Kuba
Bergerilya Seorang Diri
Tahun 1965 ia berpisah dengan Fidel Castro. Guevara meninggalkan Kuba menuju Kongo dan membangun tentara gerilya untuk melawan imperialisme pasca-kolonial. Pendapat lain menyebutkan, Guevara yang memiliki semangat revolusioner yang tinggi telah dideportasi ke Kongo. Terlepas dari fakta mana yang benar, upaya gerilya Guevara di Kongo gagal.
Foto: Getty Images/AFP
Akhir Perjalanan Che
Setelah Kongo, Che bergerilya di Bolivia. Bersama 15 pengikutnya, ia menciptakan revolusi merah di Amerika Selatan. Tidak mendapat dukungan, ia terisolasi di hutan. Foto perwira militer Bolivia di dekat jenazah Che ini disebarkan untuk membuktikan Guevara benar-benar telah meninggal. Tentara Bolivia bahkan memotong tangan Che, agar sidik jarinya bisa digunakan untuk membuktikan kematiannya.
Foto: Getty Images
Ziarah untuk Santo
Di ruang binatu rumah sakit di kota Vallegrande inilah, jenazah Guevara terbaring 50 tahun lalu. Beberapa saat setelah pemotretan, Che yang tewas pada usia 39 tahun dimakamkan di kuburan masal. Di dinding tertulis: "Bahkan jika mereka menyembunyikanmu di bawah bumi, mereka tak menghalangi kami untuk menemukanmu." 30 tahun kemudian, tulang belulang Guevara diidentifikasi, lalu dipindahkan ke Kuba.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Ismar
Tetap Abadi
Ribuan orang menghadiri peringatan ulang tahun ke-80 tokoh revolusioner itu, ketika patung Che Guevara diresmikan di kota kelahirannya, Rosario, Argentina. Penulis biografinya, Matthias Rüb menyebutkan gerakan sosial di Amerika Latin saat ini merupakan kelanjutan perjuangan revolusi Kuba dulu kala. Rüb merujuk Paus Fransiskus - yang juga berasal dari Argentina - sebagai penerus legasi Che Guevara.
Foto: AP
Pencipta Ikon Che
Foto Che Guevara dengan topi baret adalah karya tersohor Alberto Diaz Gutierrez atau Alberto Korda. Foto ini diambil tahun 1960, pada saat upacara berkabung atas meninggalnya 136 pekerja pelabuhan dalam sebuah ledakan. Foto ini memecahkan rekor sebagai foto yang paling banyak dicetak ulang dan diadaptasi ke berbagai tampilan visual lainnya. Tokoh revolusioner itu bahkan menjadi legenda budaya pop.
Foto: AP
Atas Nama Che
Ikon Che pernah diadaptasi saat kampanye Kanselir Jerman, Angela Merkel tahun 2005. Di Jerman, penulis lagu asal Jerman Timur, Wolf Biermann bahkan sebut Guevara "Kristus dengan sebuah pistol." Pada saat demonstrasi, khususnya buruh, poster Che kerap diusung. Bahkan terkadang kegiatan yang membawa Che sudah tidak terkait sama sekali dengan perjuangannya. Penulis: U. Steinwehr/T. Siregar (Ed. ml)
Foto: AP
12 foto1 | 12
Oposisi berusaha menyudutkan Petro sebagai populis radikal yang akan menciptakan bencana ekonomi layaknya di negeri jiran Venezuela. Padahal Petro sendiri mengecam kekuasaan Nicolas Maduro di Venezuela sebagai "republik pisang.”
Petro sebaliknya mendeklarasikan niat mengurangi produksi minyak dan menggeser titik berat relasi dengan Amerika Serikat dari perang narkotika menjadi perang melawan perubahan iklim. Dia juga menjanjikan kredit lunak bagi usaha kecil dan menengah, serta redistribusi dana pensiun untuk menjamin kesejahteraan buruh.
Petro juga berjanji akan mengupayakan damai dengan kelompok gerilya terakhir di Kolombia, Tentara Pembebasan Nasiolan (ELN), yang berhaluan marxis. "Rencana ini sangat ambisius,” kata Elizabeth Dickinson, analis Kolombia di lembaga penelitian, International Crisis Group, di Bogota.
"Tapi sangat penting, karena merupakan satu-satunya jalan keluar dari konflik bersenjata,” imbuhnya.
Kemenganan kandidat kiri dipahami sebagai pergeseran tradisi politik di Kolombia yang selama ini dipimpin tokoh prokorporasi. Kekuasaan pemerintahan konservatif dinilai gagal mereduksi ketimpangan ekonomi dan sosial, yang ikut mengompori konflik bersenjata selama enam dekade terakhir.
"Kolombia belum pernah punya pemerintahan yang progresif,” kata Petro kepada Reuters. "Setiap upaya yang dilakukan dalam satu abad terakhir ini dikutuk berakhir sebagai perang.”