1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Siapa Kelompok JAD Yang Dalangi Teror di Surabaya?

14 Mei 2018

Jamaah Ansharud Daulah diyakini bertanggungjawab mengorganisir serangkaian serangan di Surabaya. Kelompok yang berafiliasi dengan ISIS itu merupakan organisasi teror paling berbahaya di Indonesia saat ini.

Serangan teror di Gereja Pantekosta Pusat, Surabaya
Serangan teror di Gereja Pantekosta Pusat, SurabayaFoto: Reuters/Antara Foto/Surabaya Government

Tak kurang Kapolri Tito Karnavian yang mengklaim serangkaian serangan teror di Jakarta dan Surabaya merupakan "tindakan balas dendam" kelompok Jemaah Ansharud Daulah alias JAD. Ia mengatakan aksi tersebut merupakan reaksi atas keberhasilan polisi meringkus dua petinggi JAD, Aman Abdurrahman dan Zainal Anshori.

"Serangan ini dilakukan JAD yang merupakan kelompok pendukung ISIS di Indonesia dan didirikan Aman Abdurrahman," kata Tito kepada The Jakarta Post. "Mereka maunya main panas. Begitu ada penangkapan, maunya ada pembalasan,” imbuhnya lagi.

Serangan di Surabaya diduga dikoordinasikan oleh Dita Supriyatno, Ketua JAD Surabaya. Ia dikabarkan mengerahkan anggota keluarganya dan tewas saat meledakkan diri di Gereja Pantekosta Pusat, Surabaya.

JAD dibentuk pada 2015 silam oleh 21 organisasi teror yang mendeklarasikan kesetiaan pada Islamic State, seperti Majelis Indonesia Timur dan Barat, Ikhwan Mujahid Indonesi fil Jazirah al-Muluk, Khilafatul Muslimin, dll. Sejak itu organisasi ini sudah berulangkali melancarkan serangan di tanah air.

Baca:Pelibatan Keluarga sebagai Pelaku Pengeboman: Modus Baru Terorisme di Indonesia?

Baca: Dunia Internasional Turut Berduka Atas Aksi Bom di Surabaya

Ketika masih dipimpin Aman, JAD antara lain bertanggungjawab atas serangan bom Thamrin dan Kampung Melayu, bom di Polres Surakarta, penyerangan Mapolres Banyumas, bom panci di Bandung, baku tembak di Tuban, Jawa Timur, penyerangan pos kepolisian di Banten dan pengeboman Gereja Oikumene di Samarinda.

Pertautan Aman dengan ISIS mulai tercium publik ketika dia mengeluarkan fatwa jelang serangan bom Thamrin 2016 silam. "Berhijrahlah ke negara Islam dan jika tidak mampu, maka berjihadlah di negara masing-masing," tulisnya.

Sejak 2017 silam pemerintah AS menempatkan JAD dalam daftar organisasi teror dan melarang semua perusahaan AS berurusan dengan kelompok tersebut. 

Dalam aksinya JAD berulangkali menggandeng organisasi teror lain, Jamaah Ansharut Tauhid alias JAT yang merupakan kelompok pecahan Jemaah Islamiyah. JAT yang dibentuk tahun 2008 oleh Abu Bakar Ba'asyir diyakini beranggotakan hingga 2.000 orang. Namun menyusul penangkapan terhadap Ba'asyir, polisi mengklaim aktivitas JAT banyak berkurang.

Kali ini JAD diyakini menyiapkan rencana besar untuk menggandakan operasinya di Indonesia. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengklaim JAD telah mendapat perintah dari Afghanistan terkait pemindahan operasi dari Filipina. kalian harus tahu di dalam perintah dari Kabul, mereka akan memindahkan Marawi ke sini," ujarnya seperti dilansir Kompas.

rzn/yf (kompas, detik, cnnindonesia, bbc, tribunnews)