Siapa Nimr al Nimr yang Sulut Konflik Iran dan Arab Saudi?
5 Januari 2016
Tidak banyak diketahui mengenai Nimr al-Nimr, kecuali kiprahnya membela minoritas Syiah di Arab Saudi. Tapi bagaimana sosok sederhana itu bisa picu perang diplomatik antara dua negara paling berpengaruh di Timur Tengah?
Iklan
Siapa Nimr Baqir Nimr, sosok yang mampu mengobarkan perang diplomasi terbaru antara Iran dan Arab Saudi? Eksekusi mati terhadap ulama Syiah itu tidak cuma ditanggapi secara dramatis oleh Iran, tetapi juga mendorong beberapa negara teluk memutuskan hubungan diplomatik dengan negeri mullah tersebut.
Nimr bukan wajah asing buat penguasa Arab Saudi. Selama pergolakan yang disebut musim semi Arab 2011 silam, ulama paruh baya itu berkiprah mendukung kemerdekaan Katif dan Al-Ihsaa, dua wilayah di Arab Saudi yang berpenduduk mayoritas kaum Syiah.
Tapi selebihnya kiprah Nimr tidak banyak mengundang perhatian. Ia berulangkali memimpin aksi protes menentang praktik diskriminasi terhadap kaum Syiah di Arab Saudi. Ia berulangkali ditangkap dan dipenjarakan, serta kehilangan isterinya saat masih di bui.
Kendati dicap "radikal" oleh kerajaan Arab Saudi, Nimr selalu menyerukan perlawanan tanpa kekerasan terhadap para pengikutnya. Kepada BBC ia pernah berkata, bahwa "kata-kata" selalu lebih kuat ketimbang "pedang."
Lambang obsesi terhadap Iran
Nama Nimr menjadi buah bibir ketika ia dijatuhi vonis hukuman mati oleh pengadilan Arab Saudi 2014 lalu. Ia didakwa lantaran membangkang terhadap perintah negara dan dituduh merencanakan pembunuhan terhadap aparat keamanan. Sejak saat itu pria berusia 54 tahun tersebut menjadi sandera politik antara Teheran dan Riyadh.
Iran mengancam Arab Saudi akan "membayar mahal" jika melaksanakan eksekusi mati terhadap Al Nimr. Sebagai reaksi pemerintah Riyadh menangkap saudara laki-lakinya, Muhammad al-Nimr karena mengomentari putusan pengadilan di media sosial.
"Sikap keras pemerintah Arab Saudi dalam kasus Nimr menunjukkan obsesi keluarga kerajaan terhadap Iran", ujar Scott Lucas, Professsor Hubungan Internasional di Birmingham University,
Kepada Bloomberg Lucas mengatakan: "Saudi sengaja melintasi batas aman dalam hubungan diplomatik dengan mengeksekusi mati Al Nimr". Juga menambah garam ke luka yang terbuka, dengan menggunakan retorika yang menempatkan Nimr sejajar dengan teroris al-Qaida."
rzn/as (dari berbagai sumber)
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.