1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Yang Memberi Makan Dunia?

4 Juli 2008

Kamis (03/07) politisi utama Uni Eropa bertemu di Brussel dengan wakil dari FAO, PBB dan wakil negara-negara berkembang. Tema pembicaraan: siapa yang memberikan makan bagi dunia. Apa jawaban politisi Eropa?

Foto: picture-alliance/ dpa

Untuk jangka panjang, masalah tersebut tidak dapat ditangani dengan liberalisasi radikal, dan juga tidak dengan penutupan pasar nasional bagi produk pertanian. Demikian dikatakan Menteri Pertanian Perancis, Michel Barnier, yang saat ini menjadi pemimpin dewan menteri pertanian Uni Eropa.

Jika bahan pangan sangat kurang, harganya hanya dapat ditekan jika produksi ditingkatkan. Untuk itu, negara-negara pertanian kaya di bagian utara Bumi, dan negara-negara miskin di selatan harus segera menandatangani kerjasama kemitraan baru. Itulah tuntutan direktur Organisasi Pangan Dunia-FAO, Jacques Diouf.

Contoh dari Eropa

Michel Barnier berpendapat, Uni Eropa dengan politik pertaniannya yang terintegrasi adalah contoh bagus untuk Afrika, Asia dan Amerika Latin. Ia mengatakan, Eropa menyepakati politik pertanian bersama, untuk memberikan makanan cukup bagi rakyat. Itu semua berdasar pada kerjasama dan sikap dapat dipercaya. Sistem-sistem regional seperti itu seharusnya juga diciptakan di benua-benua lain, atas dasar saling membantu. Demikian pendapat Michel Barnier.

Pemimpin Organisasi Pangan Dunia - FAO, Jacques Diouf mengeluhkan, bahwa dalam 30 tahun terakhir peranan pertanian dalam bantuan pembangunan sangat berkurang. Di sektor itu, dana dan investasi kurang. Jacques Diouf menambahkan, itu adalah trend yang biasa, juga dalam bantuan bilateral. Selain itu, menurut Diouf, negara berkembang juga kurang mengambil tindakan untuk penggalakan dan pembiayaan sektor pertaniannya sendiri.

Bantuan bagi Petani

Komisaris Uni Eropa untuk bantuan pembangunan Louis Michel menuntut pemerintah negara-negara berkembang untuk lebih membantu petaninya. Mereka terutama membutuhkan penyaluran produk yang lebih baik dan kapasitas penyimpanan barang. Komisaris Uni Eropa untuk pertanian, Mariann Fischer-Boel mengumumkan akan memberikan paket bantuan untuk pertanian di negara-negara berkembang.

Ia mengatakan, Uni Eropa akan membantu mereka dengan uang, supaya negara berkembang dapat membeli bibit dan pupuk. Sehingga negara-negara itu dapat memberi makan rakyatnya dan mudah-mudahan dapat mencegah urbanisasi, yang biasanya tidak menjadikan masa depan lebih baik.

Tingginya bantuan keuangan baru akan diumumkan pekan depan. Sementara ini, komisi Uni Eropa sedang mendesposisi dana anggaran belanja di bidang pertanian. Menurut perkiraan Uni Eropa, sekitar 860 juta orang menderita kelaparan dan terancam kematian. Tahun lalu, karena harga gandum dan bahan pangan pokok meningkat pesat, jumlahnya tambah 50 juta lagi. Demikian dikatakan direktor FAO, Jacques Diouf.

Dana Bantuan Sudah Ada

Komisaris Uni Eropa untuk bantuan pembangunan, Louis Michel menentang pembentukan dana bantuan berikutnya, seperti diusulkan Perancis. Menurutnya, dana bantuan pangan baru untuk seluruh dunia tidak bermanfaat, karena instrumen seperti itu sekarang sudah ada dalam program pangan PBB dan FAO.

Michel berpendapat, lebih baik jika program bantuan dikoordinir lebih baik untuk tiap negara berkembang. Termasuk di dalamnya, pembagian bibit yang lebih baik dan pengairan. Tiap negara berkembang punya situasi yang spesial. Tidak setiap cara cocok dengan setiap negara. Demikian ditambahkan Michel.

Bukan Salah Eropa

Komisaris Uni Eropa Mariann Fischer Boel kembali menyangkal tuduhan, bahwa Uni Eropalah yang bersalah sehingga krisis bahan pangan terhadi di negara berkembang, yaitu dengan memberikan subsidi pertanian bagi petaninya sendiri. Fischer-Boel mengatakan, selain pada produk susu, tidak ada bantuan ekspor apapun lagi.

Uni Eropa sekarang sudah mengijinkan masuknya impor pertanian dari 49 negara termiskin dunia, tanpa cukai dan pembatasan jumlah. Selain itu, menurut Fischer-Boel, ijin juga diberikan untuk 30 negara lainnya di Afrika, Karibik dan Pasifik, yang baru menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.

Bantuan dari Uni Eropa

Menurut Fischer-Boel masalahnya adalah, produk negara berkembang hanya sedikit, sehingga jumlah ekspor juga kurang. Tanpa impor dari Uni Eropa, penyediaan makanan di beberapa negara tidak akan berfungsi sama sekali.

Uni Eropa tidak hanya akan membantu petani di negara-negara lain, melainkan juga lapisan masyarakat miskin di Uni Eropa, yang menderita karena naiknya harga bangan pangan.

Penyebab Krisis

Direktur FAO, Jacques Diouf mengatakan, naiknya harga pangan dunia disebabkan semakin besarnya permintaan dari negara ambang industri, gagalnya panen, cuaca yang ekstrem dan bertambahnya penanaman pohon yang hasilnya bisa digunakan untuk bio bensin.

Koordinator bantuan kemanusiaan PBB, John Holmes menuntut negara-negara industri dan ambang industri agar mempertimbangkan kembali targetnya, untuk meningkatkan prosentase bio bensin menjadi 10% dari kebutuhan seluruhnya. Dan wakil dari organisasi non pemerintah mengeritik, hutan-hutan tropis di Brasil dan Indonesia dimusnahkan untuk mendirikan perkebunan yang menghasilkan bio bensin. (ml)