Sidang Dewan Keamanan PBB Soroti Kerawanan Pangan Global
4 Agustus 2023
Masalah kerawanan pangan global akibat perang di Ukraina dan ancaman krisis yang membayangi populasi yang rentan menjadi sorotan Sidang Dewan Keamanan PBB hari Kamis (3/8) di New York.
Iklan
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada hari Kamis (3/8) di New York, dipimpin Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, untuk membahas masalah keamanan pangan global, yang berkaitan dengan invasi Rusia ke Ukraina. Amerika Serikat menjadi presiden DK PBB untuk bulan Agustus.
Antony Blinken menyerukan kepada semua negara untuk memberitahu Rusia, agar berhenti menggunakan kekuatan perangnya untuk memblokade Laut Hitam dan ekspor biji-bijian dari Ukraina. Blinken menyebut tindakan Rusia sebagai "pemerasan" dan meminta Rusia berhenti memperlakukan orang-orang yang kelaparan dan rentan di dunia sebagai sandera dalam "perang yang tidak beralasan."
Menteri luar AS juga mengecam Rusia karena mengabaikan seruan internasional dan menolak perpanjangan kesepakatan ekspor gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam ke negara-negara yang membutuhkan.
"Dan apa tanggapan Rusia terhadap kesusahan dan kemarahan dunia? Membom lumbung pangan Ukraina, memasang ranjau di pintu masuk pelabuhan, mengancam akan menyerang kapal apa pun di Laut Hitam," kata Blinken.
Konflik bersenjata pendorong utama kerawanan pangan
Antony Blinken menyebut berbagai konflik bersenjata di sejumlah kawasan menjadi pendorong utama kekurangan pangan dan kelaparan. Dia mengumumkan bahwa Amerika Serikat, yang telah menyediakan lebih dari USD 17,5 miliar sejak Januari 2021 untuk mengatasi kelaparan dan kerawanan pangan, akan memberikan USD 362 juta lebih banyak untuk mengatasi penyebab kelaparan di Haiti dan 11 negara Afrika.
Iklan
Program Pangan Dunia PBB pekan lalu mengatakan, mereka membutuhkan USD 20 miliar untuk memberikan bantuan kepada semua orang yang membutuhkan, tetapi menargetkan antara USD 10 miliar hingga 14 miliar, jumlah yang telah diterima dalam beberapa tahun terakhir. Namun tahun ini, WFP mengatakan baru menerima sekitar USD 5 miliar. Oleh karena itu 38 dari 86 negara tempatnya beroperasi telah melihat pemotongan atau merencanakan pemotongan bantuan pangan segera.
Pada awal pertemuan, Dewan Keamanan mengadopsi pernyataan yang disetujui oleh semua 15 anggota, yang mengutuk keras "penggunaan kelaparan warga sipil sebagai metode perang" dan mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya jumlah konflik bersenjata di seluruh dunia.
Pada tahun 2022, "konflik bersenjata adalah pendorong paling signifikan dari kerawanan pangan akut tingkat tinggi bagi sekitar 117 juta orang di 19 negara dan wilayah," kata pernyataan tersebut. Sekitar 148,1 juta anak di bawah usia lima tahun menderita pertumbuhan terhambat karena kurang gizi. Pernyataan Dewan Keamanan menekankan perlunya "memutus lingkaran setan antara konflik bersenjata dan kerawanan pangan."
Linimasa Setahun Perang di Ukraina dalam Foto
Pada 24 Februari 2022 pagi, Rusia menginvasi Ukraina. Menurut PBB, ribuan tentara dan warga sipil telah tewas. Linimasa peristiwa mengejutkan terekam dalam foto-foto berikut ini.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP/Getty Images
Hari yang gelap bagi jutaan orang
Pada 24 Februari 2022 pagi, banyak warga Ukraina terbangun karena ledakan seperti ini di ibu kota, Kyiv. Rusia telah melancarkan invasi besar-besaran, menandai serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain sejak Perang Dunia II. Tak lama berselang, Ukraina mengumumkan darurat militer. Bangunan sipil menjadi sasaran dan kasus kematian pertama dilaporkan segera setelah itu.
Foto: Ukrainian President s Office/Zuma/imago images
Penembakan terus-menerus
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang "operasi militer khusus" dan mengatakan dia akan merebut wilayah timur Donetsk dan Luhansk. Penduduk kota Mariupol di Oblast Donetsk berlindung di ruang bawah tanah selama berminggu-minggu. Banyak yang mati di bawah reruntuhan. Serangan udara Rusia di teater, tempat ratusan orang berlindung pada Maret 2022, dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.
Foto: Nikolai Trishin/TASS/dpa/picture alliance
Eksodus massal
Perang di Ukraina telah menyebabkan pengungsian besar-besaran yang tak terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II. Menurut badan pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 8 juta orang telah meninggalkan negara itu. Polandia sendiri telah menampung 1,5 juta orang, lebih banyak dari negara Uni Eropa lainnya. Jutaan orang, terutama dari timur dan selatan Ukraina, terpaksa mengungsi dari perang.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP
"Adegan" horor di Bucha
Hanya dalam beberapa minggu, tentara Ukraina berhasil mengusir pasukan militer Rusia dari daerah di utara dan timur laut negara itu. Rencana Rusia untuk mengepung ibu kota, Kyiv, gagal. Setelah wilayah dibebaskan, dugaan kekejaman Rusia menjadi jelas. Gambar warga sipil yang disiksa dan dibunuh di Bucha, dekat Kyiv, menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat melaporkan ada 461 kematian.
Foto: Carol Guzy/ZUMA PRESS/dpa/picture alliance
Kehancuran dan kematian di Kramatorsk
Jumlah korban sipil di Donbas meningkat pesat. Pejabat mengatakan kepada penduduk sipil untuk mundur ke daerah yang lebih aman, tetapi rudal Rusia juga menargetkan mereka saat berusaha melarikan diri, termasuk di Kramatorsk. Lebih dari 61 warga tewas dan 120 lainnya terluka di stasiun kereta api pada April 2022, di saat ribuan orang berharap bisa menyelamatkan diri.
Selama serangan udara Rusia, jutaan orang Ukraina mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan. Bagi orang-orang yang dekat dengan garis depan dalam jangkauan artileri, ruang bawah tanah telah menjadi rumah kedua. Di Kyiv (seperti yang terlihat di atas) dan Kharkiv, stasiun kereta bawah tanah menjadi tempat berlindung yang aman.
Foto: Dimitar Dilkoff/AFP/Getty Images
Risiko nuklir tinggi di Zaporizhzhia
Pada minggu-minggu pertama setelah invasi, Rusia menduduki sebagian besar wilayah selatan dan timur Ukraina, termasuk dekat Kyiv. Pertempuran meluas ke lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di tenggara, yang sejak saat itu berada di bawah kendali Rusia. Badan Energi Atom Internasional mengirim para ahli ke PLTN tersebut dan menyerukan zona aman di sekitar area itu.
Foto: Str./AFP/Getty Images
Jumlah korban tewas tidak jelas
Jumlah pasti korban tewas akibat perang masih belum jelas. Menurut PBB, setidaknya 7.200 warga sipil telah tewas dan 12.000 lainnya terluka, bahkan jumlah yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Jumlah pasti tentara Ukraina yang tewas juga tidak pasti. Pada Desember 2022, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak memperkirakan jumlahnya mencapai 13.000 jiwa.
Foto: Raphael Lafargue/abaca/picture alliance
Kiriman senjata dari Barat untuk Ukraina
Pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina telah menjadi topik hangat sejak awal perang, tetapi mulanya Kyiv hanya menerima sedikit. Peluncur roket HIMARS buatan AS benar-benar membantu pertahanan. Mereka telah mengizinkan militer Ukraina untuk menghentikan pasokan amunisi ke artileri Rusia dan kemungkinan besar juga berkontribusi pada keberhasilan serangan balik Ukraina.
Foto: James Lefty Larimer/US Army/Zuma Wire/IMAGO
Harapan bisa segera masuk Uni Eropa
Pesan video harian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, di mana dia melaporkan kondisi negara dan perang yang sedang berlangsung, dilihat oleh jutaan orang. Zelenskyy tidak hanya mampu menyatukan penduduk negaranya, tetapi juga mendapatkan dukungan Barat. Integrasi Eropa telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya dan Ukraina sekarang berada di jalur menuju keanggotaan Uni Eropa. (ha/hp)
Foto: Kenzo Tribouillard/AFP
10 foto1 | 10
"Terlalu lemah untuk menangis karena kekurangan gizi"
Ketua Satuan Tugas Tingkat Tinggi PBB untuk Mencegah Kelaparan, Reena Ghelani, mengatakan kepada dewan bahwa di banyak kamp pengungsi yang telah dia kunjungi ada "kesunyian yang menakutkan dari anak-anak kecil" yang berjuang untuk hidup mereka, tetapi terlalu lemah untuk menangis karena kekurangan gizi.
"Keheningan itu juga merupakan seruan untuk bertindak," katanya. "Business as usual tidak akan berhasil."
Perwakilan dari 80 negara masuk dalam daftar pembicara pada pertemuan dewan keamanan sepanjang hari itu. Duta Beesar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, menanggapi kritik atas penarikan negaranya dari kesepakatan Laut Hitam dengan mengklaim bahwa itu aksi bantuan telah menjadi komersial, bukan lagi aksi kemanusiaan.
Dia menuduh Barat membahas ancaman kelaparan dunia "hanya sejauh mereka pikir mereka dapat mengeksploitasi topik ini untuk menjelekkan Rusia" dan bermimpi untuk mengalahkan Rusia di Ukraina.