Sikap Keras Australia atas Migran Sri Lanka
8 Juli 2014Kelompok migran yang terdiri dari 41 orang, termasuk diantaranya empat perempuan dan sembilan anak-anak, hadir di persidangan sebelah selatan kota Galle, Sri Lanka, di mana sebagian besar dari mereka dibebaskan dengan jaminan dari dakwaan meninggalkan negara itu secara ilegal.
Para kerabat menanti di luar pengadilan dengan cemas, saat hakim Umesh Kalansuriya memberikan jaminan kepada 27 orang dari kelompok tersebut, mengirimkan lima lainnya ke tahanan dan membebaskan anak-anak.
Sejumlah perempuan, seorang diantaranya menggendong bayi sambil memegang tangan anak-anak lainnya, menangis ketika polisi menyampaikan dakwaan kepada hakim bahwa kelompok ini telah melanggar hukum imigrasi, sebuah tuduhan yang bisa berujung penjara maksimal dua tahun di Sri Lanka.
Australia mendapat kecaman keras atas pengusiran para migran ini, dimana para ahli memperingatkan bahwa mengusir mundur para pendatang setelah memeriksa mereka sebagai pencari suaka di laut tampaknya bukanlah sesuatu yang memadai secara hukum internasional.
Beberapa imigran, yang sebagian besar dari mereka berasal dari komunitas mayoritas Sinhala, mengatakan mereka sebetulnya mencoba untuk mencapai Selandia Baru bukan Australia, di mana mereka berharap bisa mendapat kehidupan yang lebih baik.
L.A. Nilantha menuduh petugas bea cukai Australia mengunci mereka dan memberi mereka sedikit makan dan minum setelah mereka dijemput dari laut oleh angkatan bersenjata Australia.
“Mereka memberi saya sebuah nomor untuk berbicara dengan seseorang yang tidak saya kenal,” kata Nilantha, seorang bekas pemilik toko. ”Saya tidak mengerti bahasanya dan jalur komunikasi juga sangat buruk. Saya tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengatakan kepada mereka apa yang saya inginkan.”
‘Pulang ke Sri Lanka'
Pendatang lainnya mengatakan mereka secara rasis dilecehkan dan tidak diberi pengobatan, ketika beberapa dari mereka mencoba melakukan aksi mogok makan sebagai protes atas perlakuan terhadap mereka.
“Mereka terus menerus mengatakan “Anda ‘fucking Sri Lanka', kembali ke fucking Sri Lanka'," kata seorang imigran yang tidak bersedia disebutkan namanya.
“Ketika saya minta obat memar yang terus bertambah setelah naik kapal (AL Australia), mereka bilang tidak bisa membantu.”
Migran lainnya yang juga tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan mereka diberi makanan kadaluwarsa sambil menambahkan bahwa “mereka (Australia) memperlakukan kami lebih buruk dari anjing”.
Migran bernama Bhamith Caldera mengatakan ia akan “mengajukan keberatan kepada PBB” atas perlakuan terhadap dirinya dan membantah bahwa ia telah menjalani pemeriksaan sebagai seorang pencari suaka.
“Mereka tidak pernah mengajukan pertanyaan apapun. Mereka cuma ingin kami pulang,” kata dia, sambil menolak menjawab apakah ia percaya dirinya punya sebuah kasus yang bisa dipakai sebagai alasan untuk meminta suaka. ”Mereka memperlakukan kami dengan sangat buruk.”
”Ketika para perempuan jatuh demam, mereka hanya diberi air,” tambah dia. ”Kami kelaparan. Di mana hak asasi manusia Australia?”
ab/hp (afp,ap,rtr)