1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sikap Obama terhadap Ahmadinejad Dinilai Lembek

19 Juni 2009

Presiden Amerika Serikat Barack Obama hanya mengatakan bahwa ia prihatin atas keadaan di Iran. Namun ia tak mau turut bicara mengenai tudingan kecurangan dan simpati kepada kaum reformis.

Presiden AS Barack ObamaFoto: AP

Ratusan ribu orang setiap harinya memenuhi jalanan Teheran dan kota-kota lran lain. Menyuarakan protes atas hasil Pemilu yang dituding curang. Mereka mengambil risiko untuk memperjuangkan reformasi melawan suatu rezim teokrasi, suatu pemerintahan dan negara yang dikuasai kaum agamawan yang keras.

Adapun masyarakat dunia, khususnya negara-negara demokrasi maju, seakan hanya melihat dan menunggu. Kendati dengan harap-harap cemas. Presiden Amerika Serikat Barack Obama hanya mengatakan bahwa ia prihatin atas keadaan di Iran. Namun ia tak mau turut bicara mengenai tudingan kecurangan dan simpati kepada kaum reformis. Ia berdalih: "Tidak produktif. Mempertimbangakan sejarah hubungan AS-Iran selama ini, merupakan hal yang tidak produktif, jika presiden Amerika Serikat dipandang ikut campur dalam urusan Pemilu Iran."

Barack Obama tahu bahwa banyak orang di Iran tak pernah lupa bagaimana setengah abad lalu Shah Iran berhasil kembali ke tampuk kekuasaan berkat campur tangan Amerika. Shah Reza Pahlevi kemudian digulingkan tahun 1979 oleh Revolusi Islam pimpinan Ayatullah Rohullah Khomeini. Sejak itu putuslah hubungan diplomatik Iran dan Amerika. Hubungan kedua negara mencapai titik genting baru akibat ucapan Presiden George Bush, yang mengatakan bahwa Iran, bersama Korea Utara dan Irak, merupakan bagian dari Poros Kejahatan.

Terpilihnya Barack Obama sebagai presiden AS, dengan tekad untuk merintis pendekatan-pendekatan baru dengan dunia Islam dan dengan Iran khususnya, memunculkan harapan akan mencairnya ketegangan. Dan krisis di Iran sekarang merupakan semacam perangkap bagi Barack Obama. Ia tahu, dukungan terbuka kepada calon presiden reformis Mir Hossein Mousavi yang dinyatakan kalah, justru bisa jadi senjata ampuh bagi rezim yang berkuasa sekarang.

"Cara paling gampang bagi kekuatan reaksioner di Iran untuk memberangus kaum reformis adalah mengatakan bahwa Amerika merupakan pihak yang mendorong para reformis ini. Karenanya saya katakan, semuanya terserah pada rakyat Iran sendiri untuk mengambil keputusan. Kami tak mau mencampuri."

Namun para politikus garis keras Partai Republik mengecam sikap Barack Obama terhadap Ahmadinejad yang dipandang lembek. Misalnya Senator dan bekas capres yang dikalahkan Obama, John McCain: "Ia seharusnya menyatakan dengan lantang bahwa itu merupakan Pemilu yang korup dan curang. Dan bahwa rakyat Iran telah dirampas haknya. Dan bahwa kita mendukung rakyat Iran dalam menentang rezim yang menindas".

Di sisi lain Barack Obama tampak terjebak dalam penyederhanaan. Ia mengatakan bahwa sebetulnya antara Mahmoud Ahmadinejad dengan Mir Hossein Mousavi sebetulnya hampir sama saja.

"Kendati terjadi perkembangan yang luar biasa di Iran, namun perbedaan antara Ahmadinejad dan Mousavi, dalam arti kebijakan aktualnya, bisa jadi tidak akan sebesar sebagaimana yang digembar-gemborkan. Bagaimanapun, kita harus berurusan dengan suatu rezim yang secara historis memusuhi Amerika Serikat, bermasalah dengan negara-negara sekitar, dan berusaha mengembangkan senjata nuklir. Jadi kita memiliki kepentingan jangka panjang agar mereka tidak memiliki persenjataan nuklir, serta berhenti mendanai organisasi seperti Hisbullah dan Hamas. Itulah kejadiannya, terlepas dari siapapun yang nantinya berkuasa sebagai hasil Pemilu ini."

Pernyataan ini bagaikan tamparan bagi kaum reformis di Iran yang mengambil risiko berbahaya untuk terlibat dalam gerakan. Apalagi pemimpin spriritual tertinggi Iran bahkan sudah mengatakan bahwa Pemilu berlangsung baik tanpa kecurangan. Itu berarti, risiko yang dihadapi kaum reformis pendukung Mir Hossein Mussawi yang dinyatakan kalah, lebih besar lagi, karena rezim presiden Ahmadinejad mendapat dukungan pemimpion keagamaan tertinggi. Menyamakan Mousavi dengan Ahmadinejad tampak seperti melecehkan perjuangan dan bahaya yang dihadapi kaum reformis.

zer-GG/AFP/DPA/engelke