Kisah Zaira Wasim, Aktris Bollywood yang Hijrah demi Agama
1 Juli 2019
Sepanjang karirnya Zaira Wasim bergulat antara dogma agama dan tuntutan pekerjaan sebagai bintang Bollywood. Hingga akhirnya dia menyerah dan memilih berhijrah. Langkahnya mengundang kritik dan pujian dari berbagai arah.
Iklan
Sejak awal nasib seakan membawa Zaira Wasim ke dunia yang lain dari yang diinginkannya. Perempuan yang lahir di Kashmir, 18 tahun silam itu, tiba di Bollywood membawa segudang harapan. Namun tiga tahun setelah debutnya yang spektakuler lewat film Dangal pada 2016 silam, Zaira memutuskan berhenti dari dunia akting dan berhijrah demi agama.
"Saya ingin mengaku betapa saya tidak bahagia dengan identitas saya yang berkaitan dengan pekerjaan saya. Saya menyadari meski saya bisa cocok di dunia ini (Bollywood), saya bukan bagian darinya," kata dia dalam pernyataan publik di Instagram.
Padahal pada tahun 2017 silam Zaira memainkan peran perempuan muslim yang teremansipasi. Dalam film "Secret Superstar" dia berlaku sebagai Insia Malik yang meski taat beragama, namun tetap bisa menikmati kebebasan seperti menari dan bernyanyi.
"Dunia film membawa saya ke jalur kebodohan, karena secara diam-diam dan tanpa disadari, ia membawa saya menjauh dari iman. Saya kehilangan semua barokah dari kehidupan saya," imbuhnya, sebelum menambahkan betapa ia bergulat mendamaikan keyakinan dan pekerjaan. "Saya tidak ingin menyerah pada lingkungan yang merusak iman dan hubungan saya dengan Allah."
Lika-Liku Hidup Perempuan Tukang Pukul di Klub Malam India
Ia orang India, Muslim dan mencari nafkah jadi tukang pukul di klub malam. Akibat pekerjaannya yang tak lazim bagi perempuan, Meherunnisa Shaukat Ali sering hadapi tantangan. Terutama dari kaum pria.
Foto: Reuters/A. Abidi
Kehidupan Malam Dimulai
Begitu klub malam "Social" buka, jam kerja Meherunnisa dimulai. Ia memeriksa tas tangan pengunjung, menyita obat terlarang, dan memutuskan siapa yang boleh masuk, dan siapa yang tidak. Perempuan 30 tahun itu adalah tukang pukul di salah satu klub malam paling populer di New Delhi.
Foto: Reuters/A. Abidi
Bekerja di Situasi Klub Malam
Klub bernama "Social" termasuk salah satu alamat paling dikenal di Hauz Khas Village, kawasan yang disukai banyak orang di ibukota India. Kawasan ini terutama dikunjungi anak muda dan orang kaya, yang ingin berdansa sepanjang malam.
Foto: Reuters/A. Abidi
Perempuan di Antara Pria
Di sektor yang didominasi pria, Mehrunnisha punya tugas tersendiri. "Kami memutuskan utnuk mempekerjakan perempuan, agar tamu perempuan merasa aman", demikian penjelasan pemilik klub malam "Social", Riyaaz Amlani. Tamu perempuan jadi bisa meminta bantuan tukang pukul perempuan. "Dan Mehrunnisha adalah orang yang tepat untuk tugas ini."
Foto: Reuters/A. Abidi
Persaudaraan Istimewa
Jika "hidup malamnya" sudah berakhir Mehrunnisha (kanan) berjalan bersama adik perempuannya Tarannum ke tempat antrian taksi. Tarannum juga bekerja di sebuah klub malam di Hauz Khas Village. Bersama-sama mereka mendapat sekitar 6 juta Rupiah per bulan.
Foto: Reuters/A. Abidi
Dari Hitam Menjadi Warna-Warni
Di siang hari, kakak beradik itu mengganti baju yang dikenakan dari hitam menjadi pakaian khas India yang warna-warni, dan menjalankan kewajiban di rumah tangga. Foto: Mereka berbelanja untuk Idul Fitri.
Foto: Reuters/A. Abidi
Pencari Nafkah Keluarga
Sejak ayah mereka kehilangan pekerjaannya, Mehrunnisha dan Tarannum jadi pencari nafkah untuk keluarga, yang mencakup orang tua, saudara perempuan, dan tiga anaknya. Bersama-sama mereka tinggal di apartmen yang hanya punya satu kamar. Penghasilan mereka hanya cukup untuk itu.
Foto: Reuters/A. Abidi
Harus dengan Keluarga
Keluarganya tidak selalu memberikan dukungan, demikian tutur Mehrunnisha. Sekarangpun saudara laki-lakinya masih suka bertanya, apa sebenarnya pekerjaannya. "Tapi saya tidak terganggu", kata Mehrunnisha yang berusia 30 tahun. "Karena orang tua percaya kepada saya."
Foto: Reuters/A. Abidi
Ibu Yang Mendukung
Ibu Mehrunnisha dulu berkeras agar anak perempuannya bisa bersekolah. Ayah mereka awalnya tidak merasa pendidikan penting bagi anak perempuan. Bagi anak perempuan India secara umum, pendidikan bukan sesuatu yang pasti mereka terima.
Foto: Reuters/A. Abidi
Memisahkan Diri dari Tradisi?
Karena pekerjaannya, Mehrunnisha harus memisahkan diri dari tradisi. Karena bagi perempuan India pada umumnya, mereka menikah, kemudian melahirkan anak-anak, dan menempatkan diri di bawah kekuasaan suami. Kurang dari sepertiga perempuan bekerja mencari nafkah. Sejumlah perempuan bahkan tidak boleh keluar rumah.
Foto: Reuters/A. Abidi
Berolahraga Menjaga Kekuatan
Di studio fitness, Mehrunnisha dan saudara perempuannya biasanya juga jadi tamu perempuan satu-satunya. Tapi mereka datang setiap hari untuk berlatih. Karena mereka harus cukup kuat, untuk menghadapi atau bahkan menendang keluar pengunjung klub malam yang mabuk. "Menjaga keamanan orang, apalagi perempuan,a dalah tanggung jawab besar", kata Mehrunnisha.
Foto: Reuters/A. Abidi
Bangga dengan Pekerjaan
Upaya Mehrunnisha mendapat pahala. Para tamu suka padanya. Terutama perempuan muda merasa tenang jika ia ada, demikian tuturnya. Jadi tukang pukul bukan pekerjaan mudah, jelasnya. "Tapi saya bangga dengan apa yang saya kerjakan." Penulis: Nina Niebergall (ml/hp)
Foto: Reuters/A. Abidi
11 foto1 | 11
Keputusan Zaira sontak mengundang simpati dan kritik. Omar Suleiman, intelektual muslim AS, misalnya menyambut langkah Zaira meninggalkan Bollywood demi agama. Dia mendoakan agar perempuan muda itu "dibukakan pintu kesucian sebagaimana dia meninggalkan pintu dunia yang penuh tipu daya," tulisnya dalam kolom komentar.
Namun aktivis perempuan India, Sarah Hussein, sebaliknya mengritik betapa Zaira mempersulit upaya memberdayakan perempuan. "Terimakasih telah menginspirasi para peremuan muda dan mengajarkan mereka, bahwa tempat bagi perempuan bukan di dunia perfilman melainkan di balik burkha," tulisnya.
Karir Zaira sejak awal sudah diiringi kontroversi terkait identitas keislamannya di ruang publik. Predikatnya sebagai "teladan bagi perempuan Kashmir" yang disematkan oleh warga di kampung halamannya sendiri misalnya menjadi bumerang.
Saat bertemu seorang pejabat senior Kashmir pada 2017 silam, Zaira yang saat itu berusia 16 tahun dihujani kritik lantaran tampil dengan potongan rambut pendek demi memainkan peran Geeta Phogat di film Dangal yang bertemakan olahraga.
Saat itu penampilannya diserang kaum muslim konservatif India dan Pakistan lantaran dianggap "tidak Islamis." Zaira bahkan menerima ancaman pembunuhan, antara lain dari Islamic State. Dia akhirnya meminta maaf, sesuatu yang kemudian menambah panas kontroversi.
"Saya tidak ingin menjadi teladan. Saya tidak bangga pada apa yang saya kerjakan," tulisnya kemudian.
Tak lama setelah skandal di Kashmir, dia berdebat dengan Menteri Olahraga India, Vijay Goel, ihwal jilbab. Ketika Vijay menulis "anak perempuan kami membebaskan diri dari kungkungannya masing-masing," Zaira menjawab dengan ungkapan bahwa hijab "adalah indah dan bebas."
Hanya saja sejak berhijrah, kebebasan yang dielukan Zaira memudar saat dia menghapus satu per satu foto bergambar wajah dari akunnya di Instagram.
rzn/ap (dari berbagai sumber)
Derita Warga Kashmir Akibat Konflik Politik India-Pakistan
India dan Pakistan terus berseteru karena Kashmir, wilayah bergejolak yang telah dilanda pemberontakan bersenjata selama hampir tiga dekade. Banyak warga Kashmir yang sudah muak dengan Islamabad dan New Delhi.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
Bahaya yang belum pernah ada sebelumnya?
Pada tanggal 27 Februari 2019, militer Pakistan mengatakan bahwa mereka telah menembak jatuh dua jet tempur India. Seorang juru bicara militer Pakistan mengatakan jet itu ditembak jatuh setelah mereka memasuki wilayah udara Pakistan. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah, di mana dua negara, yang memiliki senjata nuklir melakukan serangan udara terhadap satu sama lain.
Foto: Reuters/D. Ismail
India menjatuhkan bom di Pakistan
Militer Pakistan merilis gambar ini untuk menunjukkan bahwa pesawat tempur India menyerang wilayah Pakistan untuk pertama kalinya sejak kedua negara terlibat perang tahun 1971. India mengatakan serangan udara itu sebagai tanggapan terhadap serangan bom bunuh diri baru-baru ini terhadap pasukan India yang berbasis di Jammu dan Kashmir.
Foto: AFP/ISPR
Militer bukan solusi
Warga sipil India percaya bahwa pemerintah India tidak dapat membebaskan dirinya dari tanggung jawab dengan menuduh Islamabad menciptakan kerusuhan di lembah Kashmir. Sejumlah organisasi HAM menuntut agar pemerintahan Narendra Modi mengurangi jumlah pasukan di Kashmir dan membiarkan rakyat menentukan nasib mereka.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
Kekerasan tiada akhir
Pada 14 Februari 2019, setidaknya 41 polisi paramiliter India tewas dalam serangan bom bunuh diri di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Kelompok militan yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammad, mengaku bertanggung jawab. Serangan itu meningkatkan ketegangan dan memicu kekhawatiran konfrontasi bersenjata antara dua negara yang memiliki kekuatan senjata nuklir.
Foto: IANS
Konflik yang pahit
Sejak tahun 1989, gerilyawan Muslim telah memerangi pasukan India di bagian Kashmir yang dikelola India. Wilayah ini berpenduduk 2 juta orang, dan sekitar 70 persen di antaranya adalah Muslim. Dua dari tiga perang antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan tahun 1947 adalah karena sengketa wilayah Kashmir.
India menumpas pemberontakan militan
Pada Oktober 2016, militer India melancarkan serangan terhadap pemberontak bersenjata di Kashmir, yang mengepung sedikitnya 20 desa di distrik Shopian. New Delhi menuduh Islamabad mendukung militan, yang melintasi "Line of Control" Pakistan-India dan menyerang pasukan paramiliter India.
Foto: picture alliance/AP Photo/C. Anand
Kematian seorang separatis Kashmir
Situasi keamanan di Kashmir bagian India memburuk setelah peristiwa pembunuhan Burhan Wani, seorang pemimpin muda gerakan separatis Kashmir pada Juli 2016. Protes terhadap pemerintahan India dan bentrokan antara separatis dan tentara telah merenggut ratusan nyawa sejak saat itu.
Foto: Reuters/D. Ismail
Serangan Uri
Pada September 2016, militan Muslim membunuh setidaknya 17 tentara India dan melukai 30 lainnya di Kashmir India. Tentara India mengatakan para pemberontak telah menyusup ke bagian Kashmir India dari Pakistan. Investigasi awal menunjukkan bahwa gerilyawan itu adalah anggota kelompok Jaish-e-Mohammad yang bermarkas di Pakistan, yang telah aktif di Kashmir selama lebih dari satu dekade.
Foto: UNI
Pelanggaran HAM
Pihak berwenang India memblokir sejumlah situs media sosial di Kashmir setelah video yang menunjukkan pasukan India melakukan pelanggaran HAM berat menjadi viral di internet. Video-video itu menimbulkan kemarahan di media sosial. Salah satu video menunjukkan pemrotes Kashmir diikat pada jip tentara India, diduga digunakan sebagai tameng hidup.
Foto: Getty Images/AFP/
Demiliterisasi Kashmir
Mereka yang mendukung Kashmir untuk merdeka ingin Pakistan dan India membiarkan rakyat Kashmir menentukan masa depan mereka. "Sudah saatnya India dan Pakistan menarik pasukan mereka dari wilayah yang mereka kendalikan dan mengadakan referendum yang diawasi secara internasional," kata Toqeer Gilani, Presiden Front Pembebasan Jammu dan Kashmir, kepada DW.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Singh
Tidak ada peluang untuk memisahkan diri
Sebagian besar pengamat Kashmir tidak melihat Kashmir merdeka dalam waktu dekat. Mereka mengatakan, meskipun sebagian strategi keras yang digunakan India untuk berurusan dengan militan dan separatis di Kashmir telah berhasil, cepat atau lambat New Delhi harus menemukan solusi politik untuk krisis ini. Perpisahan Kashmir, kata mereka, bukan bagian dari solusi. (Teks: Shamil Shams. Ed.: na/ap)