Sinabung tiba-tiba meletus hebat. Sedikitnya 15 tewas akibat erupsi, jumlah korban tewas dikhawatirkan terus bertambah. Tim Basarnas sedang melakukan evakuasi korban tewas, dan mencari korban yang masih hilang.

Tim evakuasi melewati kawasan yang tertimbun abu vulkanik tebal. Sepedamotor warga yang tidak bisa diselamatkan, bergelimpangan tertutup abu. Tim masih berusaha mencari korban selamat atau juga mengevakuasi korban tewas,

Polisi membawa barang-barang milik korban yang meninggal dunia akibat awan panas dari Gunung Sinabung. Yang mengenaskan, sejumlah ponsel yang tertinggal terus berdering, sementara pemiliknya tidak diketahui dimana, sudah tewas atau selamat?

Regu penyelamat menemukan jenazah korban di Desa Karo pada awal Februari ini, menyusul letusan Gunung Sinabung.

Anggota-anggota Tim SAR melakukan pengarahan, dalam operasi pencarian korban bencana Sinabung.

Penduduk desa makan dalam kondisi seadanya di kamp penampungan sementara yang disediakan bagi pengungsi.

Penduduk desa dievakuasi agar terhindar dari awan panas akibat letusan Gunung Sinabung.

Tanaman jagung di muka Gunung Sinabung di Desa Payung mengering dan gagal panen.

Penduduk desa memandang Gunung Sinabung yang sedang mengeluarkan awan panas.

Di Desa Sigarang-Garang, Karo, penduduk desa berlari menghindari awan panas dari Gunung Sinabung.

Sejak September lalu, aktivitas Gunung Sinabung membuat warga sekitar cemas. Demikian pula di bulan November 2013. Awal Februari 2014 aktivitasnya memakan korban jiawa. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010.

Hampir tidak ada yang tersisa dari desa Simacem di Sumatera Utara. Kecuali sebuah gedung gereja yang remuk redam dihajar awan panas, hampir semua rumah penduduk rata dengan tanah

Puncak Sinabung menjulang dari balik jendela rumah penduduk di desa Simacem. Kondisi di desa-desa sekitar gunung api ini merekam detik-detik terakhir ketika kehidupan penduduk terhenti secara tiba-tiba menyusul letusan tahun 2010 silam.

Rumah-rumah penduduk di desa Sibintun yang kini ditinggalkan mulai ditumbuhi tanaman liar. Sejak letusan besar 2010 silam, penduduk yang tinggal di radius tujuh kilometer dari gunung Sinabung tidak diizinkan kembali ke desanya. Mereka direlokasi secara permanen

Geliat Sinabung setelah lelap selama 400 tahun mengejutkan ilmuwan. Sejak letusan terbesar 2010 silam, gunung setinggi 2460 meter itu berulangkali memuntahkan awan panas. Awal tahun lalu sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat debu vulkanik. Sedikitnya delapan desa terpaksa ditinggalkan.

Penduduk tidak punya waktu untuk mengosongkan seisi rumah ketika evakuasi. Kebanyakan cuma membawa benda-benda berharga. Sebanyak 30.000 orang dipindahkan dari kampung halamannya saat letusan pertama tahun 2010.

Kendati tidak hancur oleh abu vulkanik, desa Sukanulu juga terpaksa dikosongkan karena tingginya potensi erupsi. Sinabung bisa meletus setiap saat tanpa peringatan.

Proses evakuasi yang berlangsung cepat tidak mengizinkan pemilik rumah membawa serta perlengkapan elektronik di rumahnya. Salah satunya adalah tape recorder yang hangus dilumat abu panas.

Rongsokan mobil di desa Simacem ini menjadi saksi bisu keganasan sebuah letusan gunung berapi. Tapi lima tahun setelah letusan Sinabung, ribuan penduduk masih bertahan di penampungan sementara. Mereka dijanjikan rumah permanen oleh pemerintah yang sayangnya hingga kini belum juga terwujud

Gereja di desa Kuta Gugung ini cuma tersisa tembok tanpa atap. Sinabung meletus berulangkali pada tahun 2010. Awalnya penduduk yang dievakuasi diizinkan kembali saat ada letusan kecil di bulan Agustus. Tapi sebulan berselang Sinabung mengamuk dan penduduk tidak lagi punya waktu untuk berkemas.