Lembaga sertifikasi kayu ramah lingkungan, FSC, menunda kerjasama dengan Sinarmas karena membeli kayu dari pemasok 'nakal' yang membabat hutan alami. Hal ini dinilai melanggar komitmen non-deforestasi Sinarmas sendiri.
Iklan
Lembaga sertifikasi kayu, Forest Setwardship Council (FSC), menunda rencana kerjasama dengan Sinarmas setelah perusahaan milik konglomerat Eka Tjipta Widjaja itu ketahuan membabat hutan alami dan berusaha merahasiakan aktivitas tersebut lewat struktur korporasi yang samar.
Batalnya proses sertifikasi oleh FSC membuat anak perusahaan Sinarmas, Asia Pulp & Paper, kesulitan menjual produk kertas asal Indonesia di pasar internasional. FSC mengaku masih menunggu jawaban dari Sinarmas terkait "struktur koporasi dan aktivias pengelolaan hutan yang tidak bisa diterima."
Sinarmas sejatinya telah mendapat surat ultimatum dari FSC sebulan silam. Konglomerasi yang bermarkas di Singapura itu mengaku telah menugaskan perusahaan akuntan untuk melakukan "penilaian komprehensif" terhadap semua anak perusahaan yang bergerak di industri kehutanan dan akan diuji oleh lembaga lain, The Forest Trust.
Penilaian itu akan mengakhiri "tuduhan yang tidak berdasar tentang penggunaan struktur kepemilikan yang samar," tulis Sinarmas dalam pernyataanya.
Sertifikat FSC dibutuhkan produsen kertas dan mebel untuk memasarkan produk yang ramah lingkungan dengan harga premium di pasar internasional. Stempel berlambang pohon itu krusial terutama untuk bisa mengakses pasar Eropa dan Amerika Utara.
Deforestasi dan Perburuan Ancam Harimau Sumatera
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat harimau Sumatera? Kerusakan hutan dan perburuan menjadi ancaman kepunahan harimau Sumatera. Nasib mereka dikhawatirkan akan punah sebagaimana harimau Jawa dan harimau Bali.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Terluka akibat perburuan
Perempuan ini bernama Erni Suyanti Musabine. Ia tampak memonitor kondisi harimau yang terluka akibat ulah pemburu. Selain jadi sasaran perburuan, harimau rawan terlibat konflik dengan manusia dan rentan tertular penyakit dari hewan domestik. Semua faktor tersebut dapat mengancam jiwanya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Sahabat harimau
Erni Suyanti Musabine tak kenal lelah mengobati dan merawatharimau-harimau terluka. Foto: Erni membantu relokasi harimau yang terluka ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara, 28 Okt 2015.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Kehilangan Habitat dan Diburu
Dari tahun ke tahun habitat harimau Sumatera makin menyempit, sementara perburuan harimau untuk perdagangan gelap masih terus terjadi. Jumlah harimau Sumatera diperkirakan tinggal 400 ekor.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Bahaya dalam penyelamatan
Tampak dalam foto, Erni dan timnya menyelamatkan harimau bernama Elsa di Kabupaten Kaur Bengkulu dan dua ekor harimau lainnya di dekatnya, pada tahun 2014. Jerat Elsa putus sebelum dibius dan ini bersembunyi di semak belukar. Menyuntik bius harimau dalam kondisi seperti itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan membahayakan tentunya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Perdagangan gelap
Meski pemerintah mencanangkan upaya meningkatkan jumlah hewan buas ini sejak tahun 2010, keberadaan harimau Sumatera masih memprihatinkan. Perdagangan gelap merajalela. Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko kerajinan tangan dan penjual obat.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Ditangkarkan di Luar Negeri
Untuk menjaga kelestariannya, harimau Sumatera ditangkarkan di beberapa negara lain, seperti di Inggris.. Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera, yang diyakini sebagai harimau tertua di penangkaran, telah meninggal dunia di Hawaii dalam usia 25 tahun.
Foto: Reuters/R. Naden
6 foto1 | 6
FSC membatalkan sertifikat "hijau" milik Sinarmas setelah laporan investigasi Associated Press dan situs berita lingkungan Mongabay mengungkap hubungan antara Sinarmas dengan sejumlah perusahaan perkebunan yang terlibat dalam penggundulan hutan alami. Perusahaan-perusahaan yang diklaim sebagai "pemasok independen" itu dikuasai Sinarmas melalui kepemilikan samar lewat pegawai atau petinggi perusahaan.
Salah satu perusahaan perkebunan milik Sinarmas misalnya terbukti membabat hutan hujan di Kalimantan Barat yang juga menjadi habitat alami orangutan. Aktivitas tersebut sekaligus melanggar komitmen Sinarmas yang berjanji akan menghentikan deforestasi pada 2013 silam. Greenpeace yang bekerjasama dengan Sinarmas sebagai konsultan lingkungan pun ikut menarik dukungannya.
Sementara itu, Rabu (15/8), sejumlah organisasi konservasi yang tergabung dalam Koalisi Antimafia Hutan menerbitkan laporan yang berbasis data pengelolaan kayu pemerintah. Di dalamnya Asia Pulp & Paper tercatat membeli kayu dari dua pemasok terbesar, PT Fajar Surya Swadaya dan PT Silva Rimba Lestari yang membabat 32.000 hektar hutan alam sejak 2013.
Konglomerasi kayu lain, Asia Pacific Resources International alias April juga membeli dari pemasok yang sama. Berdasarkan dokumen Kementerian Hukum dan HAM, mayoritas kepemilikan kedua perusahaan dipegang oleh anggota keluarga Hartono, pemilik Djarum Group.
Kayu yang dibeli APP dan April memang berasal dari perkebunan, bukan hutan alami. Namun kedua pemasok Asia Pulp & Paper melanggar komitmen non deforestasi milik Sinarmas karena menebang hutan alam. Sebagai reaksi APP menegaskan akan "mengkarantina" sekitar 24.836 m3 kayu tanaman atau sekitar 800 truk yang dibeli dari FSS.
rzn/hp (Associated Press)
Lima Orang Terkaya Indonesia
Kebanyakan pengusaha kakap Indonesia mendulang harta lewat bisnis tembakau atau makanan. Inilah daftar manusia terkaya di Indonesia versi majalah Forbes:
Foto: picture-alliance//YNA/Yonhap
#1. Keluarga Hartono, Djarum
Keluarga yang berpangku pada dua saudara, Robert dan Michael, oleh Forbes ditaksir memiliki kekayaan senilai 15,4 milyar Dollar AS atau sekitar 200 trilyun Rupiah. Selain produsen rokok Djarum, keluarga Hartono juga memegang saham terbesar di Bank Central Asia, produsen elektronik Polytron dan Mall Grand Indonesia. Hartono bersaudara adalah keluarga terkaya di Indonesia saat ini
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
#2. Susilo Wonowidjojo, Gudang Garam
Kendati banyak merugi dengan Gudang Garam dalam beberapa tahun terakhir, Forbes masih menempatkan putra ketiga pendiri Gudang Garam ini di urutan kedua daftar orang terkaya Indonesia. Hartanya ditaksir mencapai 5.5 milyar US Dollar atau sekitar 72 trilyun Rupiah.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Charisius
#3. Anthoni Salim, Indofood
Pernah terpaksa menjual BCA, Indocement dan Indomobil menyusul krisis ekonomi 1998, Anthoni Salim kembali berjaya lewat Indofood. Kekayaannya diyakini membengkak menjadi 5,4 milyar Dollar AS, setara 70 trilyun Rupiah. Dua tahun lalu Salim Group juga mengakuisisi Goodman Fielder, salah satu produsen makanan terbesar di Australia dan Selandia Baru dengan harga 1,3 milyar Dollar AS
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
#4. Eka Tjipta Widjaja, Sinar Mas
Eka Tjipta adalah salah satu taipan tertua di Indonesia yang telah aktif sejak zaman Orde Baru. Kekayaannya melejit pertama kali berkat Bank International Indonesia (BII) dan Grup Sinar Mas yang banyak dikenal lewat produsen kertas Asia Pulp & Paper. Oleh Forbes Eka Tjipta ditaksir memiliki harta senilai 5,3 milyar Dollar AS.
Foto: Getty Images/AFP/A. Zamroni
#5. Chairul Tanjung, Trans Corp
Pria yang pernah menjabat Menko Perekonomian di era Susilo Bambang Yudhoyono ini mendulang harta lewat Bank Mega, Trans Corp dan juga Carefour Indonesia. Chairul Tanjung diyakini memiliki kekayaan senilai 4,8 milyar Dollar AS atau setara 63 trilyun Rupiah.