Sedikitnya 11.000 bayi asal Sri Lanka telah diadopsi secara ilegal oleh pasangan asing asal Eropa, baik dibeli maupun diculik dari orangtua mereka, demikian hasil investigasi jurnalis asal Belanda.
Iklan
Pemerintah Sri Lanka mengaku sekitar 11.000 bayi menjadi korban perdagangan manusia. Selain dibeli, sebagian besar dari bayi tersebut juga diculik dari orangtua biologis mereka. Bayi-bayi tersebut telah diadopsi secara ilegal oleh keluarga yang berasal dari Belanda, Inggris, Swedia dan Jerman sejak tahun 1980.
Menteri Kesehatan Sri Lanka, Rajitha Senaratne mengungkapkan fakta ini saat diwawancarai jurnalis investigasi Belanda untuk program dokumentasi "Zembla" yang disiarkan Rabu (20/09). Pemerintah Sri Lanka pun berencana membangun bank data DNA untuk membantu keluarga yang ingin mencari anak mereka.
"Pemerintah menaruh perhatian serius terhadap kejadian ini," ungkap Senaratne seperti dikutip surat kabar Belanda, Algemeen Dagblad. "Peristiwa ini telah mencederai hak asasi para keluarga."
Ditelan Bayangan: Anak Hilang di India
Ribuan anak dilaporkan hilang di India setiap tahun. Banyak dari mereka tidak ditemukan lagi. Ada yang lari dari rumah, ada juga yang diculik dan disiksa atau dijadikan pekerja paksa.
Foto: DW/B. Das
Nasib Tragis
Menurut penelitian yang diadakan Bachpan Bachao Andolan (Gerakan Selamatkan Anak-Anak - red) setiap jamnya, 11 anak hilang di India. Sedikitnya empat dari mereka tidak ditemukan lagi.
Foto: DW/B. Das
Di Dalam Sangkar
Pinky, 16, dibebaskan dari sebuah rumah keluarga kelas menengah di New Delhi, di mana ia ditahan dan dipaksa menjadi pembantu rumah tangga tanpa bayaran.
Foto: DW/B. Das
Mencari ke Mana-Mana
Seorang ayah ini menunjukkan foto anaknya yang hilang. Di tangan lain ia memegang kotak untuk mengumpulkan sumbangan. Dengan uang itu ia membiayai perjalanannya ke pelosok negeri untuk mencari anaknya.
Foto: DW/B. Das
Yang Melarikan Diri
Anak-anak yang melarikan diri dari rumah nasibnya biasanya berakhir sebagai pekerja paksa atau pekerja ilegal di perkebunan teh, pertanian, bengkel-bengkel dan industri karpet. Anak ini diselamatkan polisi yang mengadakan razia di sebuah bengkel yang mempekerjakan anak-anak secara paksa.
Foto: DW/B. Das
Tidak Putus Harapan
Pada foto ini, seorang anak laki-laki memegang erat foto saudara perempuannya yang hilang. Bahkan setelah enam tahun, keluarganya masih membagi-bagikan foto anak mereka dengan harapan ia suatu hari akan ditemukan.
Foto: DW/B. Das
Penantian Lama
Foto ini menunjukkan seorang anak hilang yang berhasil diselamatkan, dan sekarang berada di rumah penampungan. Ia sudah tinggal di sana selama setahun, dan menunggu dipersatukan lagi dengan keluarganya.
Foto: DW/B. Das
Reuni Membahagiakan
Arjun akhirnya dipersatukan lagi dengan ibunya. Ia bercerita, ia dulu dirantai, dan dipaksa bekerja di sebuah pertanian selama setahun. Ibunya berkata, ia tidak pernah hilang harapan.
Foto: DW/B. Das
Tindakan Pencegahan yang Tragis
Seorang ibu ini sudah kehilangan seorang anaknya. Sejak itu ia tidak pernah membiarkan anak-anaknya lepas dari pengamatan.
Foto: DW/B. Das
8 foto1 | 8
Hasil investigasi juga mengungkapkan ada skema yang dikenal dengan sebutan "peternakan bayi", dimana perempuan secara sengaja hamil untuk tujuan adopsi. Selain itu ada juga skema penculikan bayi dari rumah sakit. Seorang ibu mengaku dulu diberitahu bahwa bayinya meninggal tak lama setelah lahir. Namun, seorang kerabat sempat melihat dokter meninggalkan rumah sakit sambil menggendong bayinya.
Sindikat kriminal juga terkadang menyewa "seorang aktor gadungan" untuk berpura-pura sebagai ibu biologis ketika menemui pasangan asing yang ingin mengadopsi anak. Sebagian dari ibu palsu ini mengaku dibayar oleh karyawan rumah sakit.
Kondisi Terpenjara
Modus kejahatan seperti ini berkembang luas di Sri Lanka pada tahun 1980-an. Adopsi besar-besaran dari Sri Lanka menurun drastis ketika terjadi razia "peternakan bayi pada tahun 1987 menemukan 22 perempuan dan 20 bayi yang tinggal dalam ruangan mirip penjara.
Menteri Keamanan dan Keadilan Belanda, Klaas Dijkhoff menyatakan segera menemui pemerintah Sri Lanka untuk membahas bank data DNA dan berbagai kerjasama lainnya terkait kejadian ini. Dia menyebutkan tengah menyelidiki "bagaimana pembagian peran dan tanggung jawab, serta pengawasan yang dilakukan ketika itu, secara spesifik organisasi mana dan siapa pihak yang terlibat."
Zembla, program yang ditayangkan oleh lembaga siaran publik VARA dan NPS, dikenal luas karena pernah mengungkap skandal yang menyeret politisi kontroversial dan aktivis asal Belanda, Ayaan Hirsi Ali. Ia akhirnya mengundurkan diri sebagai anggota parlemen pada tahun 2006 karena terbukti berbohong tentang stasusnya sebagai pencari suaka ketika tiba di Belanda.
Jutaan Anak-anak Tionghoa Tumbuh Tanpa Orangtua
Mereka terpaksa tinggal sendirian tanpa asuhan orangtua. Ayah dan ibu terpaksa meninggalkan mereka untuk pergi ke kota-kota besar, agar dapat memberi makan keluarga.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Diasuh kakek
Keluarga Luo tinggal tidak jauh dari kota Anshun di barat daya Cina, yang merupakan bekas kawasan industri kumuh. Kakek Luo miskin dan sakit-sakitan. Meski demikian ia bertanggung jawab mengawasi empat cucu berusia 5-11 tahun. Orangtua bocah-bocah itu pergi merantau, sebab pekerjaan hanya tersedia di kota-kota.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Hidup dalam kondisi sulit
Keluarga Luo hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka adalah salah satu dari 55 juta penduduk di Cina yang menurut statistik resmi, berpenghasilan kurang dari 5,6 juta rupiah per tahun.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Pendidikan gratis tapi tetap mahal
Di sekolah, siswa berkumpul setiap pagi untuk senam bersama. Walaupun semua anak-anak keluarga Luo bersekolah dengan gratis, biaya untuk perlengkapan sekolah, seperti seragam sekolah biru dan putih, tergolong tinggi.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Mengerjakan PR bukan hal yang mudah
Si kecil ini berusaha keras belajar di kegelapan. Di musim dingin, seperti anak-anak lainnya, ia harus menggunakan senter saat melakukan pekerjaan rumah
Foto: Getty Images/K. Frayer
Harapan untuk masa depan
Pulang sekolah, anak-anak harus bekerja. Keranjang hijau berisi makanan ternak. Orangtua mereka berharap agar mereka bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan mungkin sampai ketingkat universitas. Tapi dengan beratnya ongkos hidup, kemungkinan itu menjadi tipis.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Pekerja kelas dua
Karena dibutuhkan persyaratan lapor diri untuk didata atau sistem Hukou, maka pada umumnya anak-anak pekerja migran tidak bisa masuk di sekolah negeri di kota orangtua mereka bekerja. Satu dari tiga anak di Cina merupakan anak-anak dari 260 juta pekerja migran, yang kurang memiliki ketrampilan dan bekarja di sektor konstruksi atau jasa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Ng Han Guan
Sekolah "anak-anak migran"
Upaya yang diusung badan-badan bantuan dalam membangun sekolah-sekolah untuk "anak-anak migran" (foto), sering gagal menerima persetujuan pemerintah. Banyak fasilitas seperti ini yang dibuat dianggap ilegal dan digusur.
Foto: Getty Images
Kangen ayah bunda
Jadi anak-anak pekerja migran tidak punya pilihan lain selain tetap tinggal tanpa orang tua di pedesaan.