SIPRI: AS dan Rusia Pedagang Senjata Terbesar Dunia
10 Desember 2018
Perusahaan Amerika Serikat dan Rusia menduduki peringkat teratas dalam penjualan senjata. Jerman ada di peringkat 25. Laporan SIPRI juga menyebut Turki dan Cina sebagai produsen besar.
Iklan
Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menguasai lebih dari separuh pangsa pasar dunia untuk peralatan militer, kata Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, SIPRI dalam laporan terbarunya.
Perusahaan Lockheed Martin memimpin jauh di depan dan tahun 2017 menjual peralatan militer senilai 44 miliar dolar AS. Perusahaan terbesar Jerman, Rheinmetall AG yang berpusat di Düsseldorf selama 2017 menjual senjata senilai 3,4 miliar dolar AS dan menduduki peringkat 25.
Keberhasilan Lockheed Martin terutama ditopang pesanan senjata dari militer AS. Perusahaan itu antara lain memproduksi pesawat tempur F-35 Lightning dan pesawat pengangkut militer Hercules C-130.
Boeing menjadi produsen senjata terbesar kedua di dunia, setelah mendapat kontrak baru dari pemerintahan Donald Trump untuk membuat dua pesawat kepresidenan Air Force One untuk perjalanan presiden.
Perlombaan senjata meningkat
Laporan SIPRI menyebutkan, perlombaan senjata dengan negara-negara seperti Rusia dan Cina juga mendorong bisnis ini: Lockheed Martin saat ini mengembangkan "rudal hipersonik" yang sangat mahal yang tidak dapat dilacak sistem radar konvensional. Rusia dan Cina sudah memiliki rudal jarak jauh semacam ini yang terbang melebihi kecepatan suara.
Perlombaan senjata sekarang juga mencakup ruang luar angkasa. Tahun 2019, AS berencana menginvestasikan dana senilai 716 miliar dolar dalam persenjataan generasi baru.
Selain perusahaan-perusahaan AS yang mendominasi perdagangan senjata, hanya ada beberapa perusahaan Eropa yang dapat bersaing di posisi teratas, termasuk Group Airbus yang memproduksi pesawat pengangkut militer A400M untuk beberapa negara Eropa. Namun pesawat itu memiliki banyak masalah.
Di Eropa Barat, Inggris tetap menjadi produsen senjata terbesar, diikuti oleh Perancis. Perusahaan raksasa Inggris BAE Systems, yang memiliki lebih dari 83.000 karyawan, adalah satu-satunya pabrikan Eropa yang masuk peringkat 5 besar dunia. BAE Systems antara lain memproduksi pesawat tempur Eurofighter Typhoon, yang juga dijual ke Arab Saudi.
Empat perusahaan Jerman
Empat perusahaan Jerman termasuk di antara 100 produsen senjata terbesar dunia: Rheinmetall, Thyssenkrupp dan Krauss-Maffei Wegmann, yang memproduksi kapal selam, kapal perusak, tank, dan kendaraan lapis baja lain untuk angkatan bersenjata Jerman. Mereka juga menjual senjatanya ke luar negeri. Tahun 2017, ke-empat perusahaan mencatat laba lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Perusahaan baru dari Jerman yang masuk peringkat 100 SIPRI adalah Hensoldt dari München, yang memproduksi radar dan perangkat sensor untuk peperangan elektronik. Secara keseluruhan, penjualan senjata tidak terlalu penting bagi perdagangan luar negeri Jerman, karena hanya mencatat kurang dari 1 persen total ekspor Jerman.
Teknologi Yang Mengubah Strategi dan Taktik Perang
Artificial Intelligence (AI) mengubah strategi dan taktik perang. Para ahli memperingatkan, pengembangan senjata mematikan yang bertindak secara otonom bisa membahayakan. Sejak dulu, teknologi memengaruhi cara berperang.
Foto: Getty Images/E. Gooch/Hulton Archive
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence -AI): Revolusi perang jilid tiga
Lebih 100 ahli AI menulis surat terbuka dan meminta PBB melarang senjata otonom yang mematikan. Senjata semacam ini memang belum digunakan, namun kemajuan penelitian AI memungkinkan hal itu terwujud dalam waktu dekat, kata para ahli. Mereka mengatakan, senjata semacam itu bisa menjadi "revolusi ketiga dalam peperangan," setelah penemuan mesiu dan senjata nuklir.
Foto: Bertrand Guay/AFP/Getty Images
Penemuan bubuk mesiu
"Revolusi pertama" dalam cara berperang ditemukan warga Cina, yang mulai menggunakan bubuk mesiu hitam antara abad ke 10 sampai 12. Teknologi itu kemudian berkembang sampai ke Timur Tengah dan Eropa. Senjata dengan peluru memang lebih ampuh daripada tombak dan panah yang ketika itu digunakan.
Foto: Getty Images/E. Gooch/Hulton Archive
Artileri
Penemuan mesiu akhirnya memperkenalkan artileri ke medan perang. Tentara mulai menggunakan meriam sederhana pada abad ke-16 untuk menembakkan bola logam berat ke arah prajurit infanteri pihak lawan. Meriam mampu menembus tembok tebal sebuah benteng.
Foto: picture-alliance/akg-images
Senapan mesin
Penemuan senapan mesin pada akhir abad ke-19 segera mengubah medan peperangan. Penembaknya sekarang bisa berlindung agak jauh dari bidikan musuh dan mengucurkan puluhan amunisi dalam waktu singkat. Efektivitas senapan mesin sangat jelas dalam Perang Dunia I. Korban manusia yang tewas makin banyak.
Foto: Imperial War Museums
Pesawat tempur
Para pemikir militer terus mengembangkan peralatan perang yang makin canggih. Setelah penemuan pesawat terbang tahun 1903, enam tahun kemudian militer AS membeli pesawat militer pertama jenis Wright Military Flyer yang belum dipersenjatai. Pada tahun-tahun berikutnya, pesawat dilengkapi senjata dan juga digunakan untuk menjatuhkan bom.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/U.S. Airforce
Roket dan peluru kendali
Artileri memang efektif, tapi daya jangkaunya terbatas. Penemuan roket dan peluru kendali pada Perang Dunia II tiba-tiba mengubah strategi perang. Rudal memungkinkan militer mencapai target yang ratusan kilometer jauhnya. Rudal pertama buatan Jerman jenis V-2 masih relatif primitif, tapi inilah awal mula pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Foto: picture-alliance/dpa
Pesawat jet
Pesawat jet pertama kali tampil pada akhir Perang Dunia II. Mesin jet secara dramatis meningkatkan kecepatan sebuah pesawat terbang dan memungkinkannya mencapai target lebih cepat. selain itu, pesawat jet sulit jadi sasaran musuh karena kecepatannya. Setelah Perang Dunia II, dikembangkan pesawat pengintai militer yang bisa terbang di ketinggian lebih dari 25 kilometer.
Foto: picture-alliance
Senjata nuklir
"Revolusi kedua" dalam strategi perang adalah penemuan bom atom dan penggunaannya di Hiroshima dan Nagasaki. Sekitar 60 sampai 80 ribu orang tewas seketika, belum lagi mereka yang terkena radiasi nuklir dan meninggal kemudian. Di era Perang Dingin, AS dan Uni Soviet mengembangkan ribuan hulu ledak nuklir dengan daya ledak yang lebih tinggi lagi.
Foto: Getty Images/AFP
Digitalisasi
Beberapa dekade terakhir, digitalisasi menjadi elemen penting dalam teknologi perang. Perangkat komunikasi militer jadi makin cepat dan makin mudah dioperasikan. Pada saat yang sama, efisiensi dan presisi meningkat secara radikal. Angkatan bersenjata modern kini fokus pada pengembangan kemampuan melakukan perang cyber untuk mempertahankan infrastruktur nasional dari serangan cyber musuh.