SIPRI: Timur Tengah dan Asia Paling Banyak Beli Senjata Baru
12 Maret 2018Impor senjata oleh negara-negara di Timur Tengah melonjak 103 persen selama periode 2013-2017 dibandingkan lima tahun sebelumnya, kata laporan penjualan senjata global yang dirilis lembaga penelitian Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) hari Senin (12/3).
"Konflik kekerasan yang meluas di Timur Tengah dan kekhawatiran tentang hak asasi manusia telah menyebabkan perdebatan politik di Eropa Barat dan Amerika Utara tentang pembatasan penjualan senjata," kata peneliti SIPRI Pieter Wezeman ketika memperkenalkan laporan tahunan terbaru lembaganya.
Eksportir Senjata Terbesar di Dunia 2016
Perdagangan senjata global antara tahun 2011-15 meningkat 14 persen dibanding tahun 2006-10. AS masih menjadi negara pemasok senjata terbesar. Berikut daftar yang disusun Stockholm International Peace Research Institute:
1. Amerika Serikat
Ekspor senjata AS meningkat 27 persen antara 2005-2010 dan 2011-2015. Dari 96 negara yang menjadi konsumen senjata AS, penerima terbesar adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.. Sementara 41 persen dijual ke Timur Tengah. Asia dan Oseania menerima 40 persen dari penjualan senjata AS. Sampai akhir 2015, AS meneken berbagai kontrak besar, termasuk penjualan 611 pesawat F-35 generasi baru.
2. Rusia
Sebanyak 50 negara melengkapi alutistanya dengan produk buatan Rusia. Negeri beruang merah itu saat ini menguasai 25 persen perdagangan senjata di dunia. India, Cina dan Vietnam adalah pembeli terbesar. Pesawat tempur, tank, kapal selam nuklir dan senapan serbu adalah jenis senjata yang paling banyak menemui pembeli.
3. Cina
Antara 2011-15 Cina menyuplai senjata kepada 37 negara. Pakistan (35%), Bangladesh (20%) dan Myanmar (16%) adalah pelanggan terbesar. Antara 2006-10 dan 2011-15, ekspor senjata Cina meningkatkan sebesar 88 persen. Negeri tirai bambu itu tahun ini menguasai 5,9 persen pangsa pasar perdagangan senjata global.
4. Perancis
Walaupun ekspor senjata Perancis berkurang sebanyak 9,8 % sejak 2010, posisi negeri di jantung Eropa itu naik setingkat menggeser Jerman. Kenaikan ini didongkrak oleh beberapa kontrak besar yang diterima Perancis, termasuk kontrak penjualan masing-masing 24 pesawat tempur Rafale kepada Mesir dan Qatar.
5. Jerman
Ekspor senjata Jerman mengalami penurunan sebesar 51% sejak 2005. Antara tahun 2011-15, Jerman menjual senjata ke 57 negara, dengan Eropa sebanyak 29%, Asia, Amerika dan Oseania sebesar 23% serta sisanya sebanyak 23 % ke Timur Tengah. Amerika Serikat, Israel dan Yunani adalah konsumen terbesar senjata Jerman. Kebanyakan membeli tank, senjata laras panjang dan kapal selam.
6. Inggris
Tanpa Arab Saudi, India dan Indonesia industri senjata Inggris akan gulung tikar. Negeri para emir itu menyerap 46% produksi senjata Inggris, diikuti oleh India dengan 11 % dan Indonesia 8,7 %. Pesawat tempur Eurofighter Typhoon, helikopter pengangkut Lynx, kapal selam kelas Astute, senjata laras panjang SA80 dan berbagai sistem persenjataan untuk jet tempur modern adalah dagangan terbesar Inggris
7. Spanyol
Selain pesawat angkut militer Airbus A400M Atlas yang diproduksi bersama negara-negara Eropa lainnya, Penjualan terbesar industri alutista Spanyol adalah pesawat angkut CASA dan pengangkut personel lapis baja Pegaso BMR. Militer Mesir dan Arab Saudi memiliki sekitar 460 kendaraan beroda enam itu. Australia sejauh ini adalah pembeli terbesar dengan 29%, diikuti Arab Saudi 12% dan Turki 8,7%
"Namun Amerika Serikat dan Eropa tetap menjadi eksportir senjata utama di wilayah tersebut dan memasok lebih dari 98 persen senjata yang diimpor oleh Arab Saudi," katanya.
Arab Saudi pada periode 2013-2017 meningkatkan pembelian senjata sampai 225 persen dibandingkan dengan periode 2008-2012. Negara itu menjadi importir senjata kedua terbesar dunia setelah India. Minggu lalu, Arab Saudi mengumumkan pembelian 48 jet tempur modern dari BAE Systems, Inggris.
Uni Soviet Runtuh, Senjatanya Tetap Berjaya
Senjata sisa Perang Dingin masih menjadi alat tempur andalan para tentara di penjuru dunia, yang penggunaannya jauh melampaui daerah kekuasan blok Timur. DW pun mengulik senjata dari era Uni Soviet yang paling terkenal.
Tujuh Dekade Kalashnikov
Avtomat Kalashnikova 1947 atau AK 47adalah senjata api yang paling dikenal di dunia. Senapan serbu yang dirancang Mikhail Kalashnikov (foto tahun 2002) itu diproduksi setelah Perang Dunia II dan digunakan banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin. Senjata yang dikenal murah namun dapat diandalkan itu, sekarang tak hanya digunakan tentara, namun juga kelompok pemberontak dan mafia jalanan.
Makarov Merambah Luar Angkasa
Senjata 9mm Makarov diproduksi tahun 1951 sebagai senjata utama untuk tentara dan polisi Soviet dan pasukan khusus Spetsnaz. Kosmonot (nama khusus antariksawan Soviet) bahkan membawa senjata tersebut ke luar angasa sebagai bagian dari P3K agar kosmonot dapat bertahan hidup seandainya mereka terdampar saat mendarat kembali ke bumi.
MiG-29 Menjulang Tinggi di Angkasa
Mikoyan MiG-29 pertama kali diproduksi di awal tahun 1980-an dan langsung disanjung sebagai pesawat tempur yang mampu bermanuver dengan sangat lincah. Model aslinya bisa jadi telah kalah saing dengan Sukhoi, yang lebih mahal, namun variannya masih tetap digunakan hingga kini dalam pertempuran. Angkatan udara Rusia menggunakan MiG-29 untuk menggempur ISIS di Suriah.
Katyusha, Lolongan Organ Stalin
Tentara Merah menggunakan Katyusha untuk menciptakan efek yang menjatuhkan semangat tentara Jerman dalam Perang Dunia II karena menghasilkan suara ratapan yang menakutkan ketika diluncurkan. Tentara Jerman menamai senjata yang mirip orgel gereja itu sebagai "Orgel Stalin" atau "Organ Stalin". Peluncur roket tersebut dilekatkan pada truk tentara, sehingga selain murah, mobilisasinya pun mudah.
S-300 dan Keturunannya
Tahun 2016 Rusia menjual menjual sistem pertahanan udara canggihnya ke Iran, yang rinciannya masih menjadi rahasia. S-300, versi era Perang Dingin berjarak tempuh 150 km dan dapat mencapai target di ketinggian di atas 27 km. Sistem Antey 2500 yang lebih modern dilaporkan memiliki jangkauan hingga 400 kilometer. India dan China berusaha untuk membeli rudal yang lebih canggih lagi, bernama S-400.
Dragunov, Senapan Penembak Jitu
Senapan Dragunov pertama kali diperkenalkan untuk penembak jitu pasukan Soviet pada tahun 1963. Sejak itu senapan semi otomatis ini pun memasuki arena perang di seluruh penjuru dunia. Dragunov kabarnya digunakan tentara AS saat perang Vietnam. Tahun 2015, SITE Intelligence Group, organisasi yang menelusuri jejak teroris di Internet merilis foto tentara ISIS yang berpose dengan Dragunov.
T-34, Simbol dari Sebuah Era
Kemenangan Tentara Merah atas tentara Jerman terjadi berkat keampuhan T-34. Senjata yang menjadi ikon tentara Uni Soviet ini pertama kali merambah medan tempur pada tahun 1941. Tank temput T-34 menjadi tank yang paling banyak diproduksi untuk perang dan jadi sumber inspirasi alat tempur selama bertahun-tahun. Militer Rusia menghargai ketangguhannya dalam parade "Victory Day."
AS tetap eksportir senjata terbesar dunia
Amerika Serikat memperkuat posisinya sebagai eksportir senjata utama dunia selama periode lima tahun sampai 2017, dengan menguasai sepertiga pangsa perdagangan senjata dunia. Ekspor senjata AS mengikat 25 persen pada lima tahun terakhit, kata SIPRI. Ekspor senjata ke Timur Tengah menyumbang setengah dari total ekspor senjata AS pada periode tersebut.
"Kesepakatan dan kontrak utama yang ditandatangani pada 2017 ini akan memastikan bahwa AS tetap merupakan eksportir senjata terbesar di tahun-tahun mendatang," kata Aude Fleurant, Direktur Program Pengeluaran Senjata dan Militer SIPRI.
8 Alutsista Cina yang Ditakuti Amerika Serikat
Bukan mustahil dua kekuatan adidaya dunia, AS dan Cina, suatu saat akan terlibat dalam perang terbuka. Kendati masih di atas angin, inilah delapan alasan kenapa Washington harus waspada terhadap kekuatan militer Cina
Pesawat Tempur Chengdu J-20
Chengdu J-20 adalah rival terbesar F-22 Raptor milik AS. Kedua pesawat sama-sama memiliki daya jelajah tinggi dan memiliki kemampuan terbang siluman alias tidak terdeteksi radar. Kendati baru tahap pengembangan, J-20 diyakini akan memberikan keunggulan udara buat militer Cina di Laut Cina Selatan.
Dong-Feng 26
Berapapun banyaknya kapal induk yang dimiliki Amerika Serikat, tidak satupun berguna jika menghadapi peluru kendali yang satu ini. Dong-Feng 26 dikembangkan sebagai rudal antar benua yang melesat dengan kecepatan Mach 10. Varian sebelumnya, DF-21, bahkan oleh militer AS dijuluki sebagai "pembunuh kapal induk." Berdaya jelajah 4000 km, DF-26 diyakini mampu menyerang pangkalan militer AS di Guam.
Roket Hipersonik WU-14
Sejak beberapa tahun Cina serius mengembangkan senjata hypersonic layaknya X-51A (gambar) yang dimiliki militer AS. Puncaknya adalah empat ujicoba yang dilakukan militer Cina antara 2014-2015, tiga diantaranya berlangsung sukses. Tidak banyak yang diketahui tentang WU-14 atau Dong-Feng DZ, kecuali bahwa pesawat berkecepatan 12.000km/jam itu mampu membawa hulu ledak nuklir.
Kapal Induk Liaoning
Awalnya Liaoning adalah kapal induk Uni Sovyet kelas Admiral Kuznetsov yang dibeli dengan dalih akan dijadikan tempat perjudian oleh seorang pengusaha Macau. Ukraina saat itu melarang kapalnya digunakan untuk keperluan militer. Tapi alih-alih hotel judi, kapal bernama awal Warjag itu malah menjadi kapal induk pertama Cina. Berbekal pengalaman dengan Liaoning, Cina kini mengincar kapal induk kedua.
Tank Tempur Utama T99A2
Memasuki generasi ketiga, tank tempur T99 teranyar milik Cina dilengkapi dengan berbagai persenjataan dan teknologi modern seperti peluru kendali anti tank yang dipandu laser. Dikembangkan sejak 2007, T99A2 mulai diproduksi secara massal tahun 2009. Analis militer menilai T99A2 banyak meniru desain tank Perancis, Leclerc, atau M1 Abrams milik militer Amerika Serikat.
Kapal Angkut Amfibi Tipe 071
Melindungi wilayah perairan seperti Laut Cina Selatan akan mustahil tanpa keberadaan kapal angkut amfibi. Saat ini Cina memiliki tiga jenis kapal amfibi tipe 071. Ketiganya mampu mengangkut satu batalyon pasukan infanteri, 18 kendaraan lapis baja dan dilengkapi dengan ajungan pendaratan untuk helikopter atau juga hoovercraft.
Rudal Anti Satelit
Januari silam Kongres AS mewanti-wanti pemerintah ihwal kemampuan Cina menghancurkan satelit militer. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing memang diyakini sedang sibuk memodifikasi sistem peluru kendalinya seperti Dong-Neng 2 atau Dong-Feng 21 untuk membidik satelit. AS khwatir Cina akan mampu menghancurkan sistem satelit navigasi miliknya yang penting untuk mengumpulkan data intelijen.
PLA Unit 61398
Bermarkas di Pudong, unit militer yang satu ini menjadi sumber serangan cyber terhadap aset ekonomi dan militer AS dalam beberapa tahun terakhir. Cina meyakini kedigdayaan di dunia maya akan menentukan perang masa depan. Serangan cyber terhadap aset sipil seperti pembangkit listrik misalnya akan berakibat fatal. Unit 61398 ditengarai cuma satu dari 20 unit militer cyber yang dimiliki Cina saat ini
Rusia, Perancis, Jerman dan Cina bergabung dengan AS sebagai lima eksportir terbesar. Ekspor senjata turun 14 persen antara 2008-2012 dan 2013-2017. Namun, ekspor senjata Jerman ke Timur Tengah melonjak 109 persen. Awal tahun ini, pemerintah Jerman mengatakan akan menghentikan penjualan senjata ke siapapun yang terlibat dalam perang di Yaman.
India tetap jadi pengimpor senjata terbesar dunia
12 persen pembelian senjata global disalurkan ke India, membuat negara itu tetap menjadi pengimpor senjata terbesar dunia. Rusia adalah pemasok utama India, dengan pangsa 62 persen. Sementara itu, impor senjata India dari AS melonjak lebih dari enam kali lipat.
Negara Pemborong Senjata Terbesar di Dunia
India dan Arab Saudi meroket dengan pembelian alutsista terbesar sejagad. Adapun Vietnam memborong kapal perang dari Rusia buat menghadapi Cina di Laut Cina Selatan. Inilah negara yang paling banyak belanja alutsista.
#1. India
Kendati upaya PM Narendra Moodi membatasi impor alutsista asing dan memperkuat produksi nasional, pembelian sistem persenjataan dari luar negeri justru mengganda dalam lima tahun terakhir. Rusia (70%) adalah penyuplai terbesar alutsista India, diikuti oleh Amerika Serikat (14%) dan Israel (4,5%). Selain jet tempur, India banyak membeli kapal perang dan kapal selam dari negeri beruang merah itu
#2. Arab Saudi
Laporan Sipri mencatat belanja persenjataan oleh Arab Saudi meningkat sebanyak 275% dalam lima tahun terakhir. Konflik di Suriah dan Yaman diyakini menjadi penyebab utama. Negeri para emir itu terutama getol membeli kendaraan lapis baja, helikopter dan jet tempur serta senapan serbu. Amerika Serikat adalah pemasok terbesar dengan 46%, diikuti Inggris (30%) dan Spanyol (5,9%).
#3. Cina
Sejak beberapa tahun terakhir Cina banyak memperkuat industri senjata dalam negeri untuk melepaskan ketergantungan dari sistem alutsista asing. Sebab itu pula neraca impor negeri tirai bambu itu berkurang 25% dalam lima tahun terakhir. Cina banyak membeli senjata dari Rusia (59%) dan Perancis (15%). Terakhir Beijing menyepakati pembelian enam sistem peluru kendali S-400 dari Rusia.
#4. Uni Emirat Arab
Bara di Timur Tengah dan konflik dengan Iran mendorong Uni Emirat Arab memperkuat diri. Sejak 2011 negeri kecil di tepi Teluk Persia itu meningkatkan pembelian senjata sebanyak 35%. Amerika Serikat adalah pemasok terbesar (65%), diikuti Perancis (8,4%) dan Italia (5,9%). Terakhir UEA menegosiasikan pembelian 60 jet tempur Rafale dari Perancis.
#5. Australia
Militer Australia banyak mendapat dukungan pemerintah dengan angka pembelian senjata yang meningkat 65% dalam lima tahun terakhir. Proyek tebesar negeri Kangguru itu adalah pembelian 72 jet tempur siluman F-35 dari AS seharga 12,4 miliar Dollar AS. Celakanya pengembangan F-35 saat ini banyak menemui kendala. Analis militer menyebut jet tersebut kalah canggih dibanding Sukhoi Su-35 buatan Rusia
#6. Turki
Turki berambisi besar mengakhiri ketergantungan dari sistem alutsista asing. Sebab itu negeri dua benua itu lebih banyak membeli senjata lewat skema kerjasama alih teknologi. Serupa Australia yang merupakan anggota NATO, Turki juga terlibat dalam pembelian jet tempur siluman F-35 dari AS. Namun target terbesar Ankara adalah mengembangkan tank tempur buatan sendiri lewat kerjasama dengan NATO.
#7. Pakistan
Pakistan belakangan menjadi pembeli terbesar sistem persenjataan Cina. Bersama negeri tirai bambu itu, Pakistan banyak merangkai program kerjasama pengembangan sistem alutsista. Terakhir, Islamabad membeli delapan kapal selam bermesin diesel Tipe 41 Yuan. Namun demikian, sebagian besar sistem artileri dan armada udara Pakistan tetap mengandalkan produk Amerika Serikat.
#8. Vietnam
Menyusul konflik di Laut Cina Selatan, Vietnam menggelontorkan dana miliaran Dollar AS untuk memperkuat daya tempurnya. Cuma dalam waktu lima tahun, negeri komunis itu loncat dari peringkat 43 ke peringkat 8 dalam daftar negara pengimpor senjata terbesar. Rusia menjadi pemasok terbesar dengan menjual 8 jet tempur, 74 kapal tempur kecil, 6 kapal selam dengan rudal laut ke darat dan 6 kapal fregat
"Ketegangan antara India, di satu sisi, dan Pakistan dan Cina, di sisi lain, mendorong India meningkatkan pembelian senjata-senjata besar yang masih belum dapat diproduksi sendiri," kata peneliti SIPRI Siemon Wezeman.
Kebangkrutan Proyek Persenjataan Jerman
Menteri Pertahanan Jerman Thomas de Maizièzer dikritik bukan hanya sejak skandal menyangkut Euro Hawk. Dalam sejarah Jerman, proyek persenjataan kerap gagal.
Lebih Tinggi, Lebih Luas, Lebih Cepat
Begitulah moto sebagian besar proyek persenjataan besar. Dan pada akhirnya "Terlalu mahal, tidak berhasil, gagal", bukan hanya pada proyek pesawat tak berawak Euro Hawk. Mulai dari kapal selam yang tidak tahan air asin, hingga serangkaian jet tempur yang jatuh. Daftar kegagalan panjang. Berikut gambarannya.
Panser Bagi Orang Cebol
Awal rangkaian kegagalan adalah panser HS 30. Menteri Pertahan Franz Josef Strauß memesan beberapa ribu pada pertengahan tahun 1950-an, walaupun ia hanya kenal contohnya yang terbuat dari kayu. Hasilnya: ruang yang terlalu sempit, rantai yang rapuh dan pendingin yang tidak berfungsi baik. Jika seorang tentara ingin keluar ketika panser sedang berjalan, ia harus mempertaruhkan nyawa.
Starfighter. Komando Mematikan
Kesalahan berikutnya berakibat lebih buruk. 1958 Frans Josef Strauß menjabat menteri pertahanan. Ia putuskan untuk melengkapi angkatan udara Jerman dengan pesawat Starfighter F 104 buatan perusahaan AS Lockheed. Dari 916 pesawat, 269 jatuh. Bundesrechnungshof, badan penghitung pengeluaran negara, tuduh Strauß hamburkan dana milyaran.
Kapal Selam Yang Alergi Air Laut
Upaya mempersenjatai angkatan laut juga sulit. Setelah Perang Dunia II, kapal selam pertama Jerman dari kelas 201 seharusnya paling modern dari ukuran ini. Tapi dalam waktu singkat, di bagian luarnya bermunculan sejumlah keretakan. Baja yang digunakan tidak tahan air laut. Walaupun demikian, model berikutnya setelah kelas 205 bisa tenggelam tanpa menunjukkan tanda-tanda akan larut di air laut.
Kapal Gagal Berharga 200 Juta
Marinir Jerman tetap setia dengan tradisi kegagalan. Kapal perang "Korvette 130" sampai sekarang tidak benar-benar berfungsi. Sejak digunakan tahun 2008, selalu timbul kejutan negatif. Sekrup yang mudah lepas, timbulnya jamur, kopling yang tidak lancar, juga pemersenjataan yang tidak diperhitungkan baik.
Eurofighter. Makin Lama Makin Mahal
Dengan bangga Kanselir Jerman Gerhard Schröder tahun 2003 duduk di dalam kokpit Eurofighters. Itulah proyek Bundeswehr yang paling lama dan paling mahal. Dalam percobaan terbang sebuah pesawat jatuh, karena tidak bisa dikemudikan. 2010 kursi lontar tidak berfungsi, sehingga 55 Eurofighter tidak boleh diterbangkan. Akhirnya biayanya sampai 90 juta dan bukan 50 juta, untuk setiap pesawat.
Tiger. Macan Tanpa Gigi
Helikopter tempur jenis "Tiger" (red - macan) tidak bisa segera ditempatkan dan jelas terlalu mahal. Perwira Bundeswehr juga menilainya tidak tepat untuk digunakan dalam perang di Afghanistan. Helikopter itu tidak cukup dipersenjatai untuk bisa melawan musuh. Secara resmi helikopter itu tidak disebut lagi helikopter tempur melainkan, helikopter pembantu.
Proyek Bergengsi dengan Banyak Hambatan
Proyek-proyek baru Eropa juga tidak semuanya berjalan lancar. Airbus A400 M seharusnya menggantikan beberapa pesawat transpor yang sudah tua, terutama pesawat produksi Jerman-Perancis yang sudah tua, Transall. Sebetulnya pesawat itu sudah harus beroperasi. Tetapi terus gagal karena berbagai masalah teknis. Biarpun demikian, hingga 2020 semua pesawat A400 akan diserahkan kepada Jerman.
"Cina sebaliknya, makin mampu memproduksi senjatanya sendiri dan terus memperkuat hubungannya dengan Pakistan, Bangladesh dan Myanmar melalui pasokan senjata," tambahnya.
hp/ml (dw, dpa)
India Unjuk Gigi Dengan Tank Tempur Baru Mematikan
Setelah memperbaharui tank tempur utamanya dengan sistem rudal, persenjataan India ini lebih mematikan.
Tank tempur andalan
T-90 tank asal Rusia adalah andalan formasi ofensif Angkatan Darat India. Baru-baru ini India meningkatkan kemampuan salah satu senjatanya tersebut.
Dilengkapi sistem rudal generasi ketiga
Untuk meningkatkan kemampuan tank tempurnya, Angkatan Darat India mempersenjatai tank tempur utamanya T-90 dengan sistem rudal generasi ketiga. Rudal generasi ketiga ini diupayakan mencapai DoP 800-850 mm dan akan mampu mencapai target hingga kisaran 8 kilometer baik di siang maupun malam hari.
Sistem rudal INVAR
Saat ini, tank T-90 dilengkapi dengan sistem rudal INVAR yang dipandu laser. "Karena desain rudal INVAR yang ada telah dimaksimalkan, baik dari segi jangkauan dan kedalaman penetrasi (DoP), sangat penting untuk meningkatkannya ke rudal generasi mendatang dengan peningkatan kemampuan," demikian isi sebuah dokumen yang berkaitan dengan proyek tersebut.
Rudal, dipicu dari laras 125mm
Rudal tersebut dapat diluncurkan dari laras T-90, 125mm dan mampu mencapai target dengan melakukan manuver terprogram. Rudal harus mampu menembak terhadap target statis maupun bergerak.
Mesin modular
Angkatan Darat India juga mengerjakan proyek terpisah untuk memasang mesin modular tank T-90 sehingga dapat meningkatkan kemampuan di medan tempur daratan tinggi. Mesin modular yang diusulkan untuk tank T-90 diperkirakan menghasilkan daya variabel 1200-1500 HP untuk memenuhi ketangkasan medan perang yang tinggi.
Pendanaannya
Kementerian pertahanan India telah menyetujui dana 375 juta Dollar AS untuk pembelian sistem proteksi kendaraan lapis baja lebih dari 3000 tank T-90. Sistem ini akan memperingatkan dan menghancurkan serangan yang akan datang, baik itu berupa peluru kendali anti-tank, peluncur granat maupun roket dan proyektil berkecepatan 1000 m/det. (ap/rzn/economictimes.indiatimes/sputniknews)