Negara-Negara Nuklir Terus Modernisasi Persenjataan
18 Juni 2018
Visi dunia tanpa senjata nuklir makin jauh dari kenyataannya. SIPRI dalam laporan terbarunya mengeritik pengembangan senjata nuklir baru yang terus berlangsung.
Iklan
Tahun lalu adalah tahun istimewa bagi mereka yang mendukung perlucutan senjata nuklir. 122 negara anggota PBB menandatangani perjanjian untuk tidak memproduksi atau memiliki senjata nuklir. Namun perjanjian ini ternyata tidak membuat dunia lebih dekat ke tujuan untuk bebas dari senjata nuklir.
Menurut laporan terbaru Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm SIPRI, sekarang masih ada lebih dari 14 ribu senjata nuklir yang dimiliki sembilan negara: AS, Rusia, Inggris, Perancis, Cina, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara. Meskipun tidak banyak, tapi kesembilan negara ini tidak berniat memusnahkan senjata nuklirnya.
Shannon Kile, kepala proyek senjata nuklir SIPRI, menekankan dalam sebuah wawancara dengan DW bahwa sementara jumlah total senjata nuklir telah turun sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, senjata yang ada terus dimodernisasi.
"Ini berarti bahwa senjata yang lebih tua sedang diganti dan senjata nuklir baru juga sedang dikembangkan."
Pemerintah AS mengkonfirmasi pengembangan senjata nuklir baru bulan Februari lalu, ketika menerbitkan versi terbaru Tinjauan Postur Nuklir. Sekitar 20 bom nuklir tipe B61 dari AS masih ada di wilayah Jerman dan senjata-senjata itu di tahun-tahun mendatang akan digantikan bom nuklir modern yang dapat dipandu dengan presisi tinggi ke targetnya.
Anggaran senjata makin tinggi
Amerika Serikat menginvestasikan banyak uang dalam modernisasi persenjataan nuklirnya. Sampai tahun 2026, AS berencana menghabiskan 400 miliar dolar untuk modernisasi senjata. Shannon Kile juga mengatakan, negara-negara yang lebih kecil seperti India dan Pakistan juga terlibat dalam "perlombaan senjata strategis." Mereka sama-sama mengembangkan senjata nuklir baru dan memperbesar kapasitas produksi mereka. Senjata nuklir tetap menjadi elemen inti dari strategi pertahanan nasional negara-negara nuklir.
Dalam laporan tahunan 2018 para peneliti SIPRI menekankan, anggaran militer mencapai rekor baru sejak berakhirnya Perang Dingin. Total pengeluaran militer di seluruh dunia naik menjadi 1.739 miliar dolar, berarti 230 dolar untuk setiap penduduk Bumi. Pada 2016, nilainya hanya 227 dolar per penduduk bumi.
Kenaikan anggaran militer sangat mencolok di Asia Timur. Cina misalnya meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 5,6 persen menjadi 228 miliar dolar. Sementara di Eropa, situasinya lebih bervariasi: Negara-negara Eropa Timur menghabiskan lebih sedikit anggaran militer dibanding tahun sebelumnya, tetapi di Eropa Barat pengeluaran pertahanan meningkat.
Senjata dari Jerman cukup diminati
Menurut Kementerian Pertahanan Jerman, pada 2017 Jerman menghabiskan sekitar 43,5 miliar dolar untuk belanja militer, hampir 3 miliar dolar lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Sementara Amerika Serikat masih menduduki peringkat teratas dengan anggaran militer senilai 610 miliar dolar - diikuti oleh Cina, Arab Saudi, dan Rusia.
Menurut temuan peneliti Stockholm, tren lain juga meningkat: Perdagangan senjata global meningkat secara signifikan dalam sepuluh tahun terakhir setelah mencapai titik terendah sejak Perang Dingin pada awal tahun 2000-an. Setelah Amerika Serikat, Rusia, dan Perancis, Jerman kini menempati urutan keempat pengekspor senjata terbesar dunia.
Korea Utara: Donald Trump dan Saga Nuklir Kim Jong-Un
Pemimpin Korea Utara dan Amerika Serikat dulu saling ancam serangan dengan senjata nuklir. Sekarang mereka berniat rujuk. Berikut peristiwa besar dalam 'drama' hubungan mereka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Ahn Young-joon
2 Januari 2017: Percobaan Misil Sukses
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un katakan awal tahun ini, negaranya memasuki "tahap final" untuk peluncuran Misil Balistik Interkontinental (ICBM). Presiden Donald Trump yang dilantik 20 Januari 2017 mengatakan di Twitter: "Korea Utara baru menyatakan sudah sampai tahap final kembangkan senjata nuklir yang bisa capai AS. Itu tidak akan terjadi!"
Foto: Getty Images/AFP/KNCA
4 July 2017: "Paket Hadiah" Korea Utara
Korea Utara menguji rudal ICBM pertama, Hwasong-14 pada Hari Kemerdekaan AS. Menurut laporan, Kim Jong Un katakan kepada ilmuwannya, "AS tidak akan senang" dengan keberhasilan ini. Kim sebut percobaan ini "paket hadiah" di Hari Kemerdekaan AS. Sebagai reaksi Trump menulis di Twitter, "Korea Utara baru meluncurkan rudal lagi. Apa pria ini tak punya kesibukan lain daripada menyia-nyiakan hidupnya?"
Foto: Reuters/KCNA
28 July 2017: Dataran AS Terancam
Pyongyang ujicoba rudal Hwasong-14 yang kedua beberapa pekan setelahnya. Pakar memperkirakan, roket baru bisa mencapai dataran AS. Trump kritik sekutu Korea Utara, yaitu Cina, lewat ciutan: "Saya sangat kecewa dengan Cina. Para pemimpin tolol kita di masa lalu memperbolehkan mereka mendapat untung milyaran per tahun lewat perdagangan, tapi tidak melakukan APAPUN bagi kita dalam hal Korea Utara."
Foto: picture-alliance/AP Photo/Korean Central News Agency
8 Agustus 2017: Kemurkaan
Trump sepertinya mengancam dengan serangan kilat terhadap Pyongyang ketika ia mengatakan di depan wartawan: "Korea Utara sebaiknya tidak ancam AS lagi. Kerena mereka akan hadapi "api dan kemarahan" yang belum pernah mereka lihat. Korea Utara menjawab dengan ancaman akan menembakkan misil balistik jarak menengah ke dekat Guam, daerah AS yang berada di Pasifik. Tapi tidak terjadi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Anderson
29 Agustus 2017: Tes Roket Jepang
Pyongyang sulut kecaman internasional ketika menguji coba misil balistik jarak menengah, Hwasong-12, melewati kawasan udara Jepang. Dewan Keamanan PBB kecam uji coba tersebut. Trump mengatakan dalam pernyataan Gedung Putih, "Aksi ancaman dan destabilisasi hanya meningkatkan isolasi rezim Korea Utara di kawasan itu dan di seluruh dunia."
Foto: picture-alliance/dpa/kyodo
3 September 2017: Uji Coba Bom Hidrogen
Korea Utara umumkan sukses menguji senjata nuklir ke enamnya. Pyongyang mengatakan, ini senjata nuklir kuat yang disebut bom hidrogen, dan bisa ditempatkan jadi kepala misil balistik. Trump menulis lewat Twitter: "AS mempertimbangkan untuk menghentikan semua perdagangan dengan negara manapun yang berbisnis dengan Korea Utara, di samping opsi lainnya."
Foto: Reuters/KCNA
19 September 2017: Ancaman bagi "Rocket Man"
Dalam pidato pertamanya di PBB, Trump sebut Korea Utara "negara penipu" dan menandaskan, Washington "tidak punya pilihan lain selain menghancurkan seluruh Korea Utara" jika Pyongyang tidak hentikan program nuklirnya. Kim Jong Un disebutnya: "Rocket man" yang dalam misi bunuh diri dan membunuh rezimnya sendiri. Dua hari kemudian Kim menyebut Trump "pria pikun yang menderita gangguan mental".
Foto: Getty Images/S. Platt
29 November 2017: Tes ICBM Ke Tiga
Akhir 2017 Korea Utara menguji ICBM untuk terakhirkalinya. Pyongyang menyebutnya misil baru, yaitu Hwasong-15, yang lebih unggul daripada Hwasong-14, dan bisa ditembakkan ke target manapun di dataran AS. AS desak sekutunya, termasuk Jerman untuk hentikan hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Jerman tidak bereaksi. Trump sebut Kim Jong Un "anak anjing yang sakit".
Foto: Reuters/KCNA
3 Januari 2018: Siapa Punya Tombol Lebih Besar?
Kim mengatakan di awal 2018, Korea Utara sudah menyelesaikan program nuklirnya dan sebuah "tombol nuklir " kini ada di mejanya. Dua hari kemudian Trump menulis ciutan: "Apakah seseorang dari rezimnya yang miskin dan kekurangan pangan mengatakan kepadanya, saya juga punya tombol nuklir, tapi lebih besar dan lebih ampuh daripada miliknya, dan tombol saya berfungsi!"
Foto: Reuters/KCNA
10 February 2018: Ketegangan Surut?
Presiden Korea Selatan Moon Jae In menyambut saudara perempuan Kim Jong Un, yaitu Kim Yo Jong di Seoul. Ia menyerahkan undangan kepada Moon Jae In, untuk bertemu saudara laki-lakinya di Pyongyang. Seoul dan Pyongyang setuju mengirimkan tim hoki bersama ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Ju-sung
6 Maret 2018: Langkah Selanjutnya
Penasehat Keamanan Korea Selatan Chung Eui Yong pimpin delegasi ke Pyongyang tanggal 5 Maret untuk bicarakan perdamaian. Sehari setelahnya Chung katakan, kedua belah pihak setuju adakan KTT April mendatang. Ia mengatakan, Pyongyang setuju hentikan program nuklir dan tes rudal jika AS setuju untuk berbicara dengan Korea Utara.
Foto: Reuters/Yonhap/Reuters/Yonhap/South Korean Presidential Blue House
9 Maret 2018: Trump Setuju
Chung ke Washington, untuk berunding dengan Trump. Setelah pertemuan, Chung katakan, Trump setuju bertemu Kim Jong Un bulan Mei. Trump kemudian menulis di Twitter: "Sekarang tidak ada tes rudal Korea Utara. Kemajuan besar tercapai, tapi sanksi tetap ada hingga kesepakatan tercapai. Pertemuan sudah direncanakan!" Para pemimpin negara lain sambut terobosan bersejarah ini. Penulis: Alexander Pearson