1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

SIPRI: Penjualan Senjata Global Meningkat Lagi

11 Desember 2017

Laporan terbaru lembaga penelitian SIPRI menunjukkan, yang paling diuntungkan oleh bisnis senjata adalah produsen di Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Jemen Panzer
Foto: Getty Images/AFP/S. Al-Obeidi

Munisi, tank, pesawat tak berawak, itulah yang paling diminati para pembeli senjata. Volume perdagangan senjata dan perlengkapan militer secara global meningkat pada 2016, setelah lima tahun sebelumnya terus turun.

Menurut lembaga penelitian bisnis senjata Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tahun 2016 bisnis senjata meningkat 1,9 persen dibanding tahun sebelumnya. 100 kelompok penjual senjata terbesar menjual senjata dan sistem persenjataan senilai 374,8 miliar dolar AS. Dibandingkan tahun 2002, terjadi peningkatan 38 persen.

Khususnya Amerika Serikat yang paling banyak memproduksi dan menjual senjata. Menurut laporan SIPRI, penjualan dari perusahaan AS naik 4 persen pada 2016, dengan total 217,2 miliar dolar AS. Peningkatan tersebut antara lain didorong pembelian sistem senjata besar oleh negara lain. Kelompok Lockheed Martin misalnya - produsen senjata terbesar dunia - melakukan bisnis besar dengan menjual pesawat tempur terbarunya F-35 ke negara-negara seperti Inggris, Italia atau Norwegia. Tapi pelanggan terbesarnya adalah Angkatan Udara Amerika Serikat.

10 besar penjual senjata dunia

Laporan tersebut juga menunjukkan, mayoritas senjata berasal dari perusahaan Amerika - sebanyak 57,9 persen dari seluruh penjualan senjata global. Eropa Barat menempati posisi kedua (Inggris, 9,6 persen, Perancis 5 persen), Rusia di posisi ketiga (7.1 percent). Bisnis senjata dari Eropa Barat mencapai nilai 91,6 miliar dolar.

Krisis menguntungkan perdagangan senjata

Gambaran bisnis senjata di Eropa Barat bervariasi. Sementara perusahaan-perusahaan Perancis dan Italia menjual lebih sedikit senjata, kelompok Jerman dan Inggris berhasil meningkatkan omset mereka. Pabrik senjata utama Jerman Krauss-Maffei misalnya, dan Rheinmetall, yang membuat kendaraan militer, mendapatkan keuntungan dari penjualan produk mereka di Eropa, Timur Tengah dan Asia Tenggara.

"Meskipun demikian, sangat sulit untuk membuat hubungan langsung antara pembelian senjata besar dan perang yang sedang berlangsung.Tetapi tentu saja ada kaitannya: Ada permintaan yang lebih besar untuk beberapa jenis amunisi senjata, rudal atau kendaraan darat, misalnya," kata Aude Fleurant, Direktur Program Bisnis Senjata dan Militer di SIPRI. Peningkatan penjualan senjata di seluruh dunia juga merupakan respon terhadap konflik yang sedang berlangsung, tambahnya. "Di beberapa daerah, ancaman yang dirasakan semakin meningkat."

Korea Selatan mempersenjatai diri

Korea Selatan adalah salah satu contohnya. Pada 2016, perusahaan Korea Selatan melaporkan kenaikan penjualan senjata sebesar 20,6 persen. "Itu sangat jelas berkaitan dengan situasi keamanan di wilayah ini," kata Aude Fleurant. Korea Selatan merasa sangat terancam oleh provokasi nuklir tetangganya Korea Utara - dan sebagai jawaban meningkatkan pengeluaran militernya. Produsen senjata Korea Selatan yang terutama mendapat keuntungan dari situasi ini dengan menjual senjata ke kementerian pertahanan.

Peneliti SIPRI percaya Cina juga mungkin merupakan produsen senjata besar. Namun negara itu tidak muncul dalam statistik SIPRI, karena para peneliti tidak memiliki data-data yang dapat dipercaya mengenai perdagangan senjata Cina. "Tapi kami berasumsi bahwa produsen persenjataan Cina termasuk dalam 20 besar dunia," kata Aude Fleurant.

hp/ (dpa, ap)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait