1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Irak dan Israel, Komisaris Uni Eropa

20 Agustus 2004

Situasi di Irak dan Israel, serta komisaris baru dilingkungan komisi Uni Eropa, merupakan tema yang akan kami ketengahkan dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL, dari SJDW. Baiklah kami mulai dengan tema yang pertama, situasi di Irak. Serangan bom, pertempuran dan gerakan perlawanan terus berlanjut di Irak. Terutama di kota suci Najaf, milisi yang dipimpin Muktada el Sadr melanjutkan perlawanan. Sementara pasukan pendudukan Amerika Serikat menghadapinya dengan melakukan serangan dengan gencar. Mengenai konflik dikota Najaf, harian Italia IL MESSAGGERO yang terbit di Roma menulis:

Serangan terhadap Masjid Imam Ali telah dimulai, dan nampaknya pertumpahan darah tidak dapat dielakkan. Sejak hari Selasa lalu, pemerintah sementara Irak serta Amerika Serikat semakin jelas menginginkan terbunuhnya Muktada el Sadr. Ketika sebuah delegasi konferensi nasional Irak dari Bagdad tiba di Najaf untuk mengakhiri permusuhan, pasukan pendudukan Amerika Serikat melancarkan serangan pemboman, yang menghindarkan dilakukannya perundingan dengan pimpinan Syiah militan Muktada el Sadr.

Mengenai konflik di Irak, dan terutama meningkatnya ketegangan di kota Najaf, Harian Jerman TAGESZEITUNG yang terbit di Berlin menulis:

Sampai sekarang fungsi Muktada el Sadr adalah untuk merintangi rencana Amerika Serikat dan pemerintah sementara Irak. Untuk mempertahankan fungsinya tersebut, ia mendapatkan dukungan dari berbagai kekuatan dari Irak dan negara lain yang berkepentingan menggagalkan rencana Amerika Serikat di Irak. Bila Muktada el Sadr kehilangan fungsinya tersebut, maka tidak ada lagi yang akan mempedulikannya. Akhirnya ia hanya akan menjadi martir, Suatu gambaran yang tidak menggembirakan dalam usaha mencari penyelesaian diplomasi.

Kita masuki sekarang tema yang kedua, pertikaian politik di Israel. Perdana Menteri Israel Ariel Scharon menghadapi masalah dalam tubuh fraksi Likud yang mendukung pemerintahannya, sehubungan dengan pengosongan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza. Harian Spanyol ABC yang terbit di Madrid secara khusus menyoroti pengosongan pemukim Yahudi di Jalur Gaza dan pembangunan pagar pemisah di Tepi Barat Yordan. Selanjutnya kami baca:

Sejak mulai berkobarnya gerakan perlawanan Intifada bulan September 2000, dan sejak memegang jabatan Perdana Menteri bulan Februari 2001, jarang sekali terlihat Ariel Scharon begitu aktiv berusaha menerapkan salah satu dari butir rencana perdamaian. Meskipun mendapat perlawanan dari partainya sendiri, ia tetap mempertahankan rencana penarikan dari jalur Gaza. Untuk pertama kalinya sejak berbulan-bulan, terdapat alasan , bersikap optimis secara hati-hati. Yang menjadi masalah adalah, bila Scharon yang dengan sikap keras kepalanya berkeinginan mengosongkan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza, menggantinya dengan membangun tembok pemisah di Tepi Barat Yordan. Ia harus dengan jelas memahami, bahwa tuntutan masyarakat Internasional untuk mengosongkan pemukiman Yahudi, imbalannya sama sekali bukan dengan merampas wilayah Palestina yang berada dikawasan tempat dibangunnya tembok pemisah.

Mengenai perlawanan yang dihadapi Perdana Menteri Israel Ariel Scharon dalam tubuh partainya mengenai rencana pengosongan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza,. Harian Perancis LE FIGARO yang terbit di Paris menulis:

Tujuan Perdana Menteri Ariel Scharon telah diketahui. Yakni ia menginginkan persetujuan parlamen Israel atau Knesset bagi rencana pengosongan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza. Ini merupakan langkah menentukan menuju perdamaian. Sebagian besar opini publik mendukung rencana tersebut. Di Amerika Serikat dan Eropa, juga menyampaikan pandangan yang sama. Tapi pengikut partai agama yang radikal di Israel merintanginya. Apakah ia dapat memainkan "kartu as" untuk memecahkan konfliknya?. Yang jelas opini publik mendukungnya.Dengan demikian misalnya, ia dapat memajukan pelaksanaan pemilihan umum. Scharon melakukan banyak kesalahan.Dan sikapnya yang keras kepala dapat mengatasinya.

Baiklah sekarang kita masuki tema ketiga, atau tema terakhir dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL dari SJDW, yakni komisaris baru dilingkungan Komisi Uni Eropa dibawah pimpinan Jose Manuel Barroso. Harian Belgia DE STANDAARD yang terbit di Brüssel menurunkan tajuknya berjudul" 25 komisaris dalam Komisi Uni Eropa terlalu banyak. Selanjutnya kami kutip:

Apakah Ketua Komisi Uni Eropa Barroso dapat mengendalikan timnya? Tak seorangpun yang dapat meramalkan. Pemilihannya sebagai ketua komisi Uni Eropa merupakan cerita yang tidak menggembirakan. Tak seorangpun yang menginginkannya. Tapi itu tidak memainkan peranan. Yang penting adalah, tidak ada yang menentangnya. Kesulitan yang dihadapinya adalah mengenai jumlah komisaris , yang berada dibawah pimpinannya. 25 komisaris terlalu banyak. Dampaknya antara lain, komisaris dibidang tertentu tidak terhindarkan akan saling bertabrakan dalam menjalankan tugasnya.