1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Myanmar Tenang tapi Tegang

8 Oktober 2007

Junta militer di Myanmar diduga telah berhasil meredam aksi protes damai para biksu Budhis dan para pendukungngya.

Utusan khusus PBB Ibrahim Gambari dalam pertemuan dengan pimpinan oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Utusan khusus PBB Ibrahim Gambari dalam pertemuan dengan pimpinan oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi.Foto: AP

Akhir pekan lalu, barikade jalanan yang terakhir telah diangkut dari kota metropolitan Yangun. Kehadiran militer juga berkurang. Dunia internasional sementara ini terus berusaha meningkatkan tekanan terhadap rezim militer Myanmar. PM Inggris Gordon Brown mengatakan akhir pekan lalu, ia mendukung sanksi lebih keras dari Uni Eropa terhadap negara di Asia Tengggara tsb. Hari Senin ini waktu setempat, PBB juga akan membahas sanksi terhadap Myanmar. Akan tetapi sulit diramalkan, Dewan Keamanan mampu mencapai kata sepakat dalam tema ini.

Sanksi ekonomi internasional terhadap rezim militer di Myanmar, diduga tidak akan disetujui dalam sidang Dewan Keamanan membahas laporan utusan khusus PBB, Ibrahim Gambari. Bukan hanya China, tapi juga negara-negara tetangga anggota ASEAN, menolak campur tangan menyangkut urusan dalam negeri Myanmar. PM Singapura Lee Hsien Long yang saat ini menjabat ketua ASEAN menilai sanksi semacam itu sebagai kontra produktiv. Myanmar yang merupakan nama resmi bekas Birma, bagaimanapun sudah terisolasi sepenuhnya, kata PM Singapura. Karena itu harus ditemukan jalan lain untuk menanamkan pengaruh di negara tsb.

Juga sebelumnya duta besar Singapura di PBB, Vanu Gopala Menon menyampaikan pernyataan senada. Pada saat pemaparan laporan utusan khusus PBB untuk masalah Myanmar, Ibrahim Gambari di depan PBB, Menon mengatakan : “Myanmar adalah bagian dari keluarga ASEAN. Apapun yang kami pikirkan menyangkut sikap anggota kami, mereka tetap saja dipandang anggota keluarga.“

Sementara anggota ASEAN lainnya seperti Malaysia, mendesak rezim militer Myanmar untuk secepat mungkin memenuhi janjinya, menggelar perundingan damai dengan pihak oposisi. Menteri luar negeri Malaysia, Syed Hamid Albar mengimbau para jenderal, untuk melakukan perundingan tanpa syarat apapun dengan pemenang hadiah Nobel Perdamaian dan pimpinan oposisi Aung San Suu Kyi. Jurubicara partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi, Nyan Win mengatakan, tawaran jenderal Than Swe untuk melakukan pertemuan dengan Aung San Suu Kyi, dapat membuka pintu dialog. Sebelumnya Nyan Win menolak tawaran itu, karena dinilai tidak serius.

Sementara itu akhir pekan lalu sekitar 100 warga pelarian dari Myanmar di Singapura, menggelar aksi demonstrasi tertutup di sebuah aula, karena demonstrasi terbuka dilarang di Singapura, untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap para demonstran di tanah airnya. Penyelenggara aksi protes mengatakan, ia mengharapkan Singapura sebagai ketua ASEAN saat ini, memainkan pengaruhnya lebih besar lagi terhadap rezim militer Myanmar. Disebutkannya ; “Singapura saat ini menjabat ketua ASEAN, dan karena itu kami menghendaki, agar PM atau pejabat tinggi pemerintahan yang lainnya memainkan pengaruhnya, untuk memperbaiki situasi di Myanmar.“

Sementara itu di Myanmar aksi pengejaran terhadap para tersangka penggerak aksi protes terus dilancarkan. Hari Minggu kemarin saja sedikitnya 78 tersangka ditangkap dan diinterogasi, demikian laporan televisi resmi Myanmar. Dilaporkan seluruhnya sekitar seribu orang masih ditahan. Namun kelompok oposisi melaporkan, jumlah orang yang ditahan dan hilang jauh lebih banyak dari laporan resmi rezim militer.