Situasi Libanon Tetap Eksplosif
24 Januari 2007Sekali lagi Libanon berada di ambang keruntuhan, demikian ditulis dalam tajuk harian Prancis Liberation.
"Setelah Israel melancarkan perang, kelompok oposisi Libanon menjadi semakin kuat, didukung dari jauh oleh Iran dan Suriah. Jika warga Libanon tidak menemukan alasan, yang memungkinkan munculnya kepercayaan minimum terhadap politik, maka bantuan keuangan yang didiskusikan di Paris tidak akan ada gunanya."
Sementara harian Rusia Kommersant yang terbit di Moskow berkomentar: Hisbullah ingin menyabot bantuan bagi Libanon.
"Kelompok oposisi menggelar aksinya dengan sasaran konferensi negara donor di Paris. AS dan Prancis sebagai pendukung PM Fuad Siniora, sudah menjanjikan bantuan lima milyar Dolar. Tapi jika kelompok oposisi unggul dan pemerintah tidak mampu mengendalikan situasi, janji bantuan tidak akan diwujudkan. Pokoknya posisi PM Siniora saat ini amat goyah."
Sedangkan harian Austria Salzburger Nachrichten berkomentar: Konflik ini realitasnya adalah unjuk kekuatan geo-politik.
"PM Fuad Siniora yang didukung AS dan Prancis, hendak melucuti senjata Hisbullah. Dengan itu, hendak dicegah kekuatan pro-Suriah yang didukung Iran merebut kekuasaan di Libanon. Di sisi lain, aksi demonstrasi oposisi merupakan simbol unjuk kekuatan Suriah untuk menebus kembali kekalahannya di tahun 2005, dengan dipaksa mundur dari Libanon. Damaskus didukung Hisbullah, ingin kembali mengukuhkan pengaruhnya di Libanon dan mendepak Siniora yang didukung Barat."
Tema lainnya yang disoroti harian-harian Eropa adalah pidato kenegaraan Presiden AS George W. Bush.
Harian Italia Corriere della Sera dalam tajuknya berkomentar: Bush menyampaikan pidato kenegaraan dalam situasi paling sulit.
"Bush, yang ibaratnya dipotong separuh kekuasaannya oleh rakyat dalam pemilu lalu, kini tiba-tiba mengangkat tema perlindungan lingkungan. Tapi argumentasinya amat meragukan. Kini 60 persen warga AS menghendaki agar Kongres menggagalkan rencana perang Bush berikutnya di Irak. Keberadaan tentara AS di Bagdad dan posisi Bush dalam sejarah, di mata publik sekarang ini adalah aib yang memalukan."
Sementara harian Italia lainnya La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar: Pidato Bush kini tidak didengar lagi oleh rakyatnya.
"Drama yang paling tragis adalah, politik tanpa perasaan, yang menyeret Gedung Putih pelan-pelan tenggelam. AS tidak dapat lagi menikmati kemewahan, memiliki presiden yang ditolak oleh rakyatnya, tanpa menyebabkan penderitaan seluruh negara. Demokrasi AS juga tidak boleh mendukung seorang presiden seperti Bush, yang di kemudian hari dapat menjadi ancaman."