1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi Perang Saudara di Sri Lanka

28 April 2009

Pemerintah Sri Lanka memutuskan tidak menggunakan senjata berat lagi dan menghentikan serangan udara dalam perang melawan Macan Tamil Eelam, LTTE. Tujuannya untuk melindungi warga sipil.

Tentara Sri Lanka berpatroli di Omantai, sekitar 230 km dari Colombo

Dari kantor presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapakse dikabarkan Senin (27/04), bahwa operasi pertempuran sudah tiba pada akhirnya. Tetapi yang dimaksud dengan hal ini bukan gencatan senjata seperti yang dituntut pemberontak Macan Tamil Eelam atau LTTE.

Warga Sipil

Warga sipil Tamil yang lolos dari pemberontak dan sampai di Putumattalan (20/04)Foto: AP

Jurubicara pemerintah Lakshman Hullugalle mengatakan, "Untuk melindungi orang-orang yang tidak terlibat dalam pertempuran, pemerintah memutuskan untuk tidak menggunakan senjata berat lagi dan menghentikan serangan udara. Tetapi tidak ada gencatan senjata."

Hullugalle menambahkan, kini militer terutama berusaha membebaskan warga sipil dari tangan pemberontak. Jadi secara de facto operati terhadap LTTE terus berjalan. Sementara itu di situs internetnya, pemberontak menuduh pemerintah tetap membom warga sipil dan menipu dunia dunia internasional.

Tidak Memberikan Kesempatan

Tentara anak-anak yang direkrut LTTE (10/10/02)Foto: AP

Selama ini pemerintah Sri Lanka sudah mendapat tekanan dunia internasional untuk menghentikan aksi militer. Tetapi pemerintah tampaknya tidak mengalah sepenuhnya atas desakan ini. Angkatan bersenjata Sri Lanka percaya, bahwa LTTE akan segera dapat dikalahkan.

Ini berarti berakhirnya perang saudara yang sudah berlangsung puluhan tahun. Mereka tidak memberikan kesempatan bagi pemberontak dan pemimpinnya Velupillai Prabakaran untuk membentuk formasi baru. Di masa lalu pemberontak menggunakan gencatan senjata untuk menghimpun kekuatan lagi.

Dijadikan Tameng

Foto Velupillai Prabhakaran (tengah), yang disediakan LTTE (26/03/07)Foto: AP

Akhir pekan lalu pemberontak menuntut agar pertempuran dihentikan demi kepentingan warga sipil. Tetapi pemerintah di Colombo menduga, LTTE menggunakan manusia sebagai tameng untuk melindungi pemimpinnya. Juru bicara pemerintah Lakshman Hullugalle mengatakan, "Kami percaya, Prabakharan bersembunyi di antara warga sipil. Jadi orang-orang tak bersalah menjadi sandera pemberontak."

Menurut LTTE, sekarang 160.000 warga sipil masih terperangkap di daerah pertempuran. Tetapi jumlahnya sekarang sudah berkuran. PBB mengatakan, di daerah itu masih ada 50.000 orang, dan menurut pemerintah hanya 15.000. Tetapi keselamatan mereka tetap sangat terancam.

Seorang pengungsi mengatakan, "Kelapa tidak ada lagi, susu juga tidak, tidak ada apa-apa lagi. Situasi sangat sulit. Kami terus-menerus ditembaki. Kami hidup di bungker selama sebulan. Kami sangat ketakutan."

Macan Tamil Terjepit

Seorang perempuan Tamil dan anaknya, yang telah berada di pengungsingan selama 25 tahun.Foto: DW/Thomas Kruchem

Pertempuran di Sri Lanka yang sedang berlangsung sekarang kemungkinan pertempuran konvensional terakhir dalam perang yang sudah berlangsung sejak 1983. Saat ini LTTE hanya menguasai daerah perkebunan kelapa yang luasnya kurang dari 10 km persegi. Daerah itu dikelilingi laut di tiga sisinya, sementara di sisi keempat mereka dihadang pasukan pemerintah.

Menurut keterangan pemerintah, pertempuran kini akan berlangsung dalam jarak dekat. Tetapi menurut seorang perwira militer, upaya tentara untuk mendekati pemberontak berjalan sangat lamban, karena LTTE telah menempatkan penembak jitu dan menanamkan ranjau di berbagai tempat. Kini militer juga mengerahkan penembak jitu serta pasukan elit di samping infanterinya.


Sabina Matthay/CNN/RTRE/Marjory Linardy

Editor: Renata Permadi