Skandal Epstein: Mengapa Trump Seolah Tak Tersentuh Hukum?
28 Oktober 2025
Peringatan: Artikel ini berisi referensi tentang kematian akibat bunuh diri, kekerasan seksual, dan detail lain yang mungkin mengganggu pembaca.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampaknya tidak bisa lepas dari kasus Jeffrey Epstein.
Epstein, seorang mantan bankir investasi, selama bertahun-tahun melakukan pelecehan seksual dan perdagangan anak perempuan serta perempuan muda, serta “menyerahkan mereka” kepada teman-teman dan rekan bisnisnya. Skandal Epstein berdampak besar pada kalangan elit di Amerika Serikat, di mana banyak politisi, pebisnis, dan tokoh berpengaruh bergaul dengan Epstein. Pada 2019, Epstein meninggal dengan cara gantung diri di sel tahanannya saat menunggu persidangan.
Lebih dari enam tahun kemudian, kasus Epstein kini menjadi masalah besar bagi Presiden Trump. Anggota masyarakat umum dan politisi oposisi menuntut agar Departemen Kehakiman AS merilis sepenuhnya apa yang disebut “berkas Epstein”. Sebagian dokumen sudah tersedia untuk publik, namun banyak bagian yang masih disensor.
Para penyintas kekerasan Epstein menuntut agar semua informasi yang diketahui pihak berwenang dipublikasikan, dan siapa pun yang terlibat dalam jaringan perdagangan seks Epstein atau ikut melakukan pelecehan seksual harus dimintai pertanggungjawaban.
Trump: Epstein “menyenangkan untuk diajak bergaul”
Trump diketahui berteman dekat dengan Epstein pada 1990-an, banyak foto dan video yang membuktikannya. Dalam wawancara pada 2002 dengan majalah New York, Trump menyebut Epstein “orang hebat” dan mengatakan “dia sangat menyenangkan untuk diajak bergaul. Bahkan dikatakan bahwa dia menyukai wanita cantik seperti saya, dan banyak di antara mereka yang masih muda.”
Trump dan Epstein berselisih pada 2004. Pada 2023, Trump sendiri dinyatakan bersalah atas pelecehan seksual terhadap penulis E. Jean Carroll pada 1996, dan sejak munculnya tuduhan terhadap Epstein, ia berusaha menjauhkan diri dari kasus tersebut.
Namun minat publik terhadap kasus ini tetap tinggi. Menariknya, bukan hanya anggota partai oposisi, Demokrat, yang menyerukan pemungutan suara atas Epstein Files Transparency Act, sebuah rancangan undang-undang yang akan mewajibkan Departemen Kehakiman AS mempublikasikan seluruh dokumen tidak rahasia terkait penyelidikan tersebut. Beberapa anggota Partai Republik, partai Trump sendiri, juga mendukung langkah ini.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
“Kongres harus memilih. Apakah Anda akan terus melindungi pelaku, atau akhirnya melindungi para penyintas?” kata Lisa Phillips, salah satu penyintas pelecehan Epstein, di tangga Capitol Hill di Washington awal tahun ini. “Transparansi adalah keadilan. Publikasikan berkasnya, akhiri kerahasiaan, dan berdirilah bersama kami untuk menyatakan bahwa tidak ada seorang pun, tidak miliarder, tidak politisi, tidak pemimpin dunia, yang berada di atas hukum.”
Namun, untuk saat ini, tidak ada perkembangan berarti dalam penyelidikan resmi kasus Epstein. Akibat penutupan sementara pemerintahan AS, House Oversight Committee, lembaga investigasi utama DPR AS, tidak beroperasi sama sekali.
Memoar penyintas diterbitkan secara anumerta
Sebaliknya, informasi baru datang dari sumber lain. Pada Selasa (21/10), buku Nobody’s Girl diterbitkan, sebuah memoar anumerta karya Virginia Roberts Giuffre, salah satu penyintas paling terkenal dari jaringan perdagangan seks Epstein, yang menuduh Pangeran Andrew dari Inggris dan sejumlah pria berpengaruh lainnya telah mengeksploitasinya secara seksual saat ia masih remaja.
Pada April lalu, Giuffre, yang saat itu berusia 41 tahun, meninggal karena bunuh diri. Dalam bukunya, ia menulis bahwa Epstein memiliki rekaman video para “kliennya” yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak perempuan dan perempuan muda.
Memoar tersebut semakin memicu spekulasi tentang “daftar klien” Epstein, dan apakah daftar itu termasuk dalam dokumen yang belum dirilis oleh Departemen Kehakiman.
Trump sendiri sebenarnya pernah berjanji dalam kampanye untuk merilis seluruh berkas Epstein, itulah sebabnya beberapa pendukung fanatiknya, dari gerakan Make America Great Again (MAGA), merasa kecewa karena ia belum melakukannya.
Apakah mungkin Trump mencegah publikasi lebih lanjut atas berkas Epstein karena bisa merusak dirinya secara pribadi maupun politik? Tidak bisa dipastikan tanpa memeriksa dokumen tersebut. Namun, satu hal yang bisa dianalisis adalah bagaimana para pendukung Trump mungkin akan bereaksi jika muncul pengungkapan yang merugikan dirinya.
“Banyak Demokrat berharap berkas Epstein dapat menjatuhkan Donald Trump,” kata Ines Pohl, kepala biro DW di Washington. “Namun asumsi itu tidak sesuai dengan pengalaman saya di lapangan. Mayoritas besar Partai Republik dan pendukung Trump memang menganggap Epstein sebagai penjahat keji. Tapi aturan yang berbeda berlaku bagi Donald Trump.”
Pohl telah berbicara dengan banyak warga Amerika tentang pandangan mereka terhadap berkas Epstein dan kemungkinan keterlibatan Trump. Kebanyakan menjawab dengan menunjukkan penolakan kuat terhadap “tatanan politik lama” serta kesetiaan tak tergoyahkan terhadap pria yang mereka anggap sebagai “presiden mereka.”
Mereka berkata, “seluruh Washington punya tangan kotor,” jelas Pohl, jadi “mengapa hanya Donald Trump yang harus dimintai pertanggungjawaban?”
Jika Anda sedang mengalami tekanan emosional atau memiliki pikiran untuk bunuh diri, carilah bantuan profesional. Anda dapat menemukan informasi tentang tempat mendapatkan bantuan, di mana pun Anda berada di dunia, melalui situs berikut: www.befrienders.org.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Yuniman Farid