Amber Rudd mengundurkan diri menyusul kemarahan publik atas terungkapnya target ambisius pemerintahan May yang ingin mendeportasi warga migran asal Karibia. Terungkap 10 persen warga imigran ingin dideportasi per tahun.
Iklan
Saat mengundurkan diri Menteri Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd pada hari Minggu (29/04) mengakui telah "keliru menyesatkan" parlemen tentang target deportasi atas generasi migran yang disebut Windrush, warga negara pesemakmuran terutama lansia asal Karibia.
"Seharusnya saya menyadari ini, dan saya bertanggung jawab penuh atas fakta ini," kata Rudd dalam surat pengunduran dirinya kepada Perdana Menteri Inggris Theresa May, ketika mengakui bahwa dia "secara tidak sengaja menyesatkan Komite Pemilihan Urusan Dalam Negeri" atas target penghapusan imigran gelap, seperti dikutip dari AFP.
10 persen per tahun
Tepat pada hari pengunduran diri Rudd, harian Guardian merilis surat pribadi Rudd kepada May Januari tahun lalu yang menguraikan target "ambisius namun dapat direalisasikan” atas penambahan jumlah pendeportasian imigran. Associated Press menyebutkan target tersebut mengungkap rencana untuk mendeportasi 10 persen imigran gelap selama beberapa tahun ke depan.
Pemerintah Inggris selama ini memang bertujuan mengurangi jumlah imigran di bawah batas 100.000 orang per tahun, kurang dari setengah dari jumlah saat ini.
Pekan lalu, dihadapan anggota parlemen Rudd mengatakan tidak ada kuota pemerintah untuk untuk mendeportasi orang yang dianggap berada di negara itu secara ilegal. Mundurnya Rudd secara dramatis menjadi umpan balik yang menyerang Perdana Menteri Theresa May, yang secara terbuka pada Jumat (27/04) menyatakan bahwa ia "percaya penuh” atas Rudd.
Siapa generasi Windrush?
Sepekan terakhir, gelombang kemarahan publik diarahkan kepada pemerintahan May pasca merebaknya ancaman deportasi terhadap generasi Windrush. Surat kabar Guardian juga mengungkap bahwa imigran Karibia ditolak haknya untuk mendapat perawatan medis karena tidak dapat memperlihatkan surat-surat yang membuktikan mereka menetap secara sah di negara itu.
Generasi Windrush adalah keturunan Karibia yang datang dengan menggunakan kapal Empire Windrush, untuk membangun Inggris yang kekurangan tenaga buruh pasca Perang Dunia II. Mereka sebenarnya telah diakui secara sah lewat UU 1971, namun banyak yang tidak memperbaharui status mereka, sering kali karena mereka masih kecil dan dicantumkan dalam paspor orang tuanya ketika pertama kali datang, dan setelahnya tidak pernah mengajukan dokumen mereka sendiri.
Para Imigran Yang Mengubah Wajah Dunia
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman. Namun di tanah air baru mereka, para imigran ini mengubah wajah dunia - sebagai saintis, politisi, seniman, pengusaha atau olahragawan.
Foto: Imago/United Archives International
Albert Einstein
Tanpa dia dan teori relativitas, pandangan manusia kini tentang alam semesta akan berbeda. Saat Nazi berkuasa di Jerman, Albert Einstein yang berdarah Yahudi dan tengah berada di Amerika Serikat tak bisa kembali ke Jerman, karena nyawanya bisa terancam. Ia mengembalikan paspornya dan beremigrasi ke Amerika Serikat.
Foto: Imago/United Archives International
Marlene Dietrich
Penyanyi dan aktris Jerman Marlene Dietrich sudah terkenal di Amerika Serikat ketika ia meninggalkan Jerman pada tahun 1938. Dia tinggal di Amerika Serikat dan di Perancis. Dari kedua negara itu, ia membantu para pengungsi dan tentara sekutu. Setelah akhir Perang Dunia II di Jerman, ia dituduh telah berkhianat pada negaranya sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
Henry Kissinger
Dia adalah seorang profesor di Harvard University, pernah menjadi menteril luar negeri Amerika Serikat, dan pakar hubungan internasional. Pada tahun 1938, Henry Kissinger meninggalkan Bayern, Jerman, dan melarikan diri dari ancaman maut Nazi. Meskipun saat Perang Dunia II dia menjadi tentara Amerika yang memerangi bangsanya sendiri, dia mengatakan sebagian dari dirinya selalu tetap Jerman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Madeleine Albright
Dari Cekoslovakia, dua kali Madeleine Albright dan keluarganya melarikan diri: pertama, setelah invasi Nazi pada tahun 1939, mereka mengungsi dari Praha ke London. Sempat kembali ke Praha, pada tahun 1948 mereka hijrah ke AS setelah rezim komunis di tanah air mereka mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1997, perempuan berdarah Yahudi ini menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
M.I.A.
Namanya Mathangi "Maya" Arulpragasam, tapi para penggemar mengenalnya sebagai MIA. Di usia kanak-kanak, dari Sri Lanka, ia melarikan diri ke India menuju ke Inggris. Dalam sebuah wawancara, ia berkata: "Pada awalnya, saya memberitahu semua orang bahwa saya berasal dari Trinidad, jadi saya tidak perlu berbicara tentang Sri Lanka dan perang. Saya tidak mengatakan bahwa saya seorang pengungsi. "
Foto: Getty Images/C. Polk
Miriam Makeba
Miriam Makeba - yang dikenal sebagai Mama Afrika berasal dari Afrika Selatan. Ia berada di sebuah acara di AS ketika pejabat negara Afsel tak mengizinkannya pulang. Lagu mereka "Pata Pata" menjadi hit di seluruh dunia pada tahun 1967. Setelah tinggal di Guinea dan Belgia, atas permintaan Nelson Mandela, pada tahun 1990, pejuang hak-hak sipil ini kembali ke Afrika Selatan.
Foto: Getty Images
Freddie Mercury
Orang tua bintang rock dengan suara khas ini melarikan diri dari gejolak revolusioner di Zanzibar ke London - bersama dengan Freddie kecil. Sisanya adalah sejarah: Mercury naik dan band-nya menjadi ikon rock. Kematiannya akibat HIV/AIDS mendorong kampanye mengatasi isu HIV.
Foto: Getty Images/Hulton Archive
Thomas Mann
Dia dianggap sebagai salah satu penulis paling penting dari abad ke-20. Nazi menyebut peraih penghargaan Nobel ini sebagai "gelombang besar kebiadaban eksentrik". Ia manjadi eksil di Swiss pada tahun 1933 dan pada tahun 1939 ke Amerika Serikat. Pada tahun 1938 ia menciptakan slogan: "Di mana saya berada, itulah Jerman. Saya membawa budaya Jerman dalam diri saya."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Setelah kudeta militer berdarah di Chili pada tahun 1973, keluarga Isabel Allende melarikan diri ke Venezuela. 13 tahun kemudian dia pindah ke Amerika Serikat. Pengalaman pribadinya mengalir dalam novel "The House of Spirits". Karena pernah punya pengalaman serupa, tahun 2015 dia menyerukan agar Eropa menyambut para pengungsi.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Sitting Bull
Kepala suku Sioux , Tatanka Iyotake - lebih dikenal sebagai Sitting Bull - habiskan waktu selama beberapa tahun di pengasingan. 1877 - setahun setelah pertempuran Little Bighorn - ia melarikan diri bersama dengan 2.000 pengikutmya ke Kanada. Tahun 1881 ia kembali ke Amerika dan menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dia ditangkap dan tinggal di reservat Indian. Ia kemudian tewas terbunuh.
Foto: Imago/StockTrek Images
Neven Subotic
Seperti rekannya Vedad Ibisevic (Hertha Berlin), saat masih kecil, Subotic melarikan diri dari kampung halamannya, di Bosnia-Herzegovina. Pada tahun 2012 ia mendirikan sebuah yayasan yang menyediakan akses air minum bagi ana-anak di negara berkembang. Subotic pernah bermain untuk Borussia Dortmund dan pindah ke FC Köln. Ed: Dagmar Breitenbach, Martin Muno (ap/as)
Foto: imago/Thomas Bielefeld
11 foto1 | 11
Hal inilah yang memicu kemarahan publik seperti tercermin dari komentar George Osborne, Menteri Keuangan di era Perdana Menteri David Cameron, yang menyebutkan: "Pemerintahan ini kurang manusiawi."
Dalam surat pengunduran dirinya, Rudd mengakui terkadang orang yang secara legal menetap di Inggris kerap diberlakukan "secara tidak adil dan manusiawi”, sambil menambahkan sebenarnya dia sedang berencana beberapa bulan ke depan untuk mendorong kebijakan baru yang melindungi generasi Windrush.
Pemerintahan May telah meminta maaf atas kegagalan tersebut, dan menjajikan hak kewarganegaraan serta kompensasi, termasuk bagi warga yang kehilangan pekerjaannya, yang ditolak haknya untuk mendapatkan rumah tinggal, serta yang mendapat ancaman deportasi akibat "kesalahan administratif" tersebut.
Senin (20/04), Downing Street mengumumkan nama Sajid Javid sebagai pengganti Amber Rudd. Pria berlatar belakang Pakistan tersebut sebelumnya adalah Menteri Negara urusan Komunitas dan Pemerintahan Lokal.
Peraturan Kerajaan Inggris Yang Tidak Bisa Diubah Bahkan Oleh Ratu
Keluarga kerajaan Inggris punya peraturan sendiri yang berlaku untuk semua anggota. Ini tidak bisa diubah bahkan oleh Ratu yang jadi pemimpin tertinggi.
Foto: Getty Images
Harus Berhenti Makan, Jika Ratu Berhenti Makan
Semua orang yang makan bersama sang Ratu, termasuk anggota keluarga kerajaan, harus mengikuti peraturan sederhana, yaitu: mengikut setiap gerak gerik ratu, juga apa yang ia lakukan. Jika berhenti makan, semua orang lain juga harus berhenti.
Foto: Getty Images
Tidak Boleh Disentuh Orang Yang Non Keluarga Kerajaan
Peraturan ini sebenarnya sekedar "garis penuntun" dan kerap dilanggar. Orang biasa pada dasarnya jarang mendekati keluarga kerajaan. Tapi kadang jika bertemu selebriti, mereka berpose bersama, atau saling menyapa sehingga kontak dengan orang yang bukan anggota keluarga kerajaan bisa terjadi.
Foto: picture-alliance/dpa
Tidak Boleh Beragama Katolik
Para anggota keluarga kerajaan tidak boleh beragama lain selain Anglikan, yang dibentuk berdasarkan teologi Protestan. Tahun 2011 ada perubahan peraturan. Mereka boleh menikah dengan orang beragama Katolik, tetapi mereka sendiri harus tetap setia kepada gereja Anglikan. Foto: Westminster Abbey.
Foto: Imago/imagebroker/Nitzschke
Tidak Bisa Ikut Pemilu
Peraturan ini ditetapkan dengan alasan, jika memberikan suara, para anggota keluarga kerajaan kemungkinan akan mempengaruhi opini publik dengan cara tidak adil. Jadi tugas mereka difokuskan pada kerjasama dengan partai yang berkuasa dan mengusahakan agar keseharian politik berjalan lancar.
Foto: picture alliance/AP Photo/F. Augstein
Tidak Boleh Pegang Jabatan Politik
Seperti halnya dalam larangan memberikan suara pada pemilu, peraturan yang satu ini juga ditetapkan karena dikhawatirkan mereka bisa mempengaruhi opini publik. Selain itu juga, agar mereka tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri.
Foto: Getty Images/Niall Carson-Pool
Tidak Boleh Berpakaian Sembarangan
Para anggota keluarga kerajaan dituntut menjadi "trendsetter" hal fesyen, dengan gaya yang elegan dan anggun. Pilihan busana mereka biasanya tidak mencolok dan sesuai dengan acara yang tengah dihadiri.
Foto: picture-alliance/AP/C. Hipolito
Tidak Bisa Mengubah Aturan Prosesi
Dalam acara resmi seperti pernikahan, keluarga kerajaan berjalan dalam prosesi yang sudah ditentukan. Paling depan adalah Ratu Elizabeth II yang jadi pemimpin. Dalam acara santapan malam resmi juga ada aturan duduk yang harus dipatuhi.
Foto: Getty Images
Tidak Boleh Adakan Perjalanan Bersama-sama
Peraturan ini dibuat di masa lampau, ketika mengadakan perjalanan berisiko tinggi. Anggota keluarga kerajaan yang akan mewarisi tahta tidak boleh mengadakan perjalanan bersama-sama. Namun di jaman sekarang peraturan sudah longgar, mengingat perjalanan sudah lebih aman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Hayward/The Canadian Press
Tidak Boleh Santap Makanan Laut
Ini lebih merupakan saran daripada larangan. Yaitu untuk menghindari kemungkinan alergi. Ratu Elizabeth II dan beberapa anggota keluarga kerajaan lain tidak menyantap makanan dari laut. Tapi Pangeran Charles tampak suka menyantap kerang.
Foto: Bernd Jürgens - Fotolia.com
Mimimal Enam Burung Gagak di Tower of London
Ini peraturan yang tak langsung terkait keluarga kerajaan, tapi penting bagi mereka. Peraturan didasari legenda "kalau burung gagak tinggalkan menara, kerajaan akan ambruk." Kata legenda, sedikitnya enam gagak harus tinggal di Tower of London. Jadi hingga hari ini, mereka pelihara burung-burung itu dengan baik, dan lebih dari jumlah minimal. Penulis: ml/vlz (Brightside, Closerweekly)