Soal Jaminan Keamanan, Duterte Batal Uji Coba Vaksin Rusia
14 Agustus 2020
Presiden Filipina Rodrigo Duterte tidak akan menerima suntikan hingga regulator bisa menjamin keamanan vaksin virus corona ciptaan Rusia.
Iklan
Filipina akan mulai melakukan uji coba vaksin virus corona buatan Rusia skala besar terhadap manusia pada Oktober 2020. Namun Presiden Rodrigo Duterte tidak akan menerima suntikan hingga regulator menjamin keamanan vaksin, kata juru bicaranya.
Sebelumnya Duterte telah menawarkan diri sebagai kelinci percobaan untuk menerima suntikan pertama seraya percaya pada kesuksesan vaksin tersebut, meskipun kini skeptis tentang keefektifannya.
Juru bicara Harry Roque mengatakan presiden dijadwalkan menerima vaksin pada 1 Mei 2021, beberapa minggu setelah uji klinis fase tiga berakhir pada Maret 2021.
"1 Mei, ketika PSG (kelompok keamanan presiden) mengizinkan, setelah semua tes yang diperlukan telah selesai," kata Roque kepada wartawan.
Moskow mengklaim telah mengembangkan vaksin pertama di dunia yang menawarkan "kekebalan berkelanjutan" terhadap virus corona dan tengah dalam tahap akhir pengujian yang melibatkan 2.000 orang.
Bersamaan dengan Rusia
Roque mengatakan para ahli Filipina bulan depan akan meninjau hasil uji klinis fase satu dan dua Rusia, sebelum negara Asia Tenggara itu memulai pengujian fase tiga.
"Kami akan melakukannya bersamaan dengan Rusia," kata Roque.
Pejabat Filipina dari departemen sains dan teknologi bertemu dengan perwakilan Gamaleya pada Rabu (12/08) untuk membahas protokol uji coba vaksin, yang dijuluki "Sputnik V", nama yang berasal dari satelit perintis Soviet tahun 1950-an.
Filipina yang tengah berjuang melawan virus COVID-19 telah menerima tawaran Rusia untuk berpartisipasi dalam produksi vaksin. Selain itu, Filipina juga akan memulai uji klinis antivirus asal Jepang, Avigan pada 17 Agustus 2020.
Pandemi Covid-19 menerjang cepat dan sudah tewaskan 450.000 jiwa kurang dari enam bulan. Hal ini pun picu lomba pembuatan vaksin yang efektif dan aman. Dari 100 potensi vaksin, inilah yang sudah uji klinis pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-P. Strobel
BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS
Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech menjadi yang pertama mendapat rekomendasi dari Paul Ehrlich Institut untuk uji klinis pada manusia. Fase pertama dilakukan tes pada manusia dengan 12 relawan pada bulan April lalu. Bersama perusahaan farmasi AS Pfizer akan di lakukan uji klinis berikutnya untuk calon vaksin BNT162 dengan 360 relawan di AS.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Albrecht
CureVac dari Jerman
Perusahaan Jerman CureVac juga telah mendapat izin dari otoritas Jerman, dan siap melakukan uji klinis vaksin virus corona. Bulan Juni ini perusahaan dari kota Tübingen itu akan menguji calon vaksinnya pada 168 relawan. Pemerintah Jerman juga menanam investasi senilai 300 juta Euro di perusahaan bioteknologi ini.
Foto: picture-alliance/Geisler-Fotopress/S. Kanz
Moderna dari AS
Perusahaan bioteknologi AS, Moderna Inc adalah yang pertama di dunia yang mengumumkan uji klinis calon vaksin mRna-1273 pada manusia. CEO Moderna bertemu Presiden Trump Maret lalu untuk melaporkan perkembangan positif. Pemerintah AS mendukung dengan dana 483 juta US Dolar. Akhir Mei, fase kedua uji klinis dimulai dengan 600 relawan. Moderna bisa produksi hingga 500 juta dosis vaksin per tahun.
Foto: picture-alliance/CNP/AdMedia/K. Dietsch
AstraZeneca Swedia/Inggris dan Oxford Inggris
Perusahaan farmasi Swedia/Inggris AstraZeneca bersama Oxford University lakukan uji klinis vaksin eksperimental pada manusia di Inggris dan Brasil. Calon vaksin berasal dari virus adeno simpanse ChAdOx1. Bulan Mei dilakukan uji fase dua dengan 10.000 relawan. Produksi vaksin diharap bisa dimulai akhir tahun 2020, dengan kapasitas hingga dua miliar dosis. Uni Eropa sudah memesan 400 juta dosis.
Foto: picture-alliance/AP Photo/University of Oxford
Kaiser Permanente AS
Kaiser Permanente Washington Health Research Institute (KPWHRI) sudah melakukan uji klinis vaksin corona pada manusia dengan sampel kecil Maret lalu. Uji coba juga dilakukan pada manula. Riset dibiayai oleh jawatan kesehatan federal AS dengan vaksin yang dikembangkan moderna. (as/gtp)