1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Terancam Digugat di Mahkamah Internasional

21 Februari 2018

Indonesia yang saban tahun membuang ratusan juta ton sampah plastik ke laut bisa dituntut uang ganti rugi jika terbukti merusak terumbu karang di negara lain. Peringatan ini dilayangkan aktivis lingkungan internasional

Plastikbeutel an Meereskoralle
Foto: Global Ideas; plastic; pollution; packaging; Plastik; Müll; Umwelt; Verschmutzung; Meer; Ozean; Schäden; Umweltschäden

Pari Bali Mengais Makan di Lautan Plastik

01:06

This browser does not support the video element.

Dengan gerak yang gemulai seekor Pari Manta mengibaskan siripnya menyelami perairan dangkal di lepas pantai Bali buat mencari makan. Pemandangan alami itu adalah salah satu alasan kenapa penyelam berbondong-bondong menyambangi Indonesia, termasuk Lauren Jubb yang berasal dari Australia. Namun bukan surga bawah laut yang dia rekam, melainkan neraka plastik yang perlahan membunuh satwa dan terumbu karang.

"Saya belum pernah setakut dan sesedih itu," kata dia. "Pari Manta ini dikerubungi kantung plastik saat berenang di antara sampah. Mahluk-mahluk indah ini harus hidup bersama dosa yang diciptakan umat manusia."

Sontak video Jubb viral di media sosial. Lebih dari 11.000 netizen membagi video pendek tersebut. Tidak heran jika Indonesia dihujani kritik lantaran dianggap abai terhadap sampah dan kebersihan lingkungan. Seorang aktivis lingkungan Inggris Oliver Tickell bahkan menulis pemerintah di Jakarta bisa dituntut untuk diminta ganti rugi jika limbah plastik dari Indonesia terbukti merusak terumbu karang di negara kepulauan lain.

Baca: Bali Darurat Sampah

"Negara yang paling bertanggungjawab atas polusi plastik harusnya takut. Karena untuk membangun hukum internasional yang lebih bertaji hanya diperlukan gugatan sebuah negara kecil yang pantai, pariwisata dan sektor perikanannya terimbas dampak limbah," tulis Oliver di Huffington Post, Selasa (20/2).

Ketika dikonfimasi BBC Indonesia, Deputi IV Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman, Safri Burhanuddin, malah membantah Indonesia sebagai salah satu sumber terbesar sampah plastik di laut. "Indonesia adalah pertemuan dari dua samudera. Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Semua jalur itu yang namanya arus lintas Indonesia, itu melewati Indonesia," katanya.

"Apakah kami menuntut negara-negara di Pasifik atau negara-negara di Samudera Hindia yang mengotori Indonesia juga?"

Indonesia saat ini tercatat sebagai negara sumber sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Setiap tahun sebanyak lebih dari 170 juta ton plastik dibuang ke laut. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman sudah mencanangkan program mereduksi sampah plastik di laut sebanyak 70%, antara lain dengan pemanfaatan plastik sebagai bahan baku pembangunan jalan.

"Sekitar 80% sampah plastik di laut datangnya dari darat," kata Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Pandjaitan, kepada DW beberapa waktu silam. "Sebabnya kita harus menjamin daratan agar bersih."

Keberadaan sampah plastik di samudera terutama mengancam terumbu karang yang bisa berimbas pada populasi satwa laut. Menurut Pusat Penelitian Terumbu Karang Australia (ARC), terumbu yang terpapar limbah plastik berpotensi 89% terkena penyakit, dibandingkan 4% yang tidak terkena dampak limbah.

Teori tersebut dibuktikan sekelompok peneliti asal Indonesia, Amerika Serikat, Australia dan Kanada yang mengamati kondisi 159 terumbu karang antara 2011-2014. Hasilnya paparan limbah plastik pada terumbu karang paling banyak muncul di Indonesia, yakni 26 bagian per 100 meter persegi.

rzn/yf (kompas, mongabay, dpa, tirto, detik)