Berbelanja dalam jumlah besar karena panik hanya satu contoh sikap egois yang muncul akibat adanya wabah. Tapi solidaritas, kesediaan menolong dan empati adalah efek krisis ini juga. Banyak alasan untuk melakukannya.
Iklan
Karena panik, banyak orang yang membeli bahan pangan kalengan dalam jumlah besar. Menghadapi banyaknya orang berebut belanjaan, warga lansia hampir tidak punya kesempatan. Apalagi warga lansia lebih sering diserukan untuk tinggal di rumah karena jika terinfeksi virus corona, risikonya sangat besar bisa berakhir fatal.
Untungnya situasi menyedihkan seperti ini juga menyulut perasaan manusiawi untuk menjulurkan tangan dan membantu mereka yang membutuhkan. Grup Facebook bernama Corona Hilfe Bonn misalnya, terbentuk dari orang-orang yang saling menolong dan bersukarela membantu orang yang perlu bantuan.
Jadi apakah krisis ini membedakan dua kelompok dalam masyarakat, antara egois dan altruis? Anne Böckler-Raettig yang meneliti sikap prososial di Universtias Würzbug mengungkap, sikap prososial punya banyak wajah, dan tiap orang punya cakupannya sendiri. Kita semua kadang sangat egois. Dan kadang, kita sangat adil, sangat kooperatif dan prososial.“
Kesediaan untuk membantu
Dalam grup seperti Corona Hilfe Bonn juga bisa dilihat,tiap anggota berkontribusi dengan cara berbeda. Motivasi di balik kesediaan membantu berbeda-beda. Alasan mengapa orang meluangan waktu, energi, informasi atau uang bagi orang lain bisa sangat beragam.
“Empati dan rasa kasihan adalah motivasi penting bagi sikap prososial,“ kata Charlotte Grosse Wiesmann, ahli syaraf dan psikologi perkembangan, pada Max Planck Institut untuk Kognitif Manusia dan Ilmu Otak di Leipzig. “Sikap membantu adalah sikap fundamental,“ katanya. Anak kecil yang baru berusia satu tahun juga sudah menunjukkan kesediaan membantu yang spontan.
Terlahir untuk membantu
Tapi sikap ini tidak berasal dari altruisme. Anak kecil dengan cepat bisa membaca tujuan seseorang melakukan sesuatu. Karena anak itu memberikan bantuan, tujuan bisa tercapai, dan hubungan sosial terbentuk. Grosse Wiesmann menambahkan, di usia dua tahun, anak kecil mulai memiliki kesediaan untuk menolong. “Mereka mulai mengenali emosi orang lain dan memberikan reaksi. Misalnya dengan berusaha menghibur orang lain yang sedang sedih,“ kata Grosse Wiesmann. Tapi itu juga tidak berkaitan dengan altruisme.
Sebaliknya, harapan akan mendapat bantuan jika membutuhkannya, menjadi motivasi penting. Mereka yang memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan kemungkinan juga akan mendapat bantuan, jika membutuhkannya. Dengan demikian, sikap saling membantu menyulut efek domino, sehingga semakin banyak orang saling membantu.
Apakah kesediaan saling membantu akan lenyap jika wabah corona berhasil dikendalikan nanti? Tidak ada yang tahu. Tapi peneliti Anne Böckler Raettig optimis. “Semakin sering kita menunjukkan sikap prososial, dan merasa senang karenanya - baik dalam masyarakat maupun dalam lingkup teman, atau lingkup pribadi – semakin sering juga kita akan mengulang sikap ini.” (ml/yp)
Solidaritas dan Humor Warga Dunia Menghadapi Krisis Virus Corona
Masyarakat dunia berikan dorongan semangat untuk hadapi krisis virus corona global. Humanitas terbukti bisa bersatu saat wabah. Solidaritas ditunjukkan mulai dari menyerukan #stayathome sampai memburu boneka beruang.
Foto: picture-alliance/abaca/IPA/P. Tenagli
Memburu boneka beruang
Karena sekolah dan taman kanak-kanak ditutup selama berminggu-minggu, anak-anak mulai bosan. Untuk tetap menghibur mereka, ribuan orang Belgia dan Belanda menaruh boneka beruang yang imut di depan jendela - ini saatnya untuk melihat beruang! Banyak beruang terdaftar di peta interaktif sehingga orang tua dapat merencanakan acara keluarga di sepanjang rute yang memiliki boneka beruang paling banyak.
Orang lanjut usia menjadi kelompok risiko tinggi terinfeksi COVID-19 dibanding orang yang lebih muda. Untuk melindungi mereka, supermarket di banyak negara menawarkan waktu khusus bagi warga lanjut usia, yang memungkinkan mereka berbelanja dengan relatif aman.
Foto: picture-alliance/ZUMA Wire/P. Dambarage
Mencerahkan kehidupan sehari-hari
Turki mengambil cara yang berbeda, karantina diberlakukan untuk manula di atas 65 tahun atau yang punya riwayat sakit kronis - demi melindungi mereka. Zulkif Cengiz (25 tahun) memainkan beberapa lagu untuk menghibur para manula yang tinggal di rumah di kota Merzin. Di negara lain, orang bernyanyi di depan panti jompo karena penghuninya tidak dapat menerima pengunjung demi hindari penularan virus.
Foto: picture-alliance/AA/M. U. Uysal
Pendekatan positif
Setelah lockdown, orang Italia diwajibkan untuk tinggal di apartemen mereka selama berminggu-minggu. Langkah-langkah darurat tetap diberlakukan sampai setidaknya pertengahan April. Tapi mereka belum putus asa. Poster dengan motif pelangi berwarna-warni dan slogan: "Andra tutto bene" ("Semuanya akan baik-baik saja") bergantungan di jendela dan dari balkon di seluruh negara.
Foto: picture-alliance/abaca/IPA/P. Tenagli
'Italia, kami bersama kamu'
Solidaritas di Beslan, barat daya Rusia. Oang menyalakan lilin untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan Italia, salah satu negara yang paling terpukul oleh pandemi. Di Paraguay, Polandia, dan Bosnia-Herzegovina, bangunan diterangi dengan warna bendera Italia, hijau, putih, dan merah. Di Cina, bus triwarna dioperasikan yang pegangan dan sandaran kursinya bertuliskan, "Bergembiralah, Italia."
Foto: picture-alliance/TASS/O. Smolskaya
Harapan di cakrawala
Swiss juga mengirimkan pesan solidaritas. Sesuai dengan moto "cahaya adalah harapan," pesan-pesan berwarna cerah dipancarkan dari Matterhorn, gunung Swiss yang sangat simbolis. Tapi "#hope" berganti dengan "#stayathome" - Seruan untuk menyikapii pandemi secara serius dan tidak keluar rumah.
Foto: picture-alliance/Keystone/V. Flauraud
Mari kita berpura-pura kita sedang liburan
Pandemi itu membuat Adas Vasiliauskas kehilangan pekerjaan rutinnya. Jangan putus asa, pikir fotografer Lithuania itu. Sebagai gantinya, ia menggunakan pesawat tanpa awak untuk mengambil foto bagaimana orang Lithuania menghabiskan waktu di rumah selama karantina. Sepertinya menyenangkan: berjemur di atap, berolahraga di balkon, berdandan atau memimpikan liburan berikutnya.
Kehidupan publik juga berhenti di Bangladesh. Ketika orang tidak lagi keluar untuk makan itu menjadi sebuah masalah bagi hewan yang mencari makan di tempat sampah dan makanan sisa. Relawan di ibu kota, Dhaka, memberi makan anjing-anjing liar. Di Jerman, Asosiasi Kesejahteraan Hewan telah memperingatkan bahwa merpati di kota-kota juga menghadapi kelaparan.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/S. M. Rahman
Tunjukkan penghargaan
Staf medis di banyak negara telah bekerja keras tanpa jeda selama berminggu-minggu. Di Eropa, orang berdiri di jendela terbuka dan balkon pada malam hari untuk bertepuk tangan kepada dokter dan perawat. Warga Pakistan mengibarkan bendera putih sebagai tanda terima kasih kepada staf medis. Tetapi ada tanda penghargaan yang lebih efektif yaitu dengan tinggal di rumah demi perlambat penyebaran virus.
Foto: picture-alliance/Zuma/PPI
Masker buatan sendiri
Di seluruh dunia, relawan menjahit masker sederhana. Maskernya mungkin tidak selalu melindungi pemakainya dari infeksi, tetapi jika diikat dengan benar di mulut dan hidung, masker dapat membantu mencegah penyebaran virus. Masker yang dibuat oleh para wanita Armenia-Suriah ini akan didistribusikan di kalangan menengah ke bawah di Aleppo.
Foto: Getty Images/AFP
Memerangi infeksi melalui seni
Membantu dengan melakukan hal yang kita mahir, diterapkan kolektif seniman grafiti Kru RBS di Senegal. Dengan karya seni mereka di dinding di Dakar, mereka menunjukkan kepada masyarakat bagaimana mereka dapat membendung penyebaran virus corona. Bersin di bagian dalam lengan Anda adalah salah satu aturan penting untuk melindungi orang lain.
Foto: Getty Images/AFP/Seyllou
Selera humor
Reuben Ward berjalan di sekitar ibukota Amerika Serikat, Washington D.C., berpakaian seperti Tyrannosaurus Rex yang menakutkan dan besar. "Itu adalah cara menghibur untuk mengalihkan perhatian mereka sejenak dari virus corona dan menghibur mereka," kata pria 29 tahun itu. Pesannya: Sekalipun situasinya serius, Anda juga perlu menjaga selera humor.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Martin
Gangguan manis
Di Jerman, humor terkait virus corona cenderung dikaitkan dengan makanan. Misalnya cokelat berbentuk antibodi virus corona, kue yang berbentuk seperti gulungan kertas toilet dan kelinci cokelat Paskah lengkap dengan masker wajah. Tapi bukan Jerman jika tidak ada sesuatu untuk dikeluhkan: Para kritikus menilai barang dagangan itu mencerminkan selera buruk.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Meyer
Bonus kertas toilet
Kertas toilet laku keras di banyak negara. Sebuah restoran di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, memberi bonus satu gulung kertas toilet untuk setiap pesanan yang dibawa pulang seharga lebih dari $ 25 (Rp 416.000). "Ketika pelanggan mengambil pesanan mereka, Anda mendengar tawa tulus dan itu yang terbaik saat ini," kata pemiliknya kepada FOX 9. Ini juga jadi strategi pemasaran yang cerdas.
Foto: picture-alliance/CBG/Cover Images
Badut atau presiden?
Reaksi masyarakat terhadap krisis juga ada yang berupa sindiran. Aira Ocrespo bukan satu-satunya yang mengkritik Presiden Brasil, Jair Bolsonaro karena pendekatannya yang lemah terhadap pandemi COVID-19. Senimaan ini menyindir, hidung badut merah adalah satu-satunya perlindungan wajah yang dikenakan presiden untuk melawan virus corona. (Ed:fs/as)