Sigmar Gabriel & David Miliband (rzn/as)5 Oktober 2015
Wakil Kanselir Jerman, Sigmar Gabriel dan bekas Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband, mendikte apa yang harus dilakukan Eropa buat mengatasi krisis pengungsi. Keduanya menulis dalam kolom editorial Deutsche Welle.
Iklan
Kita membutuhkan sumbangan bersama oleh Eropa, Amerika dan negara-negara Arab buat membiayai institusi yang menyalurkan bantuan di lapangan. Selain itu konfrensi negara-negara donor harus membuat loncatan ke depan, agar bisa membantu rencana pembangunan kembali dan investasi di wilayah konflik.
Melengkapi rencana tersebut, Eropa, Amerika Serikat atau Kanada harus turut membuka jalur yang aman dan legal buat pengungsi. Program migrasi, penetapan jumlah kontingen, penyatuan keluarga dan cara-cara lain harus dibuat agar mereka yang terusir tidak jatuh ke tangan penyelundup, dimanfaatkan, diperas, disiksa atau bahkan dilecehkan secara seksual.
Beberapa negara sejauh ini telah membuktikan diri memiliki rasa kemanusiaan dengan menampung sejumlah besar pengungsi. Dalam satu pekan di bulan September, Jerman menerima lebih banyak pengungsi ketimbang kuota yang ditetapkan Inggris untuk waktu lima tahun.
Kita membutuhkan pendekatan yang adil dan terkordinasi dari kepala negara dan pemerintahan Eropa.
Untuk mengatasi krisis pengungsi kita harus melihat nasib mereka yang berhasil tiba di Eropa. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus dilakukan negara-negara Uni Eropa.
Yang pertama adalah menerima pengungsi di Eropa dengan kemanusiaan dan cara yang bermartabat. Uni Eropa harus menyediakan bantuan keuangan dan teknis buat menjalankan operasi kemanusiaan yang terkoordinir baik di kawasan selatan.
Artinya, pendatang yang traumatis itu harus mendapat makanan, air dan bantuan medis. Bahwa mereka mendapat penginapan yang layak dan aman, serta memiliki akses sanitasi yang baik.
Yang kedua Uni Eropa harus berhenti berpikir seakan-akan krisis pengungsi di Laut Tengah adalah urusan negara-negara di pesisir selatan. Hampir 245.000 pengungsi tiba di Yunani tahun ini dan 200.000 lainnya akan tiba sebelum Natal.
Tapi sejauh ini negara-negara Uni Eropa cuma mampu menyepakati pembagian 120.000 pengungsi yang saat ini mendekam di Italia dan Yunani. Hal itu pun harus berubah. Rencana Juncker (Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa) adalah langkah pertama menuju kuota pengungsi buat setiap negara. Rencanya itu patut mendapat dukungan.
Langkah ketiga adalah merumuskan kebijakan pengungsi yang lebih adil dan menyeluruh. Ia harus memastikan, bahwa setiap permohonan suaka diproses dengan standar internasional dan tanggungjawab menampung pengungsi dibagi ke setiap negara Uni Eropa. Rencana Juncker menegaskan, bahwa mereka yang tidak memiliki peluang mendapat suaka, harus segera dipulangkan ke negara asalnya.
Tidak satupun negara bisa mengatasi krisis sebesar ini seorang diri. Bahkan Eropa pun tidak mampu. Krisis global membutuhkan solusi global. Tapi Eropa harus bisa meyakinkan Amerika Serikat, negara-negara teluk dan pemerintahan lain yang selama ini urung membantu, agar mereka mau turun tangan sesuai kemampuannya masing-masing.
Sigmar Gabriel adalah Wakil Kanselir Jerman, Menteri Ekonomi dan Ketua Umum Partai Sosial Demokrat (SPD).
David Miliband adalah bekas Menteri Luar Negeri Inggris antara 2007 dan 2010. Ia kini memimpin organisasi bantuan, International Rescue Commitee di New York.
Drama Serbuan Pengungsi ke Pulau Wisata Yunani
Gelombang pengungsi picu eskalasi diantara ribuan pengungsi dan aparat keamanan yang kewalahan di pulau wisata Kos Yunani. Agar situasi tidak makin buruk, Yunani siapkan sebuah kapal sebagai kamp penampungan darurat.
Foto: Getty Images/AFP/L. Gouliamaki
Penampungan Darurat
Kapal laut super besar "Eleftherios Venizelos" disiapkan jadi penampungan darurat. Kapal yang dicarter pemerintah di Athena itu bisa menampung hingga 2.500 pengungsi. Juga di atas kapal akan dilakukan registrasi yang diperlukan pengungsi untuk mendapat izin melanjutkan perjalanan ke daratan Yunani.
Foto: picture-alliance/dpa/Odysseus
Pengungsi Perdana
Pengungsi pertama naik kapal Minggu (16/8) dan akan tinggal beberapa hari di atas kapal untuk mengurus dokumen yang diperlukan. Setelah melakukan registrasi dan mendapat surat-surat yang diperlukan, mereka akan dibawa kapal lebih kecil ke daratan Yunani.
Foto: Reuters/A. Konstantinidis
Hanya Untuk Pengungsi Suriah
Para pengungsi sudah menunggu semalaman untuk diizinkan naik kapal. Pejabat Yunani memutuskan, hanya pengungsi asal Suriah yang diizinkan naik ke penampungan darurat itu. Tujuannya untuk mencegah pertikaian antar pengungsi yang berasal dari berbagai negara. Di hari-hari belakangan terjadi bentrokan kekerasan antar pengungsi dan dengan aparat keamanan di pulau Kos.
Foto: Reuters/A. Konstantinidis
Pengungsi dari Kawasan Konflik
Pengungsi datang dari berbagai penjuru dunia, menyerbu pulau Kos untuk bisa masuk ke Eropa. Separuhnya berasal dari Suriah dan dari kawasan krisis lainnya seperti Afghanistan, Irak, Pakistan, Iran, Mali dan Eritrea. Bahkan ada yang berasal dari Amerika Selatan: mereka masuk lewat Turki karena mudah memperoleh visa ke Turki dan dari sana berusaha masuk ke pulau di Yunani dan ke Eropa daratan.
Foto: picture-alliance/dpa/Odysseus
Eropa Tinggal Selemparan Batu
Dari pesisir Turki ke pulau Kos di Yunani (di latar belakang) hanya terpisah selat selebar 4 km. Karena itu banyak pengungsi dari Suriah atau negara lain, mula-mula masuk ke Turki dan dari pesisir ini kebanyakan naik perahu karet untuk masuk ke daratan Eropa lewat pulau Kos.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Mendarat di Eropa
Sekeluarga dari Iran bersama anak balita ini akhirnya bisa mendarat di pulau Kos. Sang ayah menangis bahagia. Tapi ia tidak tahu, petualangannya untuk masuk daratan Eropa belum selesai di sini. Ia juga tidak tahu, drama apa yang akan menghadang di depannya, atau bahkan tragedi dipulangkan kembali ke negara asalnya.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Jadi Tuna Wisma
Setiap harinya menurut catatan petugas penjaga pantai mendarat 600 hingga 800 pengungsi di pulau Kos. Pekan silam saja pulau berpenduduk 30.000 jiwa ini harus menampung kedatangan 7000 pengungsi. Di pulau ini tidak ada kamp penampungan pengungsi. Mereka harus mencari sendiri tempat penampungan. Banyak yang memasang tenda di bawah naungan pohon palem, atau tidur di udara terbuka.
Foto: picture-alliance/dpa/Odysseus
Makin Banyak Pengungsi Sekeluarga
Terutama pengungsi dari Suriah, kini datang bersama keluarga. Anak-anak dan ibu hamil menjadi masalah kemanusiaan yang amat pelik. Mereka perlu privasi dan tempat yang lebih memenuhi syarat untuk bisa beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang yang menyengsarakan dari negara asal.
Foto: Getty Images/AFP/L. Gouliamaki
Semua Perlu Stempel
Semua pengungsi di pulau Kos harus melakukan registrasi. Hanya pengungsi yang mendapat dokumen resmi yang diizinkan melanjutkan perjalanan ke daratan Eropa. Tapi petugas di pulau Kos kewalahan dan kekurangan sarana untuk itu. Registrasi berjalan lambat, dan seorang pengungsi perlu menunggu hingga beberapa minggu untuk bisa memperoleh stempel di dokumennya.
Foto: picture-alliance/AA/E. Atalay
Serbuan Tak Berhenti
Gelombang pengungsi ke pulau Kos juga makin gencar. Banyak yang datang menumpang perahu karet yang tak laik laut, kelebihan penumpang dan banyak yang celaka mati karam. Tapi para pengungsi pantang mundur dan tak takut mati. Pasalnya mereka tidak punya apa-apa lagi yang perlu dicemaskan dan tekanan konflik hanya menyisakan dua pilihan: mati konyol atau hidup lebih bermartabat.