Serangan pembunuhan di sinagog Yerusalem menandai eskalasi baru dalam konflik Israel-Palestina. PBB mengecam serangan itu tapi tidak menyodorkan kemungkinan pemecahan. Solusi damai dua negara makin sulit diwujudkan.
Iklan
Spiral aksi kekerasan kembali berputar kencang di Timur Tengah. Dampaknya perdamaian akan makin sulit tercapai dan solusi dua negara juga makin jauh dari realita.
Serangan pembunuhan terhadap empat orang Rabi Yahudi dan seorang polisi yang dilancarkan dua warga Palestina Selasa (18/11) menggunakan kampak pemotong daging, pisau dan pistol adalah pemicu eskalasi terbaru. Kedua penyerang juga tewas ditembak aparat keamanan.
Hamas bereaksi menyambut aksi pembunuhan itu, dan menyebut aksinya sebagai tindakan heroik. Para pemuda di Jalur Gaza turun ke jalanan dan mengacungkan kampak, sebagai simbol dari senjata yang digunakan para pelaku.
PM Israel, Benjamin Netanyahu menanggapi serangan warga Palestina itu dengan aksi balasan yang sudah bisa diduga semua orang. Perintahnya: hancurkan rumah keluarga penyerang, razia ketat terhadap warga Palestina dan aksi kekerasan balasan yang dipastikan akan menewaskan lagi sejumlah warga Palestina.
Padahal militer Israel sudah memperingatkan, pembongkaran rumah keluarga pelaku serangan tidak terbukti memiliki efek yang signifikan. Malahan aksi penghukuman kolektif semacam itu, dikhawatirkan justru akan memicu aksi kekerasan balasan.
Dewan Keamanan PBB dalam pernyataan yang disepakati secara bulat oleh 15 anggota, mengecam aksi serangan terhadap sinagog di Yerusalem itu sebagai serangan teror yang menjijikan. Dalam waktu bersamaan, PBB juga menyerukan kepada Israel dan Palestina untuk memulihkan ketertiban.
Intifada: Dari Pembangkangan Sipil Hingga Roket Qassam
Serangan brutal di sebuah Sinagoga di Yerusalem yang menewaskan beberapa warga sipil Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru. Berikut sejarah perlawanan warga Palestina
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Mohammed
Hilangnya Kesucian
Selasa, 18 Novermber 2014, dua pemuda Palestina menyerang Sinagoga Kehillat Bnei Torah di Yerusalem dan membunuh empat warga sipil. Serangan ini adalah serangan yang pertama terhadap rumah ibadah kaum Yahudi itu sejak dimulainya konflik Timur Tengah. Berbeda dengan tempat lain, Sinagoga di Israel adalah satu-satunya gedung publik yang bebas dari kawalan aparat keamanan.
Foto: Reuters/A. Awad
Dendam Menuai Kebencian
Pemerintah Israel mulai merobohkan rumah milik pengemudi mobil yang secara sengaja menabrak warga sipil Israel di Yerusalem, Oktober silam. Perdana Menteri Netanyahu juga memastikan, pihaknya akan melakukan hal serupa terhadap kediaman pelaku serangan Sinagoga di Yerusalem, 18 Novermber. Reaksi Israel ini dikhawatirkan akan mewariskan kebencian kepada generasi mendatang Palestina.
Foto: Reuters/A. Awad
Intifada Perorangan?
Serangkaian serangan warga sipil Palestina terhadap Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru di Timur Tengah. Namun berbeda dengan gerakan sebelumnya yang terkoordinir, kali ini gelombang serangan terhadap warga sipil Israel dilakukan oleh individu yang tidak berafiliasi dengan organisasi teror di Palestina.
Foto: picture-alliance / dpa
Perang Batu
Sejarah Intifada bermula dari pembangkangan sipil hingga penggunaan tindak kekerasan sejak 1987. Pemberontakan awalnya bermula di kantung-kantung pengungsi dan menyebar ke perkotaan. Syeikh Ahmad Yassin dan Yassir Arafat adalah dua tokoh Palestina yang memayungi gerakan tersebut.
Foto: Reuters
Kunjungan Singkat Berbuntut Panjang
Adalah kedatangan Ariel Sharon ke tempat suci kaum Muslim, Al-Haram asy-Syarif, pada September 2000 yang kemudian memicu gerakan Intifada kedua atau yang lebih dikenal dengan Intifada al-Aqsa.
Foto: AP
Pembangkangan Sipil Berganti Peluru
Tampak seorang ibu Palestina menghujat serdadu Israel di Jenin, Tepi Barat Yordan. Pembangkangan sipil yang menjadi wajah intifada damai kini berganti menjadi tindak kekerasan. 2002 silam Palestina menuding Israel melakukan pembantaian di kamp pengungsi Jenin. Israel menepis tudingan tersebut. Sebanyak 500 warga Palestina tewas dalam operasi perisai pertahanan Israel di Jenin.
Foto: APImages
Ketegangan Tak Berujung
Pelaku serangan Sinagoga dikabarkan berasal dari Yerusalem Timur. Sepotong wilyah Palestina yang diduduki Israel ini berulangkali menjadi lokasi pecahnya tindak kekerasan. Secara resmi Israel menduduki Yerusalem Timur, namun secara sistematis menganaktirikan wilayah yang didiami warga Arab tersebut. Akibatnya sebagian besar warga Yerusalem Timur tidak memiliki kewarganegaraan.
Foto: Coex/AFP/Getty Images
Batu dan Bedil
Batu dan ketapel menjadi simbol perjuangan warga Palestina setelah dua gelombang Intifada menghantam Israel. Namun kenyataan berbicara lain. Israel mengklaim selama 1558 hari gelombang kedua Intifada terjadi sebanyak 138 bom bunuh diri, 13.730 serangan bersenjata dan 460 serangan roket Qassam.
Foto: Reuters/M. Torokman
Kebencian yang Diwariskan
Anak-anak yang sering menjadi saksi sekaligus korban tindak kekerasan dan pembalasan dendam Israel adalah pihak yang paling ditelantarkan dalam konflik di Timur Tengah. Merekalah yang kemudian mewariskan dendam generasi sebelumnya dan memperpanjang konflik yang tak berujung itu.
Foto: Hazem Bader/AFP/GettyImages
Tembok Derita
Tembok sepanjang 759 Kilometer yang memisahkan Israel dari Tepi Barat Yordan ini dibangun sesaat setelah berakhirnya gelombang Intifada kedua, 2002 silam. Tembok ini dinyatakan melanggar hukum internasional oleh Pengadilan HAM di Den Haag.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Paus Fransiskus yang mencemaskan pecahnya eskalasi kekerasan baru di Timur Tengah, juga telah mengimbau kedua pihak yang bertikai untuk mengambil langkah tegas yang diperlukan untuk mencapai perdamaian. Juga sekjen PBB Ban Ki Moon sudah melontarkan imbauan senada.
Solusi damai makin sulit
Aksi kekerasan terbaru dan reaksi dengan kekerasan lainnya, ditambah terus dilanjutkannya pembangunan pemukiman Yahudi, menurut para pakar keamanan, membuat peluang solusi damai dua negara secara fisik mustahil terwujud. Politik yang dijalankan Israel saat ini, diduga justru akan memicu lebih banyak aksi kekerasan dari warga Palestina.
Dalam pernyataan Dewan Keamanan PBB yang diputuskan Rabu (19/11) juga ditegaskan peringatan kepada Israel, sebagai sebuah negara harus bisa menjamin aksi memerangi terorisme, dengan mematuji seluruh kewajiban sesuai hukum internasional. Dengan itu, juga hendak ditegaskan kewajiban Israel yang berstatus sebagai negara yang menduduki kawasan Palestina.
Seruan PBB kepada kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan, menghindari aksi kekerasan serta tidak melakukan provokasi, ditanggapi oleh banyak pihak sebagai imbauan bijak yang amat sulit diwujudkan. Sejumlah media bahkan menulis, aksi kekerasan terbaru itu, sebagai manifestasi keputusasaan dan rasa frustrasi warga Palestina, menyikapi situasi yang ada.
Pemicu kondisi tersebut cukup banyak, mulai dari perundingan perdamaian yang gagal, dilanjutkan serangan dan blokade Jalur Gaza, ditambah lagi dengan dilanjutkannya pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan yang diduduki di tepi barat dan Yerusalem timur serta kesenjangan sosial dimana warga Palestina dianggap warga negara kelas dua hingga perang memperebutkan bukit suci.