Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa mengatakan daftar nama akan dirahasiakan dan sepenuhnya mematuhi hukum yang berlaku. Tetapi pemerintah di Madrid mengatakan dapat berbagi daftar dengan negara Uni Eropa lainnya.
Salah satu warga Spanyol pertama yang menerima vaksin coronaFoto: Alvaro Calvo/Getty Images
Iklan
Spanyol akan menghimpun data identitas warga menolakdivaksinasi dan membagi informasinya dengan anggota Uni Eropa lainnya, ujar menteri kesehatan Salvador Illa.
Illa mengatakan kepada televisi La Sexta pada hari Senin bahwa daftar tersebut bersifat pribadi dan akan dipatuhi sejalan dengan hukum.
"Ini bukan dokumen yang akan dipublikasikan dan akan dilakukan dengan sangat menghormati perlindungan data," jelasnya.
Illa menambahkan bahwa cara untuk mengalahkan virus tersebutadalah "dengan memvaksinasi kita semua - lebih banyak lebih baik".
"Apa yang akan dilakukan adalah membagi data nama dari warga yang telah ditawarkan untuk vaksin dan menolaknya kepada mitra Eropa kami."
Data visualisasi kasus baru global COVID-19 pekan ke-52
Seberapa terbuka warga Spanyol terhadap vaksin?
Proporsi warga Spanyol yang tidak mau menerima vaksin COVID-19 dikabarkan turun menjadi 28% pada Desember dari 47% bulan lalu, menurut jajak pendapat terakhir.
Survei lembaga penelitian CIS yang didanai negara menemukan 40,5% responden bersedia divaksin sementara 16,2% akan melakukannya jika vaksin terbukti "dapat diandalkan".
Otoritas regional akan menghubungi warga ketika giliran mereka tiba untuk divaksin, kata pemerintah pada hari Senin (28/12).
Pemerintah mengharapkan antara 15 juta dan 20 juta orang dari 47 juta penduduknya divaksinasi untuk melawan virus hingga bulan Juni.
Cegah Kelelahan Mental Akibat Terus Bekerja dari Rumah Selama Pandemi Corona
Bekerja dari rumah dalam jangka waktu lama mengaburkan batas kehidupan profesional dan pribadi, serta berpotensi melelahkan mental. Berikut cara yang dapat dilakukan pekerja dan perusahaan dalam menjaga semangat.
Foto: picture-alliance/Newscom
Perlu dukungan organisasi pemberi kerja
Psikolog sosial dan ketua riset PP Himpunan Psikologi Indonesia, Juneman Abraham, mengatakan batas kehidupan di kantor dan rumah kian kabur. “Ini adalah kenyataan yang perlu dikelola organisasi. Karena itu, organisasi (kantor, tempat kerja) perlu menggeser pandangannya. Organisasi tidak dapat menganggap bahwa semua jam work from home merupakan “hak kantor”," ujar Juneman kepada DW Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Wüstenhagen
Biarkan karyawan menghibur diri pada jam kerja
Organisasi tempat kerja dapat memberikan alokasi waktu khusus agar karyawan bisa menghibur diri pada jam bekerja dari rumah, misalnya membiarkan karyawan mengikuti webminar yang berkaitan dengan hobi seperti menyanyi, berolahraga, atau bermain. “Karyawan menjadi tidak mudah bosan, kelelahan, dan menjadi lebih produktif,” ujar Juneman. Ini akan memberikan efek positif bagi semua pihak.
Foto: picture-alliance/dpa themendienst/C. Klose
Pentingnya dukungan keluarga
Keluarga berperan besar sebagai sistem pendukung sosial bagi para karyawan yang harus bekerja dari rumah, misalnya dengan menampakkan sikap optimisme, harapan, doa, serta rasa syukur. Perlu ada pemaafan sewajarnya bila harus bekerja pada akhir pekan. Sebagai gantinya, pekerja dan keluarganya dapat berunding untuk mencapai kesepakatan yang bisa diterima oleh semua.
Foto: Imago/U. Grabowsky
Atur pemakaian sumber daya
Juneman juga mengingatkan agar "bermain cantik" supaya tenaga dan semangat para pekerja tidak cepat terbakar habis, atau bahkan stres, saat bekerja dari rumah dalam waktu lama. Perlu ada fleksibilitas cara berpikir bahwa aturan dan kebiasaan lama dari organisasi kantor masih bisa dinegosiasikan, asal dikomunikasikan dengan baik ke pimpinan.
“Sebenarnya yang perlu dikembangkan dalam diri individu pekerja work from home adalah perasaan bahwa pekerjaannya adalah panggilan hidup (calling)-nya,” ungkap Juneman. Calling terbukti efektif mengurangi perasaan terbebani tuntutan kerja. Organisasi juga bisa membantu dengan program pengembangan karyawan, seperti konseling daring, dan program bantuan untuk karyawan. (ae/vlz)
Foto: picture-alliance/dpa/T. Hase
5 foto1 | 5
Bagaimana situasi saat ini di Spanyol?
Seperti di negara Uni Eropa lainnya, Spanyol meluncurkan program vaksinasi pada hari Minggu (27/12). Araceli Hidalgo, wanita 96 tahun dari Guadalajara, adalah orang pertama di negara itu yang mendapatkan suntikan vaksin.
Spanyol adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak di Eropa. Pemerintah telah membeli dosis vaksin BioNTech-Pfizer yang dikembangkan Jerman.
Lebih dari 50.000 orang tercatat meninggal dunia karena COVID-19 di Spanyol, angka resmi menunjukkan, lebih dari 1,8 juta warga terkena corona.
Jam malam nasional diberlakukan di daratan Spanyol antara pukul 11 malam. dan 6 pagi yang akan berakhir di bulan Mei. Bisnis yang tidak penting, seperti restoran dan bar, telah ditutup, dan penerbangan masuk dari Inggris telah sangat dibatasi karena kekhawatiran seputar varian baru virus. Hanya warga negara Spanyol atau penduduk resmi yang dapat memasuki negara itu melalui udara dari Inggris .