Sri Lanka Akan Pilih Presiden Baru
15 Juli 2022Setelah Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, mengundurkan diri. Kini, Parlemen negara itu akan bersidang untuk memilih pemimpin baru setelah protes besar-besaran mengambil alih gedung-gedung pemerintah.
Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardana, mengatakan Jumat (15/07) bahwa Parlemen akan bersidang hari Sabtu untuk memulai proses pemilihan presiden baru. Dia memprediksi proses pemilihan akan berlangsung dalam waktu tujuh hari.
Nantinya presiden terpilih akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa, yang berakhir pada 2024. Sosok itu berpotensi menunjuk perdana menteri baru, yang kemudian harus disetujui oleh Parlemen.
Rajapaksa melarikan diri dari negara itu Rabu di tengah meningkatnya protes agar dia mengundurkan diri. Dia tiba di Singapura pada Kamis dan juru bicaranya menyebut pengunduran diri Rajapaksa efektif pada tanggal tersebut.
Kemenangan pengunjuk rasa
Para pengunjuk rasa yang telah menduduki gedung-gedung pemerintah mulai mundur pada Kamis, memulihkan ketenangan yang renggang di ibu kota, Kolombo.
"Ini sangat besar,” kata Viraga Perera, seorang insinyur yang telah memprotes sejak April dan memperkirakan bahwa dia telah menghabiskan 60 atau 70 malam di sana secara keseluruhan. "Dalam skala global, kami telah memimpin gerakan yang menggulingkan seorang presiden dengan kekuatan besar dan kekerasan minimal. Ini adalah perpaduan antara kemenangan dan kelegaan.”
Abeywardana mengatakan dia akan memastikan proses pemilihan presiden baru berlangsung cepat dan transparan. "Saya meminta warga negara yang terhormat dan penuh kasih untuk menciptakan suasana damai guna melaksanakan proses demokrasi Parlemen yang tepat dan memungkinkan semua anggota Parlemen untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan berfungsi secara bebas dan hati-hati,” ungkapnya.
Para pengunjuk rasa menuduh Rajapaksa dan keluarga politiknya yang kuat menyedot uang dari kas pemerintah selama bertahun-tahun, dan pemerintahannya mempercepat keruntuhan negara dengan salah mengelola ekonomi. Keluarga Rajapaksa telah membantah tuduhan korupsi, tetapi Rajapaksa mengakui bahwa beberapa kebijakannya berkontribusi pada kehancuran tersebut.
Protes berbulan-bulan mencapai puncak hiruk pikuk selama akhir pekan ketika para demonstran menyerbu rumah dan kantor presiden dan kediaman resmi Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe. Pada hari Rabu, para pengunjuk rasa menduduki kantor Perdana Menteri.
Pengunjuk rasa mulai menarik diri
Para demonstran awalnya bersumpah untuk menahan tempat-tempat itu sampai pemerintahan baru terbentuk, tetapi gerakan mengubah taktiknya pada hari Kamis, tampaknya khawatir bahwa setiap eskalasi kekerasan dapat merusak pesan mereka menyusul bentrokan malam sebelumnya di luar Parlemen yang menyebabkan puluhan orang terluka.
"Kekhawatirannya adalah bahwa mungkin ada celah dalam kepercayaan yang mereka pegang untuk perjuangan,” kata Nuzly, seorang pemimpin protes. "Kami telah menunjukkan apa yang dapat dilakukan dengan kekuatan rakyat, tetapi itu tidak berarti kami harus menduduki tempat-tempat ini.”
Visaka Jayaweer, seorang seniman pertunjukan, menggambarkan momen pahit penutupan gerbang ke istana presiden setelah kerumunan orang bubar.
"Mengambil alih kediamannya adalah momen yang luar biasa. Itu menunjukkan betapa kami ingin dia mundur. Tapi itu juga sangat melegakan” untuk pergi, ungkap Jayaweer. "Kami khawatir jika orang akan bertindak, banyak yang marah melihat kemewahan yang dia tinggali ketika mereka berada di luar, berjuang untuk membeli susu untuk anak-anak mereka.”
Pasukan berseragam hijau dan rompi kamuflase tiba dengan kendaraan lapis baja untuk memperkuat barikade di sekitar Parlemen, sementara pengunjuk rasa bersumpah untuk terus mengadakan aksi unjuk rasa di luar kantor presiden sampai pemerintahan baru terbentuk.
rs/hp(AP)