Sri Lanka Nyatakan Kemenangan atas Pemberontak
17 Mei 2009Presiden Sri Lanka, Mahinda Rajapakse tampak sangat puas ketika tampil di depan wartawan saat lawatannya di Yordania. Ia mengatakan, banyak orang yakin, bahwa Gerakan Macan Tamil Eelam-LTTE secara militer tidak dapat dikalahkan. Namun ia juga menambahkan dengan bangga, "Pemerintah di bawah pimpinan saya berhasil mengalahkan LTTE secara militer dalam operasi kemanusiaan yang belum pernah ada sebelumnya.“
Operasi Kemanusiaan?
Presiden Rajapakse sama sekali tidak menyebut-nyebut perang. Ia tidak menyinggung adanya korban jiwa dan luka-luka, juga tidak tentang warga sipil yang terjebak dalam tembak-menembak. Ia menyebutnya langkah pembebasan dan kemanusiaan.
Rajapakse mengatakan juga, "Saya akan kembali ke negara yang dibebaskan sepenuhnya dari tindakan-tindakan barbar LTTE. Kebebasan ini akhirnya datang setelah tiga dasawarsa. Pemerintah saya dan operasi-operasi kemanusiaan yang diorganisir dengan baik sudah berhasil menyelamatkan hampir semua warga sipil." Itu dikatakannya ketika masih berada di Yordania.
Bukan Berakhirnya Perang
Saat ini Mahinda Rajapakse telah kembali berada di ibukota Sri Lanka, Colombo. Kantor kepresidenan menekankan bahwa Rajapakse menyatakan kemenangan secara militer, dan bukan berakhirnya perang. Minggu pagi (16/05) pasukan Sri Lanka berhasil mengambil alih kekuasaan di daerah terakhir yang dikuasai LTTE di pantai timur laut negara itu.
Menurut keterangan militer, pejuang Tamil berhasil dikepung di daerah yang luasnya kurang dari satu kilometer persegi. Dinas rahasia melaporkan, pemimpin LTTE, Vellupillai Prabakharan juga berada di daerah tersebut. Dikabarkan, pemberontak berusaha menjebol kepungan. Dalam aksi itu tentara pemerintah menewaskan 70 pemberontak. Tetapi laporan itu tidak dikonfirmasikan, karena wartawan dilarang memasuki daerah pertempuran di Sri Lanka timur laut.
Nasib Warga Sipil
Kini militer menyatakan, semua warga sipil telah dibebaskan dari daerah pertempuran. Tetapi ini juga tidak bisa dibenarkan, karena organisasi bantuan internasional tidak bisa memasuki daerah di utara kota Mullataivu. Menurut keterangan PBB, pemberontak Tamil tetap menahan sekitar 50.000 warga sipil dalam beberapa pekan terakhir. Tujuannya mereka akan digunakan sebagai perisai. Sementara menurut pemerintah Sri Lanka, jumlah warga sipil di kawasan itu maksimal hanya 20.000 orang.
Dalam pertempuran besar beberapa bulan terakhir ini, yang terjadi di daerah kekuasaan pemberontak yang kian mengecil, warga sipil kerap terjebak dalam tembak-menembak. Organisasi kemanusiaan menuduh baik pemerintah maupun pemberontak melakukan kejahatan perang.
Di luar daerah pertempuran kini hidup sekitar 200.000 pengungsi Tamil di kamp-kamp pengungsi yang dikontrol pemerintah. Sebagian dari mereka harus melalui interogasi panjang dan tidak boleh bergerak dengan bebas. Palang Merah Internasional menyebut situasi di Sri Lanka sebagai bencana kemanusiaan yang tidak dapat dibayangkan.
Pemberontak Letakkan Senjata
Tidak jelas, apakah perang saudara sudah berakhir dengan kalahnya LTTE. Menurut laporan terakhir, pemberontak kini telah meletakkan senjata. Macan Tamil kini berharap pasukan pemerintah juga akan menghentikan serangan. Demikian laporan kantor berita AP dari ibukota Colombo.
Sejak 1983 pemberontak Tamil Eelam ingin mendirikan negara sendiri di Sri Lanka timur laut bagi warga minoritas Tamil yang didiskriminasi. Dengan serangan bunuh dirinya mereka kerap menunjukkan bahwa mereka bersedia melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Situs internet TamilNet yang berhubungan erat dengan LTTE melaporkan masih berlangsungnya pertempuran di timur laut. Perang di negara pulau di selatan India itu telah menyebabkan sedikitnya 70.000 orang tewas dalam 26 tahun terakhir. Beberapa sumber bahkan menyatakan yang tewas sampai 100.000 orang.
Sandra Petersmann / Marjory Linardy
Editor: Edith Koesoemawiria