Sri Lanka Terus Gempur Macan Tamil
21 Februari 2008Sebuah laporan yang baru saja diterbitkan lembaga pencegahan konflik, International Crisis Group (ICG) mencemaskan, pendekatan militer tersebut bisa memperkuat kaum ekstremis di kedua belah pihak dan seterusnya makin menyulut lingkaran kekerasan tak berkesudahan. Namun pemerintah Sri Lanka menepis. Dalam wawancara khusus dengan radio DW, juru bicara militer Brigadir Jenderal Udaya Nanayakkara mengatakan:
"Tidak ada itu peningkatan lingkaran kekerasan. Karena rakyat sipil tidak terlibat dalam operasi-operasi militer. Serangan-serangan yang kami lancarkan benar-benar hanya terarah pada Macan Tamil. Kami hanya menggempur mereka di garis depan untuk menghancurkan kubu-kubu pertahanan mereka."
Pemberontakan Macan Tamil yang didirikan tahun 1976, sempat mereda lewat kesepakatan gencatan senjata tahun 2002. Namun sejak Januari lalu, pemerintah menarik diri. Alasannya, selama masa gencatan senjata yang ditengahi Norwegia itu, Macan Tamil justru memperkuat persenjataan dan melakukan sejumlah serangan sporadis, termasuk serangan dengan pesawat terbang.
Dalam laporannya ICG juga menyebut sejak bubarnya gencatan senjata, kekerasan makin meningkat dan keadaan makin buruk. Juru bicara militer Brigadir Jenderal Udaya Nanayakkara membantah:
"Tidak bisa dibilang lebih buruk. Dibandingkan dengan negara-negara lain, banyak sekali warga sipil yang tak ada sangkut pautnya ikut terbunuh. Sedangkan dalam pertempuran-pertempuran kami, yang jadi korban hanyalah tentara dan kelompok Macan Tamil."
Sebaliknya Macan Tamil menyatakan, sebagian besar korban tewas justru adalah warga sipil. Masalahnya, tidak ada lembaga independen yang bisa jadi rujukan keadaan sebenarnya. Seruan dari komunitas internasional, agar pemerintah Sri Lanka menahan diri dan terlibat lagi dalam proses perdamaian ditanggapi dingin. Kembali Jenderal Udaya Nanayakkara:
"Tentu ada peluang bagi proses perdamaian baru. Namun kami harus melemahkan kekuatan mereka terlebih dahulu. Jika tidak, mereka akan menjalankan taktik yang sama seperti dulu."
Sementara itu di Jenewa, lembaga-lembaga pengamat hak asasi manusia mengadukan penggunaan serdadu bocah di Sri Lanka. Disebutkan, Macan Tamil memang yang paling bertanggung jawab memaksa para bocah untuk angkat senjata. Namun pemerintah Srilanka dipandang tidak berbuat banyak mencegah perekrutan tentara anak-anak di wilayah yang dikuasai pemerintah. Bahkan disebutkan, milisi Tamil yang kini memihak pemerintah, yakni milisi Karuna, juga merekrut tentara dari anak-anak di bawah umur.