1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

100 Hari di Vatikan

Christoph Starck21 Juni 2013

100 hari di pucuk Vatikan, gaya hidup Paus Fransiskus menimbulkan banyak kejutan.

Foto: Reuters

Andaikata tiga bulan lalu ada yang mengatakan bahwa Sri Paus terbaru akan mendobrak tradisi Vatikan, pasti ia akan dicemo'oh atau bahkan dianggap militan anti gereja Katolik.  

Kenyataannya kini, Paus Fransiskus tetap menolak tinggal di istana Apostolik Vatikan, juga setelah 100 hari di pucuk pimpinan Vatikan. Ia ingin menetap di wisma Santa Martha. Urusannya bukan sekedar pilihan tempat tinggal, melainkan  keyakinan kuat dibaliknya. Fransiskus berpanut pada Isa al Masih, yang bagai guru miskin hidup di antara rakyat jelata. Bagi Paus Fransiskus, istana Vatikan terkungkung dan jauh dari keseharian khalayak ramai.

Foto: picture-alliance/dpa

Berdengung pula gosip tentang ucapannya setelah baru terpilih. Sri Paus dikabarkan mengatakan, „ karnaval telah usai“.

Pernyataan itu bukan hanya tertuju pada kemewahan pakaian dan sepatunya, tapi menggambarkan keseriusan baru. Pun ucapannya seratus hari silam, ketika dipilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, mendapat sorotan. Ketika itu, ia mengingatkan akan asalnya dari tempat yang jauh diujung dunia.

Paus Fransiskus mengambil jarak terhadap tradisi pemerintahan Vatikan, ia melihat dirinya lebih sebagai Uskup kota Roma yang dekat dengan sesama. Pun pilihan namanya, yang merujuk pada Santo Fransiskus dari Assisi, amat menarik perhatian. Selain kesederhanaan penampilan dan keberpihakan pada kaum miskin, Santo Fransiskus di abad ke-13 juga dikenal revolusioner.

Pandangan Tajam dan Reformasi

Paus Fransiskus kini mengingatkan perlunya reformasi sistem ekonomi global dan mengeritik pasar keuangan. Ia mengecam standar hidup konsumtif dan budaya pemborosan.

Ia mengajak umat untuk kembali ke pokok pesan-pesan Kristiani. Pandangan Jesuit yang mewarnai khotbahnya, yang kadang hidup penuh anekdot.

Foto: REUTERS

Setelah 100 hari berlalu, terlihat  terjadi perubahan. Namun arah perubahan itu, belum diketahui.

Seperti dulu, tinggi harapan bahwa akan bergulir reformasi yang struktural. Saat ini setiap bidang bekerja sendiri-sendiri atau kadang saling menjegal dalam perebutan kekuasaan. Bocoran-bocoran Vatileaks dan skandal Vatikanbank memberi gambaran tentang sistem tersebut.

Paus Fransiskus telah membahas masalah ini dan sejumlah hal lain dengan para petinggi gereja Amerika Latin. Ia mengecam korupsi dan menguatirkan lobi kaum gay di gereja. Ia mengingatkan, hampir seluruh kardinal dalam konklaf mendesak agar digelar reformasi.

Namun apakah ia cukup kuat untuk mendorong jalannya semua reformasi itu? Nyatanya Sri Paus asal Argentina ini berusia 76 tahun, dan masa kepausan Fransiskus terbatas.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait