1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikQatar

Standar Ganda FIFA di Lapangan Bola Piala Dunia Qatar

10 Desember 2022

Emblem "Bebaskan Palestina" dan bendera Palestina bertebaran di Qatar. Tapi FIFA tidak melakukan apa-apa meski melarang ban kapten One Love dengan alasan tidak ada politik di lapangan. Opini editor DW Mark Meadows.

Timnas Maroko merayakan kemenangan dengan bendera Palestina
Timnas Maroko merayakan kemenangan atas Spanyol dengan bendera PalestinaFoto: Martin Meissner/AP/picture alliance

Aturan hanya masuk akal jika diterapkan secara konsisten. Apa pun pandangan orang tentang Timur Tengah dan masa depan Wilayah Palestina, membawa bendera mereka ke lapangan sepak bola di Piala Dunia tentu saja bisa dianggap sebagai pernyataan politik.

Para pemain Maroko mengibarkan bendera Palestina di lapangan setelah kemenangan di babak perdelapan final atas Spanyol, juga dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya. Piala Dunia yang pertama di kawasan Arab menampilkan banyak pesan "Bebaskan Palestina" dari para fans, di dalam dan di luar stadion.

Jelas sulit bagi FIFA untuk menghentikan ini. Karena ada sentimen yang sangat besar seputar topik ini di dunia Arab, dan pembatasan hampir pasti akan menimbulkan kontroversi besar. Tapi FIFA sebelumnya telah menegaskan, bahwa di turnamen ini pernyataan politik tidak diperbolehkan dalam pertandingan sepak bola.

Kehebohan ban lengan OneLove menjadi tema besar di Piala Dunia ini. Tujuh kapten tim nasional Eropa ingin memakainya untuk mendukung keberagaman. Warna pelangi dikaitkan dengan komunitas LGBT+, tetapi hubungan sesama jenis dilarang di Qatar, sehingga FIFA mengambil keputusan kontroversial dan mengancam para pemain akan menerima tindakan disipliner yang tidak ditentukan, dan tim-tim itu akhirnya menyerah.

Mantra FIFA "tidak ada politik" adalah sebuah bukti bahwa (Presiden FIFA) Gianni Infantino bersedia bersitegang dengan federasi sepakbola paling terkenal seperti Jerman dan Inggris, terutama karena dia tidak ingin mengecewakan tuan rumah Qatar.

Sedangkan soal bendera Palestina, FIFA tidak mengatakan apa-apa. FIFA masih menemukan waktu untuk merilis rilis video tentang Infantino yang mengatakan, babak penyisihan grup kali ini adalah yang terbaik yang pernah ada.

Ban kapten OneLove yang dilarang oleh FIFA dengan ancaman sanksi disipliner bagi pemain yang mengenakannya di lapanganFoto: Erik Pasman/PRO SHOTS/picture alliance

Jalan keluar FIFA

FIFA dan Qatar tidak menanggapi masalah Palestina, karena mereka tahu mereka akan kesulitan sendiri. Jika ban lengan OneLove dinilai sebagai pernyataan politik, maka begitu juga seharusnya dengan poster-poster "bebaskan Palestina". Tapi mereka tidak mau menindak ini karena akan menimbulkan kegaduhan di kalangan orang Arab.

Cara selamat FIFA adalah mengakui "Palestina" dengan benderanya masuk ke dalam organisasi sebagai anggota pada tahun 1998. Palestina ikut memainkan kualifikasi Piala Dunia di Konfederasi Sepak Bola Asia. Sementara Israel, bermain untuk kawasan Eropa (UEFA) agar terpisah dari negara-negara Arab.

FIFA mungkin akan mengatakan, bendera dan simbol Palestina tidak bersifat politis, karena Palestina adalah anggota FIFA. Badan regulator FIFA juga akan bersembunyi di balik argumen bahwa komite disiplinernya independen – namun dalam soal ban kapten OneLove, pimpinan FIFA justru menekan badan regulator.

Jika FIFA bersikeras bahwa pesan politik dalam sepak bola tidak diperbolehkan, maka itu tidak masalah, jika diterapkan untuk semua. Jadi tidak bisa menerapkan satu aturan untuk beberapa tim, dan aturan lain untuk tim lain.

Atau lebih baik lagi, hapus saja peraturan itu, jika tidak dapat menegakkannya secara adil dan merata.

(hp/vlz)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait