Yahya Cholil Staquf dihujani kecaman ketika menawarkan dialog dengan Israel. Kepada DW, Katib Aam PBNU itu menjelaskan kenapa pendekatan yang selama ini digunakan dalam isu Palestina hanya akan menghasilkan kehancuran
Foto: picture-alliance/AP Photo/C. Creighton
Iklan
Gelombang kecaman mengiringi perjalanan Yahya Cholil Staquf ke Israel. Terlebih pertemuan dadakan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu turut menuai kritik dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Namun menurut sosok yang akrab dipanggil Gus Yahya itu, ia pun turut memanfaatkan pertemuan tersebut untuk menyampaikan pesan perdamaian.
Kepada Deutsche Welle, Gus Yahya mengatakan dirinya ingin membumikan gagasan Alm. Abdurrahman Wahid tentang moralitas agama sebagai elemen penting dalam proses perdamaian. Ikuti percakapan selangkapnya berikut ini:
DW: Bagaimana Anda bisa bertemu Benjamin Netanyahu?
Yahya Cholil Staquf: Sesudah saya di sana dan mengikuti majelis itu, saya bertemu sejumlah jurnalis, lalu saya mendapat pesan bahwa perdana menteri meminta bertemu. Begitu saja.
Apa kesan Anda terhadap beliau?
Waktu itu beliau berbicara tentang keinginan untuk menormalisasi hubungan dengan Indonesia. Tapi saya mengatakan bahwa menurut pandangan saya, walaupun saya tidak berbicara atas nama pemerintah Indonesia, terutama melihat keadaan sekarang, hubungan Indonesia dan Israel tidak bisa dipisahkan dari masalah Palestina. Sehingga sulit diharapkan adanya normalisasi selama masalah Palestina tidak ada jalan keluar.
Apakah anda merasa dimanfaatkan oleh Netanyahu mengingat pertemuan yang serba dadakan itu?
Siapa Sekutu Rahasia Israel dari Dunia Muslim?
Usai menemui Yahya Cholil Staquf, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu merayakan kedekatan negara-negara Arab dan Muslim dengan Israel. Klaimnya itu bukan pepesan kosong. Inilah negara muslim yang bekerjasama dengan Israel
Foto: Getty Images/AFP/D. Furst
Turki
Hubungan kedua negara banyak memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak pembantaian demonstran Palestina di Jalur Gaza baru-baru ini. Namun begitu hubungan Turki dan Israel tidak akan terputus, klaim Kementerian Pariwisata dan Perdagangan di Ankara dan Tel Aviv. Belum lama ini PM Netanyahu juga memblokir pembahasan genosida Armenia di parlemen untuk menenangkan Turki.
Foto: picture-alliance/AA/M. Kula
Yordania
Sejak menyepakati damai 1995 silam, Yordania dan Israel memperdalam hubungan kedua negara, terutama di bidang keamanan dan ekonomi. Yordania misalnya sering mengirimkan tenaga kerja untuk sektor pariwisata di Israel, sebaliknya Israel menjual gas ke Yordania. Raja Abdullah bahkan menyebut Israel sebagai sekutu utama di Timur Tengah.
Foto: Reuters/Y. Allan
Mesir
Ketika Presiden Abdel Fattah al-Sisi bertemu dengan PM Netanyahu September 2017 silam, keduanya mengklaim hubungan antara Israel dan Mesir sedang mengalami masa keemasan. Tel Aviv bahkan mengizinkan militer Mesir memasuki wilayah jangkar keamanan di Semenanjung Sinai untuk menghalau ancaman ISIS. Selain itu kedua negara juga memiliki musuh yang sama, yakni Hamas di Jalur Gaza.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
Palestina - Fatah
Musuh bukan tidak bisa berteman. Meski kerap bertempur dengan Hamas di Jalur Gaza, Israel membina hubungan dekat dengan Fatah di Tepi Barat Yordan. Fatah tidak hanya mengakui kedaulatan Israel, tapi juga banyak bergantung dari negeri Yahudi itu untuk stabilitas keamanan. Pada 2014 silam dinas rahasia Israel misalnya menggagalkan upaya pembunuhan oleh Hamas terhadap Presiden Mahmoud Abbas.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Reed
Arab Saudi
Dipersatukan oleh musuh bersama, yakni Iran, Arab Saudi dan Israel banyak mendekat dalam beberapa tahun terakhir, meski masih bersifat rahasia. Pada 2010 silam Direktur Dinas Rahasia Mossad, Meir Dagan, dikabarkan melawat ke Riyadh untuk membahas program nuklir Iran. Saat ini Israel banyak mengekspor teknologi pertahanan, keamanan siber dan pertanian buat negara-negara Teluk.
Foto: Reuters/A. Levy & A. Cohen
Uni Emirat Arab
Belum lama ini mingguan AS New Yorker mengungkap bagaimana Uni Emirat Arab dan Israel telah menegosiasikan normalisasi hubungan diplomatik sejak awal dekade 1990an. Sejak 2015 negeri Yahudi itu memiliki perwakilan tetap di Dubai. Serupa dengan Arab Saudi, kerjasama rahasia antara Israel dan Uni Emirat Arab lebih dititikberatkan untuk melawan Iran.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Widak
Azerbaidjan
Israel termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Azerbaidjan dari Uni Sovyet. Sebab itu pula kedua negara membina hubungan dekat sejak 1991. Saat ini Azerbaidjan merupakan sumber energi terbesar buat Israel, terutama sejak jalur pipa minyak antara Baku-Tbilisi-Ceyhan diresmikan 2006 silam. Sebaliknya pemerintahan Ilham Aliyev banyak bergantung pada Israel dalam teknologi pertahanan.
Ya memanfaatkan itu wajar kan. Tapi kan saya juga bisa memanfaatkan. Seperti misalnya bahwa saya bisa punya leverage (dorongan) dari pertemuan itu untuk memperkuat pesan-pesan yang ingin saya sampaikan. Nah sekarang kalau dia mau memanfaatkan kehadiran saya, sebesar apa sebenarnya manfaat yang bisa diperoleh? Saya sudah tegaskan berkali-kali bahwa saya bukan utusan pemerintah dan bukan utusan NU. Sehingga dia tidak usah mengklaim punya dukungan Indonesia, tidak pula bisa mengklaim dukungan NU. Dan kalaupun ada dukungan NU, apa manfaatnya? Tidak ada manfaat diplomatiknya. Kalau pemerintah tetap tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel, ya mau apa? Kalau dia mau memanfaatkan saya itu tidak banyak manfaat yang dia dapat, terutama kalau untuk pencitraan.
Sebenarnya misi apa yang membawa Anda ke Israel?
Jadi saya mendapat undangan dari American Jewish Commitee (AJC) untuk memberikan presentasi di forum mereka dan ini merupakan kelanjutan dari lawatan Gus Dur (Abdurrahman Wahid). Gus Dur pernah berpidato di forum yang sama 16 tahun lalu. Jadi dalam forum AJC itu saya dihadirkan dalam bingkai dialog seperti yang pernah dilakukan Gus Dur selama ini. Tapi di luar forum AJC, saya bersama teman-teman berusaha merancang sendiri berbagai kegiatan. Terutama saya melakukan pendekatan dengan LSM-LSM lokal, antara lain Truman Institute. Mereka memberikan platform untuk berdiskusi dengan dosen-dosen dan mahasiswa Filsafat di Hebrew University, terkait topik perdamaian, juga dengan Israel Council on Foreign Relations dan Mothers for Peace (gerakan perdamaian gabungan antara kaum ibu Yahudi dan Palestina). Lalu kami juga bertemu dengan perwakilan media massa.
Apa pesan yang ingin anda sampaikan di sana?
Saya punya dua pesan dan satu agenda. Yang pertama saya meminta kepada para agamawan di semua agama untuk memikirkan apa yang bisa ditawarkan oleh agama sebagai solusi dari berbagai macam konflik yang melanda dunia sekarang ini. Karena justru agama sering dijadikan alasan pembenaran, justifikasi dan bahkan senjata untuk berkonflik. Apakah agama memang hanya untuk itu ataukah punya sesuatu untuk solusi. Yang kedua ajakan untuk memilih Rahmah sebagai titik tolak dan jalur menuju perdamaian. Nah agenda saya di sana adalah melakukan pendekatan dengan gerakan-gerakan perdamaian di dalam masyarakat Israel sendiri. Dengan harapan, aspirasi perdamaian di dalam masyarakat Israel akan menguat. Karena sebetulnya selama ini mereka menginginkan untuk membangun jejaring yang lebih kokoh dengan gerakan perdamaian di belahan dunia yang lain, termasuk di Indonesia, supaya tercipta konsensus yang kuat di level masyarakat. Sehingga pada akhirnya diharapkan akan bisa ikut mempengaruhi perilaku pemerintah.
Berdirinya Negara Israel
Inilah kilas balik pendirian negara warga Yahudi yang penuh pertikaian dan gejolak politik.
Foto: Imago/W. Rothermel
Deklarasi yang ditunggu-tunggu warga Yahudi
Tanggal 14 Mei 1948, tokoh Israel David Ben-Gurion mendeklarasikan pembentukan Negara Israel yang independen. Dia menggarisbawahi latar belakang sejarah keagamaan Yahudi. "Orang-orang tetap percaya dan tidak pernah berhenti berdoa dan berharap mereka kembali ke sana," katanya menegaskan kelahiran negara bagi warga Yahudi tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sejarah hitam
Peristiwa pembantaian warga Yahudi oleh rezim NAZI Jerman, yang dinamakan Holocaust adalah latar belakang kuat yang mendasari kepentingan pendirian Negara Israel. Foto di atas menunjukkan orang-orang yang selamat dari kamp Auschwitz setelah pembebasan.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
"Bencana" bagi warga Palestina
"Nakba", artinya "bencana", Itulah kata yang digunakan warga Palestina pada hari yang sama. Sekitar 700.000 warga Arab yang tinggal di Palestina saat itu harus melarikan diri dengan tibanya gelombang pendatang Yahudi yang ingin menetap di negara barunya. Pendirian Israel menjadi awal konflik Israel-Palestina dan dunia Arab, yang tidak terselesaikan sampai sekarang, 70 tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Darurat perang
Ketegangan dengan negara-negara Arab di wilayah itu pecah saat 'Perang Enam Hari' terjadi pada Juni 1967. Militer Israel berhasil memukul mundur pasukan Mesir, Yordania dan Suriah, lalu menduduki kawasan Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan. Namun kemenangan itu tidak membawa ketenangan, melainkan ketegangan dan konflik berkepanjangan hingga kini.
Foto: Keystone/ZUMA/IMAGO
Politik pemukiman di wilayah pendudukan
Pembangunan permukiman Yahudi di kawasan yang diduduki memperburuk konflik dengan Palestina, yang sebenarnya dijanjikan untuk mendirikan negara. Otoritas Palestina menuduh Israel menjalankan politik yang berupaya menihilkan harapan pendirian Negara Palestina Merdeka. Israel tidak mengindahkan protes internasional yang menentang pembangunan permukiman Yahudi.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Kemarahan dan kebencian: Intifada pertama
Akhir 1987, warga Palestina melakukan mobilisasi untuk menentang pendudukan Israel. Kerusuhan menyebar di wilayah permukiman Palestina dari Gaza sampai Yerusalem Timur. Kerusuhan itu menggagalkan Kesepakatan Oslo dari tahun 1993 — kesepakatan pertama yang dicapai dalam perundingan langsung antara perwakilan pemerintah Israel dan pihak Palestina, yang diwakili oleh PLO.
Foto: picture-alliance/AFP/E. Baitel
Upaya perdamaian
Presiden AS Bill Clinton (tengah) menengahi konsultasi perdamaian antara PM Israel Yitzhak Rabin (kiri) dan pimpinan PLO Yasser Arafat (kanan). Perundingan itu menghasilkan Kesepakatan Oslo I, yang memuat pengakuan kedua pihak atas eksistensi pihak lain. Namun harapan perdamaian pupus ketika Rabin dibunuh oleh seorang warga Yahudi radikal dua tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Kursi yang kosong
Rabin ditembak pengikut radikal kanan pada 4 November 1995 ketika akan meninggalkan acara demonstrasi damai di Tel Aviv. Foto di atas menunjukkan Shimon Peres yang kemudian menggantikan Yitzhak Rabin sebagai Perdana Menteri. Kursi kosong di sebelahnya adalah tempat duduk Rabin.
Foto: Getty Images/AFP/J. Delay
Tembok pemisah
Tahun 2002, setelah rangkaian aksi kekerasan dan teror selama Intifada II, Israel mulai membangun tembok pemisah sepanjang 107 kilometer atas alasan keamanan. Tembok ini memisahkan wilayah Israel dan Palestina di wilayah Tepi Barat. Proyek tembok pemisah sekarang masih dilanjutkan dan menurut rencana panjangnya akan mencapai 700 kilometer. (Teks: Kersten Knipp/hp/ts)
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/S. Nackstrand
9 foto1 | 9
Bagaimana agama yang sering dijadikan pembenaran moral atas eskalasi konflik antara Israel dan Palestina justru bisa mendamaikan kedua bangsa?
Ya sekarang kan banyak orang Islam misalnya memerangi Israel dengan alasan dan dalil-dalil keagamaan, bahwa Yahudi harus dilawan dan dihancurkan, dsb. Dan sebaliknya di ajaran Yahudi juga dihadirkan pembenaran-pembenaran keagamaan untuk menghancurkan siapa saja yang memerangi kepentingan Israel. Sehingga agama difungsikan untuk memicu dan mengerahkan konflik. Apakah tidak mungkin agama difungsikan sebagai inspirasi untuk menghadirkan solusi dari konflik itu sendiri.
Apakah Islam bisa menginspirasi perdamaian antara Israel dan Palestina?
Mungkin asalkan para pemikir Islam bersedia melakukan ijtihad baru dan rekontekstualisasi. Kenapa Islam difungsikan untuk justifikasi konflik dewasa ini? Itu adalah buah interpretasi Islam yang dikukuhkan pada abad pertengahan. Sehingga kalau Islam mau berfungsi lebih konstruktif pada masa kini, harus ada rekontekstualisasi atau penyesuaian konteks karena realitanya sudah berubah secara fundamental. Sehingga kalau pola pikirdari masa lalu dipaksakan, pasti akan menimbulkan masalah. Dan kaum Muslimin harus sadar bahwa konflik akan terus marak jika kita tidak bersedia mengubah pola pikir.
Benjamin Netanyahu baru-baru ini mengatakan umat Muslim harus berhenti berangan-angan bahwa Israel suatu saat akan menghilang dari peta Bumi. Apakah dia benar?
Itu ekspresi dia untuk mengatakan bahwa dia mau mempertaruhkan segalanya, kalau perlu mengajak semua orang hancur bersama-sama. Sehingga makna dari pernyataan itu ya Israel tidak akan menyerah dengan harga apapun. Sekarang berarti kita berhadapan dengan pilihan kita mau terus berkonflik sampai semua musnah atau kita berhenti dan berdamai.
Seberapa penting keyakinan bahwa Israel akan musnah buat kaum Muslim?
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
Lagi-lagi ini soal kebutuhan untuk rekontekstualisasi. Selama hampir 13 abad sejak Sayyidina Umar bin Khattab wilayah yang sekarang diduduki Israel berada di bawah kekuasaan penguasa Muslim. Sehingga kemudian ketika jatuh ke tangan penguasa Yahudi, pasti ada kekecewaan besar. Nah sekarang persoalannya adalah apakah ini benar-benar isu agama atau isu politik? Kalau ini dianggap isu agama, manusia tidak punya pilihan selain bertarung. Selama ini konflik Palestina kan dianggap isu agama. Nah ini menurut saya hanya akan memperkeras konflik dan kalau konflik ini diteruskan satu-satunya jalan keluar adalah kehancuran bersama.
Makanya keyakinan saya adalah agama menginginkan supaya manusia membangun perdamaian. Maka interpretasi yang mendorong kepada konflik harus diubah.
Apakah mungkin melakukan rekontekstualisasi tafsir Islam dalam kaitannya dengan konflik dengan Israel?
Sangat mungkin karena sebetulnya interpretasi keagamaan itu sangat beragam. Kalau kita lihat sejarah perkembangan pemikiran Islam misalnya, pada awal era pergesekan Islam dengan peradaban baru setelah merambah ke Persia, interpretasi Islam saat itu sudah sangat beragam, bahkan boleh dikatakan liar. Tapi sejalan dengan semakin mapannya sistem politik yang dibangun, akhirnya ada seleksi terhadap tafsir. Dan interpretasi yang dikukuhkan adalah yang melegitimasi sistem politik yang ada. Sebenarnya kalau kita merujuk pada tafsir yang dulu pernah ada, saya yakin pasti ada referensi yang bisa kita gunakan untuk memahami realitas masa kini dengan lebih konstruktif.
'Selamat Tinggal, Sayangku': Surat Terakhir Korban Holocaust
Di kamp konsentrasi atau ghetto, banyak warga Yahudi yang menulis surat kepada orang yang mereka cintai. Tak lama sebelum mereka dibunuh. Di Yad Vashem, kisah mereka kembali dikenang lewat pameran online.
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Bocah lelaki biasa
Lewat pantulan beberapa cermin, Salman Levinson seolah-olah menatap kita dari segala arah. Foto ini dipotret tahun 1937. Salman kecil, yang kerap dipanggil Sima, tumbuh layaknya bocah lelaki seumurannya. Bersama ibunya, Frieda dan ayahnya, Selig mereka tinggal di Riga. Tantenya pada tahun 1936 berimigrasi ke Eretz, Israel dan secara teratur menulis surat untuk Salman.
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Rumah dari Riga
Pada ulang tahun ke-9, Salman menulis surat tanda terima kasih pada tantenya, Agnes atas hadiah yang dikirim. Salman menyertakan gambar berjudul "Bait“, dalam bahasa Ibrani artinya “Rumah“. Tak lama berselang, serdadu Jerman menduduki Riga. Agnes tak lagi mendengar kabar dari keponakannya. Ketika perang berkecamuk, Agnes baru mengetahui: keluarga Salman dideportasi ke ghetto Riga, lalu dibunuh.
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Wajah para korban
Tempat peringatan holocaust di Israel, Yad Vashem menampilkan surat-surat terakhir milik korban Holokaust- kalimat terakhir para korban sebelum Nazi membunuh mereka. Selain lembaran kertas, ada juga foto para pemilik surat dan keluarga mereka. Foto di atas adalah gambar anak-anak keluarga Keller-Moses saat mereka tinggal di Aachen, Jerman.
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Huruf J untuk Yahudi
Paspor Sigfried Keller berstempel huruf "J“ untuk "Jude“, dalam bahasa Jerman artinya Yahudi. Tahun 1938, Nazi mengecap huruf 'J' untuk terpidana hukuman mati. Dari keluarganya, hanya Sigfired yang selamat. Tahun 1942 di Theresienstadt, Ibunya menulis: “Wahai anak-anakku terkasih, hiduplah dengan baik dan doakanlah kami, Allah Maha Pengasih dengan tanganNya akan melindungi kami dan juga kalian.“
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Sepuluh dari ribuan surat
Dari ribuan surat yang tersimpan di arsip, Yad Vashem memilih sepuluh surat untuk ditampilkan dalam pameran tersebut. Sebagian dari pemilik surat tidak mengetahui bahwa itu akan menjadi kalimat terakhir mereka sebelum maut menjemput. Seperti halnya, Sigfried Bodenheimer – pada foto berseragam tentara – yang ikut bertempur pada PD I. Tak mungkin ia bayangkan bahwa Nazi akan membunuh keluarganya.
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Surat terakhir sebelum ke pengasingan
Sebagian besar penulis surat mencoba menampilkan kesan berani dengan menyembunyikan kondisi mereka yang sebenarnya. Anne Meininger dalam sebuah surat kepada anak-anaknya menuliskan: “Kami berada di sebuah kamp sejak hari Rabu dan saya merasa sangat baik. Kalian tidak perlu khawatir. […] Ketika kita bisa terus saling mendengar kabar satu sama lain. […] Cium sayang dari Ibu kalian terkasih.“
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Dari “pembuangan“ ke Israel
Dari sebuah ghetto di Warsawa, Perla Tytelman menulis kepada suaminya, Josef dan putrinya, Rachel: “Saya mengerahkan segala daya upaya agar mampu bertahan hidup demi kalian. […] Rasa rindu di antara kita tidak mengenal batas.“ Perla tewas dibunuh. Rachel dan Josef dapat bertahan hidup dan akhirnya memilih meninggalkan "pembuangan" dan berimigrasi ke Eretz Israel tahun 1947.
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
Kereta ke Auschwitz
Lukisan "Transport No.2“ karya Paul Kor gambarkan kereta yang membawa ayah Paul ke Auschwitz, kamp kematian. Pameran bertajuk “‘Lebt Wohl, meine Lieben‘. Letzte Briefe aus dem Holocaust 1941-1942“ hadir untuk memperingati peristiwa holocaust. Dalam pameran online itu, kisah sebagian korban seakan memberi wajah yang wakili enam juta orang Yahudi yang dibunuh di seluruh Eropa. (SJ.Hofmann/ts/ap)
Foto: Courtesy of Yad Vashem Photo Archives
8 foto1 | 8
Bagaimana dialog bisa menjadi pilihan, terutama di tengah korban sipil yang sampai saat ini masih terus berjatuhan?
Pertama kita harus menginginkan perdamaian. Itu saja dulu. Mau terus perang sampai semua musnah atau perdamaian. Sekarang kalau pilih perdamaian, maka harus dialog. Tapi dialog saja tidak cukup. Dialog harus diiringi dengan gerakan sosial supaya aspirasi untuk perdamaian menjadi konsensus di tingkat masyarakat. Sehingga para pemimpin politik akan membangun kebijakan-kebijakan berdasarkan aspirasi perdamaian itu.
Kenapa pendekatan politik dan militer gagal mendamaikan Palestina dan Israel?
Karena kalau kita lihat konstelasi kekuatan yang ada, memang sulit satu pihak bisa mengungguli yang lain. Nyaris mustahil. Yang kedua karena pendekatan politik dan militer tidak memiliki komitmen terhadap moral kemanusiaan, maka setiap pihak tidak segan-segan mengingkari komitmen yang sudah dibuat dalam kesepakatan perdamaian. Karena masing-masing hanya mengejar keuntungan bagi pihaknya sendiri.
Kalau sebenarnya perdamaian itu memang menjadi komitmen semua pihak dan semua bersedia dialog, maka mungkin format-format di mana kedua pihak bisa bekerjasama akan bisa ditemukan. Negara kan hanya manifestasi dari kehendak politik masyarakat. Tapi yang paling mendasar sebetulnya adalah hak hidup milik semua orang. Bahwa orang Yahudi juga berhak hidup sebagaimana kaum Muslim. Jangan sampai salah satu pihak menganggap yang lain harus musnah.
Kenapa diskursus nasional di Indonesia terkait masalah Palestina belum mampu membuahkan konsensus perdamaian?
Tiga Skandal Mengancam Nasib Netanyahu
Tanpa oposisi kuat di dalam negeri, PM Israel Benyamin Netanyahu seharusnya bisa merasa jumawa. Namun karirnya kini berada di ujung tanduk menyusul skandal korupsi yang melibatkan orang-orang terdekatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Tiga Menohok Netanyahu
Sejumlah skandal pernah menerpa orang nomor satu di Israel ini. Tapi karir politik Benjamin Netanyahu tidak pernah menyurut. Terutama ketika kelompok oposisi melemah dan Donald Trump menduduki Gedung Putih, Sang Perdana Menteri sepantasnya merasa tak tersentuh. Namun tiga kasus dugaan korupsi kini mengancam menamatkan karirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lane
Perhiasan buat Sara
Skandal pertama yang membelit Netanyahu melibatkan hadiah bernilai tinggi yang ia dapat dari Arnon Milchan, taipan Yahudi yang memiliki bisnis hiburan di Amerika Serikat. Polisi meyakini Milchan memberikan beragam hadiah bernilai hingga 180.000 Dollar AS, termasuk di antaranya cerutu, champagne dan perhiasan buat sang Isteri, Sara.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Kepentingan Bisnis Konglomerat Hiburan
Dugaan korupsi dilayangkan karena Milchan pada saat itu memiliki stasiun televisi Israel Channel 10 yang membutuhkan bantuan dana dari pemerintah untuk bertahan hidup. Polisi sedang menyidik apakah kepentingan bisnis Milchan berkaitan dengan pemberian hadiah bernilai mahal tersebut.
Foto: Ben Horton/Getty Images for Magnolia Pictures
Bola Panas Mozes
Skandal kedua melibatkan konglomerat lain, Arnon Mozes, pemilik koran beroplah terbesar kedua di Israel, Yedioth Achronoth. Meski awalnya bermusuhan secara politis, Netanyahu kemudian bersedia membantu Mozes menggembosi oplah Israel Today yang merupakan pesaing terbesar Yedioth Achronoth. Sebagai imbalannya Mozes menjanjikan dukungan lewat harian miliknya tersebut.
Foto: Reuters/G. Tibbon
Pengkhianatan Teman Lama
Rekaman percakapan antara Mozes dan Netanyahu jatuh ke tangan kepolisian secara tidak sengaja, ketika penyidik sedang menginvestigasi kasus lain. Kebocoran itu menjadi petaka buat Netanyahu karena Sheldon Adelson, pemilik harian Israel Today, banyak membiayai kampanye Netanyahu sebelum menjadi perdana menteri. Sheldon lantas terang-terangan mengaku "kecewa" terhadap bekas anak didiknya itu.
Foto: Getty Images/W. McNamee
Kapal Selam Datangkan Petaka
Adapaun skandal terakhir yang menerpa Netanyahu dipicu oleh perjanjian pembelian kapal selam dari Jerman senilai dua miliar Dollar AS. Tersangka utama kasus korupsi dalam pembelian kapal selam itu adalah David Shimron, kuasa hukum dan keponakan Netanyahu. Ia ditangkap polisi bersama Mickey Ganor yang melobi pemerintah Israel untuk membeli produk ThyssenKrupp.
Foto: picture alliance/Photoshot/Pool/A. Cohen
Status Tersangka dari Kepolisian
Kasus terakhir tergolong pelik karena bekas kepala staf Netanyahu, Ari Harow, telah sepakat untuk menjadi saksi kunci dalam kasus tersebut. Bersamaan dengan itu polisi mengumumkan bahwa Netanyahu secara resmi menjadi tersangka dalam setidaknya dua kasus "penipuan dan korupsi."
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Tak Surutkan Dukungan Politik
Skandal seputar Netanyahu akhirnya membuat Partai Likud ketar ketir. Petinggi partai berulangkali terlibat adu mulut antara satu sama lain di depan publik mengenai masa depan sang Perdana Menteri. Namun hingga kini Likud belum mengubah sikap terkait Netanyahu. "Perdana menteri tidak perlu mengundurkan diri. Dia cuma harus membuktikan diri tak bersalah," kata Ketua Dewan Koalisi Likud, David Bitan.
Foto: DW/T. Kraemer
8 foto1 | 8
Di Indonesia ketika orang berbicara isu Palestina, maka ada dua kelompok di situ. Pertama kelompok yang betul-betul prihatin atas masalah Palestina. Yang kedua kelompok yang sekedar memanfaatkan isu Palestina untuk kepentingannya sendiri secara domestik. Sehingga yang dilakukan hanya agitasi tanpa strategi yang konstruktif untuk membantu Palestina. Nah maka kita perlu mengembangkan diskursus tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh rakyat Palestina. Bagaimana mereka bisa memperoleh kesempatan buat membangun masa depan mereka sendiri. Diskursus inilah yang harus dikembangkan di Indonesia. Bukan soal membela Palestina dan memusuhi Israel atau Amerika. Pemikiran ini tidak menawarkan solusi apapun selain kehancuran.
Sejak era Gus Dur tidak banyak tokoh Muslim yang cukup berani menjulurkan tangan kepada Israel, lantaran besarnya antipati kaum Muslim. Anda pun mendapat banyak serangan terkait lawatan ke Israel. Kenapa anda tetap bersikeras melakukannya?
Ya karena saya sendiri tidak punya terlalu banyak untuk dipertaruhkan. Kalau Gus Dur kan, saya tidak tahu apakah suatu saat akan muncul tokoh seperti beliau lagi, karena beliau mempertaruhkan banyak hal untuk memperjuangkan cita-cita perdamaian. Kalau saya sendiri tidak banyak yang dipertaruhkan. Saya tidak punya posisi yang terlalu menentukan dan memang saya melakukan ini sebagai upaya untuk mengangkat kembali gagasan Gus Dur. Saya kan tidak menawarkan sesuatu yang signifikan dari diri saya sendiri. Yang paling saya pikirkan adalah gagasan Gus Dur untuk menambahkan moralitas agama di dalam proses perdamaian. Jadi yang saya lakukan adalah bagaimana melakukan operasionalisasi dari gagasan itu.
Indonesia sedang menggiatkan upaya diplomatik demi mendamaikan Palestina dan Israel, antara lain lewat DK PBB. Anda sendiri merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Nasehat apa yang anda akan sampaikan kepada Presiden Joko Widodo terkait konflik Israel dan Palestina?
Saya kira tidak banyak kecuali upaya pemerintah harus dikonsentrasikan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Palestina. Tidak perlu Indonesia berpikir bisa memperoleh keuntungan dari upaya itu. Mau Indonesia untung atau tidak yang penting rakyat Palestina yang untung.
Wawancara oleh Rizki Nugraha
Sejarah Proses Perdamaian Israel-Palestina
Lima puluh tahun berlalu sejak Perang Enam Hari tahun 1967, namun sengketa antara Israel dan Palestina belum juga terpecahkan. Berikut sejarah singkat upaya menghadirkan damai di Timur Tengah.
Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, 1967
Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 tanggal 22 November 1967 menyerukan pertukaran tanah untuk perdamaian. Sejak itu, banyak upaya untuk membangun perdamaian di wilayah mengacu pada Resolusi 242. Resolusi itu ditulis sesuai dengan Bab VI Piagam PBB, di mana resolusi itu bersifat rekomendasi, bukan perintah.
Foto: Getty Images/Keystone
Perjanjian Perdamaian Camp David, 1978
26 Maret 1979, foto diambil setelah Presiden Mesir Anwar Sadat, presiden Amerika Serikat Jimmy Carter dan PM Israel Menachem Begin tandatangani perjanjian perdamaian di Washington, AS. Koalisi negara-negara Arab, yang dipimpin Mesir & Suriah berjuang dalam Yom Kippur (Perang Oktober 1973). Perang ini akhirnya mengarah pada pembicaraan damai yang berlangsung 12 hari & menghasilkan dua kesepakatan
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Konferensi Madrid, 1991
Amerika Serikat dan Uni Soviet bersama-sama menyelenggarakan sebuah konferensi di ibukota Spanyol, Madrid. Konferensi di Madrid melibatkan Israel, Yordania, Lebanon, Suriah, dan Palestina. Inilah untuk pertamakalinya mereka bertemu juru runding Israel. Di sini tak banyak pencapaian ke arah perdamaian. Namun pertemuan tersebut membuahkan kerangka dasar untuk negosiasi lanjutan.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Hollander
Perjanjian Oslo, 1993
Negosiasi di Norwegia berlangsung antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Inilah kesepakatan pertama antar kedua belah pihak yang disebut Perjanjian Oslo & ditandatangani di Amerika bulan September 1993. Isinya antara lain penarikan pasukan Israel dari Tepi Barat dan Gaza. Palestina mendapat kewenangan membangun sendiri otoritas pemerintahan selama masa transisi 5 tahun
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Perjanjian Camp David, 2000
Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengundang Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, dan Ketua PLO, Yasser Arafat, untuk membahas perbatasan, keamanan, pemukiman, pengungsi, dan Yerusalem. Meskipun lebih rinci daripada sebelumnya, dalam negosiasi ini tidak tercapai kesepakatan. Kegagalan untuk mencapai kesepakatan di Camp David tahun 2000 diikuti oleh pemberontakan Palestina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Inisiatif Perdamaian Arab, 2002
Negosiasi berikutnya di Washington, di Kairo dan Taba, Mesir. Namun, juga tanpa hasil. Kemudian, Inisiatif Perdamaian Arab diusulkan di Beirut pada Maret 2002. Inisiatif menyatakan jika Israel mencapai kesepakatan dengan Palestina tentang pembentukan negara Palestina berdasarkan garis batas 1967, maka semua negara Arab akan tandatangani perjanjian perdamaian dan hubungan diplomatik dengan Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta jalan damai, 2003
Dalam kerangka Kuartet Timur Tengah, AS, Uni Eropa, Rusia & PBB mengembangkan peta jalan damai. Pada bulan Juni 2003, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, menerima peta jalan damai itu, dengan persetujuan Dewan Keamanan PBB pada November. 2003. Jadwal kesepakatan akhir sejatinya bakal berlangsung tahun 2005. Sayangnya, hal itu tidak pernah terlaksana.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Annapolis, 2007
2007, Presiden AS, George W. Bush jadi tuan rumah konferensi di Annapolis, Maryland, yang bertujuan meluncurkan kembali proses perdamaian. PM Israel, Ehud Olmert & Pemimpin Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas ambil bagian dalam pembicaraan dengan pejabat puluhan negara-negara Arab. Disepakati, negosiasi lebih lanjut akan dilakukan dengan tujuan mencapai kesepakatan damai pada akhir tahun 2008.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Thew
Washington 2010
Tahun 2010, atas upaya utusan khusus AS George Mitchell, PM Israel Benjamin Netanyahu menyetujui dan menerapkan moratorium 10 bulan untuk permukiman di wilayah yang dipersengketakan. Kemudian, Netanyahu dan Abbas setuju untuk kembali meluncurkan negosiasi langsung guna menyelesaikan semua masalah. Negosiasi dimulai di Washington pada September 2010, namun dalam beberapa minggu terjadi kebuntuan
Foto: picture-alliance/dpa/M. Milner
Siklus eskalasi dan gencatan senjata
Babak baru kekerasan pecah di dan sekitar Gaza akhir tahun 2012. Gencatan senjata dicapai antara Israel dan mereka yang berkuasa di Jalur Gaza berakhir Juni 2014. Penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel pada Juni 2014 mengakibatkan kekerasan baru dan akhirnya menyebabkan peluncuran operasi militer Israel, yang berakhir dengan gencatan senjata pada tanggal 26 Agustus tahun 2014.
Foto: picture-alliance/dpa
KTT Paris, 2017
Utusan dari lebih dari 70 negara berkumpul di Paris, Perancis, membahas konflik Israel -Palestina. Netanyahu mengecam diskusi itu sebagai bentuk "kecurangan". Baik perwakilan Israel maupun Palestina menghadiri pertemuan puncak. "Sebuah solusi dua negara adalah satu-satunya kemungkinan," kata Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, dalam acara tersebut.
Penulis: Aasim Saleem (ap/as)