Start-up Jepang Rancang Turbin yang Manfaatkan Angin Topan
30 Oktober 2021
Bukan lagi dianggap sebagai bencana, sebuah perusahaan rintisan di Jepang mengembangkan turbin yang memanfaatkan sumber energi angin topan.
Iklan
Sebuah perusahaan rintisan bernama Challenergy di Jepang telah merancang turbin yang dapat bekerja saat badai siklon, kondisi yang biasanya mematikan sebagian besar instalasi angin, justru kini diubah menjadi sumber energi potensial.
Energi terbarukan secara umum adalah sumber pembangkit listrik yang tumbuh paling cepat secara global. Di Jepang, sebagian besar kapasitas energi terbarukan telah ditenagai oleh matahari. Baru dalam beberapa tahun terakhir pemerintah mulai mencoba memanfaatkan angin, terutama angin lepas pantai.
Kondisi Jepang yang rata-rata mengalami 26 kali topan dan badai tropis dalam setahun, ahli meteorologi mengatakan bahwa semakin sering dan lebih kuat perubahan iklim, jalan menuju pengembangan tenaga angin umumnya dipandang sulit.
"Salah satu tujuan kami adalah mengubah topan menjadi kekuatan," kata Atsushi Shimizu, yang mendirikan Challenergy tiga tahun setelah bencana nuklir Fukushima 2011.
"Jika kita dapat memanfaatkan sebagian energi yang dibawa oleh topan, kita dapat menganggap topan tidak hanya sebagai bencana, tetapi sebagai sumber energi," katanya kepada Reuters selama demonstrasi online turbin.
Energi Surya di Lokasi yang Tidak Biasa
Dari luar angkasa hingga ransel olahraga, modul sel surya dapat digunakan hampir di mana saja. Berikut adalah beberapa lokasi tidak lumrah yang ternyata dapat memproduksi listrik bersih dari energi matahari.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Katamaran surya dalam tur keliling dunia
"Catamaran Race for Water" adalah kapal pesiar dengan pembangkit tenaga surya terbesar di dunia dan beroperasi sepenuhnya tanpa bahan bakar fosil. Modul sel surya di dek kapal menyuplai energi ke motor listrik dan mengisi baterai untuk kebutuhan di malam hari. Tidak menggunakan tiang dan layar, kapal pesiar menggunakan layang-layang yang bisa dikendalikan.
Foto: Race for Water/Peter Charaf
Modul dalam perjalanan
Gembala di Turki ini mengisi daya ponselnya dengan modul sel surya portabel. Modul portabel seperti ini populer di kalangan penjelajah alam bebas. Panel sel surya juga tersedia untuk ransel atau tenda. Mereka yang melakukan perjalanan namun dari jaringan listrik, kini lebih siap untuk hadapi keadaan darurat.
Foto: Halil Fidan/AA/picture alliance
Terbang tanpa bahan bakar fosil
Pesawat "Solar Impulse" terbang keliling dunia dalam beberapa tahapan dan sama sekali tanpa menggunakan bahan bakar fosil. Sel surya di badan pesawat dan sayap memberi daya pada mesin dan mengisi baterai pesawat. Dengan penerbangan keliling dunia, pionir penerbangan ini mempromosikan energi matahari dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan.
Foto: Solar Impulse/Revillard/Rezo.ch
Di luar angkasa dengan layar surya
Sel surya memungkinkan penerbangan luar angkasa yang lebih lama. Modul sel surya dapat dibuka di luar angkasa seperti di ISS atau satelit dan kapsul tak berawak. Para peneliti bahkan merancang taman sel surya di luar angkasa. Wahana eksplorasi matahari telah terbang hingga ke Jupiter. Namun, radiasi matahari di sana 25 kali lebih lemah daripada di orbit Bumi karena matahari sangat jauh.
Foto: NASA SPACEX/HO/dpa/picture alliance
Panggilan telepon bertenaga matahari pertama
Pada tahun 1955, modul sel surya perdana dipasang di negara bagian selatan AS untuk memberikan penguatan daya ke jaringan telepon. Setelah itu menyusul terobosan teknologi untuk perjalanan luar angkasa. Sejak itu, energi surya telah digunakan untuk hampir semua aplikasi energi.
Foto: AP Images/picture alliance
Revolusi energi matahari di bidang pertanian
Bekerja di ladang memang melelahkan. "Farmdroid" robot digerakan energi surya dari Denmark ini bekerja mandiri, otomatis dan tanpa merusak lingkungan. Robot dapat menabur bibit tanaman dan menyiangi gulma. Robot tidak butuh hari libur. Energinya berasal dari modul sel surya di atap dan dikendalikan dengan GPS.
Foto: Nikolai Tuborg/Farmdroid
Energi di atas air
Para pekerja ini bangga dengan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Kenya. Instalasi memasok listrik untuk pertanian bunga di bagian utara ibu kota Nairobi. Modul sel surya dipasang pada ponton khusus. Di lokasi lain, modul sel surya terapung di danau terkadang digabungkan dengan budidaya ikan.
Foto: ecoligo GmbH
Memasok energi pulau dengan panel surya di laut
Tahun 2019, panel surya terapung dibangun di laut di Maldives untuk memproduksi listrik buat tempat wisata. Sistem berkapasitas 680-kilowatt memang kecil, tetapi sejauh ini jadi salah satu instalasi sel surya terbesar di laut. Penelitian masih dilakukan untuk pembangkit di lepas pantai karena badai, gelombang kuat dan air asin menyerang modul lebih ganas dibanding di lokasi air tawar.
Foto: Swimsol
Listrik untuk semua
Tidak ada jaringan listrik di desa Tukul di Sudan Selatan. Tapi panel sel surya sekarang memproduki listrik secara lokal untuki ponsel dan lampu. Kemiskinan energi adalah masalah besar. Tahun 2016, di seluruh dunia 840 juta orang tidak punya akses listrik. Jumlahnya diharapkan turun menjadi 650 juta pada tahun 2030, terutama berkat modul sel surya yang terdesentralisasi.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Memanen sinar matahari di pegunungan tinggi
Muttsee dekat Basel adalah reservoir tertinggi di Swiss. Sebuah instalasi panel surya raksasa dipasang di dinding bendungan. Menghasilkan listrik berlimpah, terutama di musim dingin, karena modul lebih efisien dalam cuaca dingin dan salju memantulkan tambahan sinar matahari. Sinar matahari jauh lebih kuat di ketinggian, karena kabut tetap berada di lembah. (sc/as)
Foto: Axpo
10 foto1 | 10
Kolaborasi kondisi alam dan teknologi
Turbin angin konvensional memiliki bilah seperti baling-baling raksasa yang semakin rentan dalam kondisi siklon karena semakin besar seiring kemajuan teknologi.
Turbin angin poros vertikal magnus Challenergy telah membuang bilah runcing dan menggantinya dengan bilah tegak lurus yang berputar pada sumbu horizontal ke arah angin, yang membantu menangkap energi secara lebih langsung dan membuat strukturnya lebih kokoh.
Pada Agustus lalu, perusahaan memulai demonstrasi menara 10 kilowatt di Batanes, Filipina, sebagai upaya menggabungkan pembangkit listrik tenaga surya dan baterai penyimpanan untuk menyediakan pasokan listrik yang lebih stabil di daerah tersebut di masa depan.
Seperti Jepang, Filipina, bersama dengan Cina dan Taiwan, kerap kali dilanda angin topan yang sering menghancurkan sebagian besar wilayahnya.