Buntut serangan di Brussels, Twitter diramaikan bukan saja dengan tagar #PrayforBelgium yang menyatakan solidaritas, tapi juga #StopIslam yang bernada hasutan. Namun benih kebencian ini tidak menuai buah yang diharapkan.
Iklan
Kecaman dan ungkapan belasungkawa serta solidaritas dilayangkan netizen dunia pasca serangan teror yang mengguncang ibukota Belgia, Brussels, Selasa (22/03/16). Namun serangan yang menewaskan setidaknya 34 orang ini juga dimanfaatkan segelintir pihak untuk menyebarkan kebencian.
Islamic State ISIS telah mengaku bertanggungjawab atas serangan bom di Bandara Zaventem dan stasiun metro Maalbeek ini. Pernyataan kelompok teror yang mencatut nama Islam ini kembali mencuatkan tudingan sebagian masyarakat Eropa bahwa agama ini sebagai pencetus terror.
Lewat Twitter dengan tagar #StopIslam, satu akun Twitter yang mengaku fans penjaga gawang timnas sepak bola Spanyol, Iker Casilas, ditenggarai sebagai pekicau pertamanya.
“Solidaritas saya dengan warga Belgia. Kita harus mengakhiri fanatisme ini”
Dalam beberapa menit, berbagai respon silayangkan para user Twitter di Spanyol, mengutuk #StopIslam.
"Seorang Muslim tidak identik dengan teroris, seperti juga seorang Kristen tidak sama dengan orang suci. Akhiri #StopIslam"
#StopIslam adalah kebodohan tingkat tinggi, seperti Nazi melemparkan kesalahan pada orang Yahudi."
Kritik serta kecaman terhadap tagar #StopIslam tidak hanya datang dari Spanyol. Satu analisa tweet yang gunakan tagar #StopIslam menunjukkan, sekitar 90 persen mengutuk tagar ini. Dan dengan tagar ini juga, netizen dunia mengungkapkan kicauan ungkapan kasih serta solidaritas terhadap umat Muslim yang oleh sebagian pihak dijadikan kambing hitam.
Sebenarnya tagar #StopIslam yang dipakai sehubungan dengan serangan di Belgia bukanlah untuk yang pertama kali muncul. Menurut The Washington Post, tagar ini sudah beredar sejak lima tahun lalu. Dan CNN menyebutkan, tweet bersentimen negatif seperti ini juga menjadi trending ketika kota Paris, Perancis, diguncang serangan teror beruntun. Sama seperti dalam kasus Belgia, tagar bernada hasutan ini juga berusaha menghubungkan antara Islam dan terorisme.
Inilah Wajah Islamofobia Barat
Mereka menunggangi dan bahkan ikut menggulirkan gelombang Islamofobia demi keuntungan politik. Celakanya, isu yang sama bisa menghantarkan mereka ke pucuk kekuasaan.
Foto: picture-alliance/Ralph Goldmann
Donald Trump
Boleh jadi tidak membenci Islam, tapi ia menunggangi gelombang Islamofobia pasca serangan teror di Paris dan penembakan massal di San Bernardino untuk mendongkrak dukungan politik jelang pemilu kepresidenan. Donald Trump juga pernah mengumbar bakal melarang umat Muslim memasuki Amerika Serikat, atas alasan keamanan.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Marine Le Pen
Eropa sedang dihantui Le Pen dan kemenangan partainya Front National. Anggota parlemen Eropa ini gemar mengumbar isu anti Eropa dan imigran buat menjaring dukungan. 2010 silam Le Pen mencibir kaum Muslim yang melaksanakan ibadah sholat di jalan lantaran mesjid penuh. Menurutnya hal tersebut adalah sebuah pendudukan, serupa dengan pendudukan NAZI Jerman di era Perang Dunia II.
Foto: Reuters/P. Rossignol
Lutz Bachmann
Pendiri gerakan anti Islam Jerman, Pegida, ini tidak menyembunyikan kekagumannya pada sosok Adolf Hitler. Ia pernah memuat fotonya berseragam NAZI dengan model rambut dan kumis ala sang diktatur. Bachmann gemar menyulut sikap antipati pada Islam lewat media sosial. Terakhir ia menyerang sebuah peternakan karena menyediakan daging halal. "Kita di sini tidak ingin berurusan dengan Islam," tulisnya.
Foto: Reuters/F. Bensch
Geert Wilders
"Tidak ada yang namanya Islam moderat," tutur Geert Wilders. Sosoknya tidak asing lagi buat kaum Muslim. Pendiri Partai Kebebasan ini pernah mendesak agar Belanda melarang Al-Quran, serupa seperti buku Mein Kampf karangan Adolf Hitler. "Akar masalahnya adalah sifat Islam yang fasis, ideologi sakit tentang Allah dan Muhammad seperti yang terulis dalam Mein Kampf Islam: Al-Quran," tulis Wilders.
Foto: Reuters
Dansk Folkeparti
Tahun ini Partai Rakyat Denmark menjelma menjadi kekuatan politik terbesar kedua. Salah satu bintangnya adalah Morten Messerschmidt (gambar), yang gemar menyebut minoritas Muslim Eropa sebagai beban. Dari sederet program yang dijajakan Dansk Folkeparti, sebagian besarnya membidik Islam, antara lain menghentikan migrasi Muslim dan menyamakan Islam dan terorisme berkedok agama
Foto: picture-alliance/dpa
UKIP
Serupa seperti Dansk Folkeparti di Denmark dan Perussuomalaiset di Finnlandia, UK Independence Party alias UKIP mengakomodasi suara ekstrim kanan yang kerap membidik Islam. Salah seorang fungsionaris UKIP, John Kearney, misalnya pernah menyerukan kepada kaum Katholik agar "bersedia mati," demi menangkal dominasi Islam di dunia.