Studi di Kanada menunjukkan ganja bisa menurunkan kesuburan perempuan dan keberhasilan bayi tabung. Namun, pakar Jerman menilai riset lanjutan diperlukan, terutama soal usia dan pola konsumsi.
Hasil studi menunjukkan penggunaan ganja bisa menurunkan peluang kehamilan berhasil dan lahirnya anak yang sehatFoto: Chris Young/empics/picture alliance
Iklan
Perempuan yang ingin hamil disarankan untuk tidak mengonsumsi ganja. Kesimpulan ini datang dari studi terbaru yang meneliti pengaruh zat tersebut, khususnya kandungan aktifnya, THC, terhadap kesuburan perempuan dan program bayi tabung. Para peneliti menemukan bahwa ganja bisa berdampak negatif karena mengganggu perkembangan dan kestabilan sel telur.
Dalam proses fertilisasi in vitro (IVF), sel telur dan sperma dipertemukan di laboratorium. Penulis studi ini meneliti efek THC pada sel telur manusia yang diisolasi di laboratorium, sekaligus membandingkan hasil IVF pasien yang terdeteksi memiliki THC dalam cairan folikel - cairan yang mengelilingi sel telur di dalam ovarium. Jika THC terdeteksi, artinya perempuan tersebut mengonsumsi ganja sebelum atau selama siklus IVF, dan zat itu mencapai lingkungan sel telur.
Riset dilakukan oleh tim di bawah supervisi peneliti pascadoktoral Cyntia Duval di CReATe Fertility Centre, Toronto, Kanada, bersama ilmuwan dari University of Toronto dan sejumlah institusi lain. Total ada 1.059 perempuan yang ikut dalam penelitian, dengan 62 di antaranya terdeteksi positif THC.
Para peneliti kemudian meneliti tingkat pematangan sel telur, pembuahan, serta perkembangan hingga tahap blastokista. Tahap ini penting karena merupakan fase ketika embrio siap menempel di rahim. Studi juga menyoroti potensi kesalahan dalam pembelahan sel dan peluang embrio memiliki susunan kromosom yang normal (euploidi). Susunan kromosom abnormal (aneuploidi) sering jadi penyebab keguguran.
Koreksi Mitos Kehamilan
Apakah bayi benar-benar dikandung sembilan bulan? Atau itu hanya berdasarkan kepercayaan belaka? Mungkin ada banyak hal yang berkaitan dengan kehamilan, yang sebenarnya hanya mitos saja.
Foto: picture-alliance/dpa
Bayi Dikandung Sembilan Bulan
Realitanya, lama kehamilan bisa bervariasi lebih panjang atau lebih pendek lima pekan. Demikian hasil studi yang dipublikasikan di majalah Human Reproduction. Kapan bayi lahir tergatung dari berbagai hal, antara lain kondisi tubuh dan berat tubuh ibu.
Foto: Colourbox
Jenis Kelamin Bisa Diterka dari Bentuk Perut
"Jenis kelamin bayi tidak ada urusannya dengan bagaimana penampilan perut". Demikian Shari Brasner, M.D. asisten profesor di bidang reproduksi dan ahli kelamin di Mount Sinai School of Medicine in New York City.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Heyder
Berhubungan Seks Berefek Negatif pada Bayi
Biasanya, berhubungan seks saat mengandung tidak berefek apapun atas bayi, demikian Shari Brasner, M.D. Tetapi jika posisi plasenta tidak menguntungkan, atau jika memiliki risiko melahirkan dini, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Foto: BildPix.de/Fotolia
Jika Sekali Operasi Sesar Seterusnya Juga
Menurut pengamatan selama ini, melahirkan dengan metode alamiah risikonya lebih tinggi, jika sudah pernah operasi sesar. Sehingga sebagian besar ibu hamil lebih memilih operasi sesar lagi. Tapi itu bukan hal mutlak, kata Brasner. Bagaimanapun juga lebih baik jika mendiskusikan keuntungan dan kerugian operasi sesar dengan dokter ahli kebidanan.
Foto: picture-alliance/dpa
Perempuan Hamil Tidak Bisa Olah Raga
Perempuan hamil bisa melakukan banyak hal, tergantung apa yang biasa dilakukannya sebelum hamil, kata Brasner. Alternatifnya adalah "cardio workout plan". Program olah raga ini spesial dikembangkan untuk tiap tahap kehamilan.
Foto: Colourbox/L Dolgachov
Selama Hamil Makan untuk "Dua Orang"
Mengandung bukan berarti perlu dua kali lipat kalori. Jika sebelumnyapun sang ibu sudah menyantap makanan sehat secara teratur, menambah satu dua snack atau berarti tambahan asupan sekitar 300 kalori, sudah mencukupi.
Foto: Fotolia/Subbotina Anna
Makanan dan Aktivitas Bisa Percepat Kelahiran
Banyak aktivitas tidak mendorong lebih cepatnya kelahiran bayi. Selain itu, makan banyak makanan pedas juga tidak merugikan bayi, dan tidak menyebabkan masa kandungan jadi lebih pendek. Itu hanya mitos saja, kata Brasner
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Gangguan pada perkembangan sel telur dan stabilitas genetik
Hasil penelitian cukup jelas. Pasien dengan THC positif memiliki tingkat embrio euploid yang lebih rendah, sehingga peluang hamil berhasil juga ikut menurun.
Iklan
Memang, sel telur pada pasien yang terdeteksi THC tampak lebih cepat matang, tetapi embrio dengan kromosom normal jauh lebih sedikit, hanya 60 persen dibandingkan 67 persen pada kelompok kontrol. Kondisi ini bisa mengurangi kemungkinan kehamilan berhasil dan lahirnya anak yang sehat.
Di laboratorium, THC memicu lebih banyak kesalahan distribusi kromosom dan merusak struktur sel telur. Kelainan pada spindle, yaitu bagian penting yang mengatur pembelahan sel, lebih sering muncul terutama pada dosis THC yang lebih tinggi. Kesalahan di tahap ini berpotensi menyebabkan keguguran atau gangguan perkembangan.
Analisis genetik dalam studi ini juga menunjukkan bahwa THC memengaruhi aktivitas gen pada sel telur yang berfungsi mengatur pembagian materi genetik. THC juga memengaruhi gen yang mengendalikan matriks ekstraseluler, jaringan protein dan molekul lain yang menjaga stabilitas sel serta penting bagi implantasi dan perkembangan embrio.
Bisnis Ganja Para 'Biarawati'
Mereka bukan suster biasa. Mereka tak berafiliasi pada agama apapun. Para perempuan berpakaian biarawati yang tergabung dalam "Sisters of the Valley" ini bekerja dalam misi untuk penyembuhan lewat produk ganja.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Bertanam ganja
Dekat kota Merced di sebuah lembah di tengah California, para 'biarawati' yang tergabung dalam "Sisters of the Valley" ini bukan hanya bercocok tanam buah, sayur dan kacang-kacangan. Mereka juga bertanam dan memanen: ganja.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Bukan biarawati biasa
Mereka bukanlah biarawati biasa yang dikenal akrab dengan ruang lingkup gereja Katholik. Meski berhaluan monatisisme, para biarawati tidak termasuk dalam ordo Katolik manapun, Namun para perempuan ini saling memanggil rekannya dengan istilah 'suster' atau saudara perempuan lebih karena kebiasaan. Persaudaraan itu berdiri sejak tahun 2014.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Dari 'Sister Occupy' menjadi Suster Ganja
Tokoh di balik 'sisterhood' ini adalah Suster Kate yang bernama asli Christine Meeusen. Ia berpakaian ala biarawati Katholik, bergabung dengan gerakan protes Occupy Wall Street di AS tahun 2011. Ia mendorong orang-orang agar menaruh perhatian pada isu-isu publik.
Foto: Reuters/L.Nicholson
Menasbihkan diri sendiri
Para ‘suster’ ini menasbihkan diri mereka sendiri sebagai sekelompok biarawati, tapi tidak terkait dengan agama mana pun. Mereka menanam ganja yang nantinya dipanen dan dijual sebagai obat. Mereka mengklaim kalau produk yang mereka jual 100 persen organik. Produk yang mereka buat dari daun ganja pilihan dapat mengobati berbagai penyakit,
Foto: Reuters/L. Nicholson
Lima elemen
"Ketika orang mengatakan, 'Toh, mereka bukan biarawati sejati,' jawab Suster Kate: tidak ada biarawati. Mereka punah di negeri ini. "Jika Anda mencari apa yang mendorong persaudaraan perempuan, ada lima elemen ... Kita hidup bersama, kita mengenakan pakaian yang sama, kita bersumpah untuk mematuhi siklus bulan, kita bersumpah demi kesucian dan ekologi.”
Foto: Reuters/L. Nicholson
Mengeringkan daun ganja
Daun-daun ganja ini mereka keringkan sebelum diproduksi.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Produk-produk berbasis ganja
Suster Freya membuat salep dan tonik dari bahan cannabidiol CBD yang memiliki sifat analgesik, anti-inflamasi dan anti rasa cemas. Para 'biarawati ganja' ini menjelaskan bahwa daun dan galur mariyuana, memiliki tingkat Tetrahydrocannabinol (THC) yang sangat rendah.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Dikemas kecil-kecil
Minyak dan kandungan CNB dari ganja saat dikemas di dalam wadah kecil sebelum dipasarkan. Produk-produk mereka juga dijual lewat online ke Kanada.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Obat migran dan penyakit lainnya
Namun, para “suster” ini mengatakan tidak pernah memproduksi zat THC yang dapat menyebabkan penggunanya mabuk. Mereka membuat minyak CBD yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit di antaranya migrain, pusing, sakit telinga, dan sakit gigi.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Keuntungan dari bertanam ganja
Saat ini, Sisters of the Valley menjalankan toko yang sangat sukses yang menjual produk ganja di Etsy, dengan hasil penjualan setinggi US$ 40.000 per bulan. mereka meraup keuntungan ratusan ribu dollar AS pada tahun 2016. Keuntungan disumbangkan ke berbagai pihak dan diinvestasikan kembali dalam produk untuk pembibitan.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Umat Katholik mentolerir para 'biarawati' ini?
Lebih dari dua lusin negara bagian AS telah melegalkan beberapa bentuk ganja untuk penggunaan medis atau rileksasi, namun obat tersebut tetap ilegal di tingkat federal. Kalifornia melegalkan penggunaan ganja untuk rileksasi pada November 2016. “Sejauh ini, umat Katolik memahami apa yang sedang kami lakukan," klaim Suster Kate.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Pantang mundur
Bisnis “biarawati” ini terancam ditutup akibat rencana pelarangan pertanian ganja di wilayah Mercer, Kalifornia.Pemerintahan Donald Trump dan Jaksa Agung Jeff Sessions, pengkritik legalisasi ganja, telah jadi kekhawatiran beberapa industri ganja yang baru dilegalkan di negara ini. Tapi "biarawati gulma" itu mengatakan bahwa pemerintahan baru tak kendurkan tekad mereka.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Produk lainnya
Tak hanya minyak, tonik dan salep, ada pula produk lain ynag diproduksi para 'Sistes of the valley' ini. Sabun ini juga terbuat dari bahan mariyuana. Namanya: Sabun Kudus.
(Ed:Purwaningsih/Farid)
Foto: Reuters/L. Nicholson
13 foto1 | 13
Butuh penelitian lanjutan
Temuan ini dianggap signifikan salah satunya oleh Dr. Artur Mayerhofer dari Biomedical Center, Ludwig Maximilian University (LMU) Munich, yang tidak terlibat dalam riset. Ia menyebut data ini sebagai yang terbaik sejauh ini. Namun, ia juga mengingatkan keterbatasannya. Menurutnya, kelainan spindle juga meningkat seiring bertambahnya usia perempuan, sementara faktor usia belum cukup diperhitungkan dalam studi karena jumlah kasus masih terlalu kecil.
Pendapat serupa disampaikan Dr. Wolfgang Paulus, kepala pusat toksikologi reproduksi di Ulm University Hospital. Ia menilai pasien bayi tabung umumnya berusia lebih tua dan lebih mungkin punya predisposisi genetik, sehingga kehamilan sukses memang jarang tercatat. Menurutnya, efek THC mungkin lebih kecil pada perempuan muda yang tidak punya kelainan genetik. Paulus juga mengkritik studi ini karena tidak memuat detail konsumsi ganja, seperti frekuensi, dosis, maupun cara pemakaian.
Meski temuan penting sudah ada, mekanisme kerja THC masih belum jelas. Mayerhofer menekankan, penelitian pada satu jenis sel saja, misalnya oosit dalam IVF, hanya memberi gambaran terbatas. Untuk itu, penelitian lanjutan diperlukan, termasuk faktor-faktor lain yang belum diperhitungkan, seperti konsumsi obat atau zat lain.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman