1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Studi di Jerman dengan Beasiswa EPOS

21 September 2019

Banyak kesempatan untuk kuliah di Jerman dengan beasiswa. Salah satunya adalah beasiswa DAAD program EPOS. Apa itu? Bagaimana cara mendaftarnya?

Bonn | Fikri Angga Reksa, indonesischer Student der United Nations University
Foto: DW/N. Ahmad

Abdul Fikri Angga Reksa, biasa disapa Fikri, kuliah di Bonn, Jerman. Dia menuntut ilmu di United Nations University (UNU) dan University of Bonn dalam program studi Geography of Environmental Risks and Human Security. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu melanjutkan studi untuk jenjang S2 dengan beasiswa dari Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD). DAAD merupakan lembaga pertukaran akademis Jerman, yang senantiasa memberi dukungan finansial untuk pertukaran mahasiswa, akademisi dan ilmuwan di seluruh dunia. Fikri berhasil memenangkan beasiswa DAAD untuk program EPOS (Entwicklungsbezogene Postgraduiertenstudiengang) atau beasiswa untuk studi yang terkait dengan pembangunan. Bagaimana proses Fikri melamar beasiswa? Apa persyaratan yang harus dia penuhi? Apa kiat dari Fikri untuk memenangkan beasiswa DAAD? DW Indonesia menemui Fikri beberapa waktu lalu. Ini rangkuman wawancaranya.

DW: Fikri, biasanya untuk melamar beasiswa, yang pertama harus diperhatikan adalah persyaratan administrasi. Menurut pengalaman kamu, apa persyaratan administrasi beasiswa DAAD EPOS yang harus dipenuhi?

Fikri: Untuk beasiswa EPOS-DAAD ini, kita wajib mengirimkan dua paket aplikasi secara terpisah. Pertama ditujukan untuk pihak EPOS-DAAD dan kedua untuk pihak kampus yang kita tuju. Jadi, perlu diingat juga untuk selalu memperhatikan persyaratan administrasi di kampus yang kita pilih. Tetapi, dokumen-dokumen yang dipersiapkan untuk EPOS-DAAD dan pihak kampus biasanya sama.

DAAD, berkantor di Jerman, memberikan kesempatan beasiswa pertukaran mahasiswa, dosen dan peneliti di seluruh dunia. Foto: DW/N. Ahmad

Pengalaman melamar di program magister yang saya pilih, ada beberapa persyaratan yang harus saya penuhi antara lain: sertifikat IELTS (skor minimal 7.0) atau TOEFL (minimal 550 untuk paper-based, 213 untuk computer-based, dan 80 untuk internet-based), ijazah S1 beserta transkrip nilai, surat rekomendasi dari dosen pembimbing/profesor di universitas tempat kita menempuh studi sarjana, surat rekomendasi dari atasan, surat keterangan pengalaman kerja minimal dua tahun, CV dan form aplikasi beasiswa, ringkasan skripsi, dan statement letter atau surat motivasi.

Jika ada, kita juga bisa melampirkan dokumen lain yang relevan dengan program studi misalnya, sertifikat pelatihan komputer atau sertifikat kemampuan bahasa asing lainnya. Semua dokumen yang dikirim harus dalam Bahasa Inggris dan dilegalisasi untuk menjamin orisinalitasnya. Jadi, kalau ada dokumen yang masih berbahasa Indonesia harus diterjemahkan ke penerjemah tersumpah.        

Dari semua persyaratan tersebut, menurutmu mana yang bobotnya paling besar jadi harus dipersiapkan sebaik mungkin?

Patut digarisbawahi, semua persyaratan memiliki bobot nilai yang sama besar dan mutlak harus dipenuhi. Namun, hal yang paling menantang dalam persiapan melamar beasiswa bagi saya adalah menulis surat motivasi. Sebab kita dituntut untuk secara lugas dan bernas menyampaikan tujuan kita belajar di program yang kita pilih beserta kontribusi apa yang bisa kita lakukan setelah menyelesaikan program tersebut.

Sekadar tips, sebaiknya kita tidak menulis surat motivasi dengan format yang sudah ada di internet. Melalui surat motivasi inilah seharusnya kita bisa menunjukkan kemampuan yang kita miliki. Jadi, jangan ragu untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif. Saya juga meminta bantuan dua orang teman baik saya untuk memeriksa surat motivasi yang saya buat.

Selain itu, untuk mendapatkan sertifikat Bahasa Inggris pun cukup menguras tenaga, waktu, dan biaya. Beruntungnya, sekarang mulai banyak platform digital gratis untuk latihan tes IELTS/TOEFL. Jangan lupa terus berlatih untuk meraih target skor yang kita inginkan.  

Apa lagi proses yang harus kamu jalani setelah mengirimkan semua persyaratan administratif?

Setelah mengirimkan dokumen, saya menunggu kurang lebih dua bulan sebelum akhirnya mendapat undangan untuk interview via Skype. Dalam wawancara tersebut saya diwawancarai oleh dua orang dari perwakilan UNU-EHS (Institute for Environment and Human Security-red) dan University of Bonn serta satu orang lagi dari pihak EPOS-DAAD. Durasi wawancara hanya sekitar 15 menit.

Sebagai mahasiswa United Nations University, Fikri berkuliah di markas PBB di Bonn, Jerman.Foto: DW/N. Ahmad

Saya banyak ditanya seputar latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kemudian, saya ditanya mengenai rencana setelah lulus kuliah. Selain itu, pengetahuan mengenai konsep dasar manajemen bencana dan isu perubahan iklim juga turut disinggung walaupun hanya dua pertanyaan. 

Bagaimana dan setelah berapa lama hasil seleksi penerima beasiswa diumumkan?

Saya mendapatkan hasil penerimaan mahasiswa di UNU-EHS sekitar satu bulan setelah wawancara. Bersamaan dengan pengumuman itu, saya juga diberitahu bahwa permohonan aplikasi beasiswa saya diterima. Pengumuman kelulusan beasiswa tersebut disampaikan lewat email.

Setelah kamu diberitahu bahwa kamu mendapatkan beasiswa EPOS-DAAD di Bonn, apa proses selanjutnya?

Proses selanjutnya adalah mengunggah ulang dokumen-dokumen yang pernah kita kirimkan ke laman khusus penerima beasiswa DAAD yang disebut Portal DAAD. Tidak berapa lama kemudian, pihak kampus akan mengirimkan semua dokumen yang kita butuhkan untuk mengurus visa pelajar di Jerman. Sebagai penerima beasiswa DAAD, proses pengurusan visa terbilang lebih mudah. Kita tidak membutuhkan block account (rekening jaminan-red) dan juga tidak dipungut biaya visa.

Selain mengurus persiapan dokumen untuk berangkat ke Jerman, penerima beasiswa wajib mengikuti program kursus Bahasa Jerman daring bersama Deutsch Uni-Online (DUO) Course. Kita diwajibkan mengikuti kursus tersebut sekitar satu bulan sebelum keberangkatan kita ke Jerman.

Ketika sampai di Jerman (Bonn), apa hal yang pertama kamu lakukan?

Sebelum mengikuti kegiatan perkuliahan, saya harus mengikuti kursus Bahasa Jerman di Köln hingga level B1. Ada juga beberapa teman yang cukup kursus sampai level A2. Bahasa pengantar yang kami gunakan dalam perkuliahan di UNU-EHS memang Bahasa Inggris, akan  tetapi Bahasa Jerman juga tidak kalah penting untuk memudahkan kegiatan sehari-hari. Ketika tiba di Köln, saya juga tidak perlu memikirkan akomodasi karena sudah dipersiapkan oleh pihak DAAD.

Di sela-sela waktu kursus, saya mulai mengurus keperluan administrasi selama tinggal di Jerman seperti, registrasi di kantor pemerintah kota, membuat rekening bank dan mengurus kartu asuransi kesehatan. Kita juga harus datang ke kantor Ausländeramt (kantor urusan imigrasi-red) untuk mengurus izin tinggal sementara. Karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jerman, saya merasa urusan administrasi di Jerman menjadi relatif mudah.

Bagaimana dengan biaya hidup selama kuliah? Apakah dukungan dana beasiswa dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup?

Setiap bulan saya mendapatkan beasiswa sebesar 850 euro. Uang tersebut terbilang cukup untuk kebutuhan sehari-sehari selama satu bulan di Bonn. Untuk akomodasi, makan, biaya kuliah per semester dan hiburan. Intinya tergantung gaya hidup kita.

Untuk penghematan, biasanya saya memasak sendiri di rumah, karena harga makanan di restoran cukup mahal. Tapi jangan khawatir, selama di Bonn kita tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi. Kita bisa bepergian gratis di sepanjang provinsi Nordrhein-Westfalen (NRW) menggunakan moda transportasi umum (bus, tram, kereta) dengan kartu mahasiswa yang kita miliki. 

Selain memperoleh uang bulanan, DAAD juga memfasilitasi dana tambahan lainnya seperti subsidi untuk akomodasi, biaya penelitian lapangan, dana untuk keikutsertaan seminar atau konferensi dan satu kali tiket pulang-pergi ke tanah air. DAAD juga membiayai premi asuransi kesehatan kita selama tinggal di Jerman. Bagi yang sudah berkeluarga, DAAD juga memberikan dana tambahan untuk suami/istri dan maksimal dua anak. 

Apa saranmu untuk calon mahasiswa dari Indonesia yang ingin melamar beasiswa DAAD?

Kata kuncinya, persiapan. Saya percaya segala sesuatu yang dipersiapkan dengan baik, akan memperoleh hasil yang baik pula. Jika dibutuhkan, berdiskusi dengan orang yang pernah menerima beasiswa biasanya sangat membantu untuk mendapatkan inspirasi. Yang pasti, jangan pernah ragu untuk mencoba melamar beasiswa. Sebab kita tidak akan pernah tahu sebelum kita mencoba. Serta yang terakhir, jangan lupa berdoa dan juga meminta doa restu dari orang tua agar jalan untuk mendapatkan beasiswa menjadi lebih mudah.

Wawancara dilakukan oleh Zakia Ahmad.

*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal YouTube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.