Ekosistem Amazon Bisa Hancur Sepenuhnya Kurang dari 50 Tahun
11 Maret 2020
Studi terbaru menyebut ekosistem hutan hujan Amazon dan terumbu karang raksasa Karibia dapat rusak lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya. Peneliti mengatakan manusia tidak punya banyak waktu untuk mencegahnya.
Iklan
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa ekosistem yang berukuran besar seperti hutan hujan Amazon dan terumbu karang raksasa Karibia terancam rusak lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Hasil penelitian yang diterbitkan pada Selasa (10/03) ini mengatakan bahwa ekosistem yang lebih besar berpotensi rusak lebih cepat dibandingkan ekosistem yang lebih kecil. Ekosistem yang berukuran besar memang membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai titik kritisnya. Namun, begitu titik itu tercapai, kerusakan akan terjadi lebih cepat dibanding ekosistem yang lebih kecil.
‘‘Pesan-pesan dalam penelitian ini sangat jelas. Kita perlu mempersiapkan perubahan ekosistem planet kita, lebih cepat dari yang kita bayangkan sebelumnya,’’ ujar Profesor John Dearing dari University of Southampton, ketua peneliti yang penelitiannya dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.
Menurut penelitian ini, setelah melewati ambang batas, maka hutan hujan Amazon bisa hancur sepenuhnya dalam waktu 49 tahun mendatang. Sedangkan terumbu karang Karibia akan mati kurang dari 15 tahun. Penyebab utama hancurnya hutan hujan Amazon adalah deforestasi besar-besaran. Sedangkan hancurnya terumbu karang Karibia akibat polusi dan pengasaman yang mempengaruhi kesehatan karang.
‘’Temuan ini adalah ajakan untuk menghentikan kerusakan yang sedang terjadi pada lingkungan alam kita yang memaksa ekosistem mencapai batasnya,’’ ujar Dearing.
Para peneliti ini mempelajari 42 ekosistem yang berbeda-beda dari segi ukurannya, termasuk ekosistem darat, laut, dan air tawar. Namun, ada pula peneliti yang mengritik bahwa penelitian ini tidak cukup karena tidak ada hutan hujan tropis yang termasuk dalam ekosistem terestrial yang diteliti.
‘‘Sangat tidak mungkin, jika bukan para penganut distopia, untuk mengharapkan bahwa wilayah setengah ukuran Eropa akan mengalami perubahan vegetasi total hanya dalam 50 tahun,‘‘ sebut Erika Berenguer, peneliti senior di Universitas Oxford, kepada kantor berita Reuters.
‘‘Meskipun tidak disangkal bahwa Amazon memang berada pada risiko besar dan titik kritisnya, namun klaim seperti itu tidak membantu ilmu pengetahuan atau pembuat kebijakan,‘‘ tambahnya.
Sementara, para penulis penelitian itu mengatakan bahwa umat manusia perlu mempersiapkan diri terhadap perubahan yang mungkin akan datang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Peneliti mengatakan hutan hujan Amazon dapat mencapai titik kritisnya pada awal tahun depan.
Memerangi Pembalakan Liar di Amazon
Hutan Amazon menyerap sekitar 2 miliar ton karbon dioksida per tahun. Memanfaatkan Amazon, badan pecinta lingkungan Brasil mencoba untuk melindungi paru-paru hijau Bumi – namun minimnya dana mengancam proyek mereka.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Lindungi paru-paru hijau
Wilayah hutan tropis di Amazon mencakup lebih 6,5 juta kilometer persegi atau dua kali luas India. Tiga-perempat kawasan itu terletak di Brasil. Namun kini, paru-paru hijau Bumi itu terancam oleh penebangan liar dan penambangan ilegal.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Tertangkap basah
Bekerjarsama dengan polisi militer, Brazilian Institute of Environment and Renewable Natural Resources (IBAMA) memburu penebang liar, mencoba untuk menangkap basah aksi mereka. Dalam foto ini, agen IBAMA membidik truk pengangkut kayu illegal.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Langsung ditindak
IBAMA serius dan tidak tanggung-tanggung dalam aksinya menumpas penebang liar. Siapa pun yang tertangkap tangan, bakal merasakan tangan besi dari pihak otoritas ini - seperti foto di atas: Di dekat kota Novo Progresso, negara bagian Pará. kayu illegal dlangsung dibakar di tempat bersama dengan truknya.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Pekerjaan berbahaya
Pekerjaan melindungi kelestarian hutan tropis di Brasil berisiko tinggi, karena banyak penebang kayu atau penambang emas liar membawa senjata api. Pada bulan Juni, perambah hutan menembak mati seorang polisi saat bertugas.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Keberhasilan makin sulit
Program menghalau penebang liar, dari IBAMA cukup sukses. Tapi keberhasilan kini terancam semakin merosot. Krisis ekonomi mempengaruhi kinerja badan lingkungan tersebut, karena pendanaan berkurang sepertiganya dalam beberapa tahun terakhir.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Miskin peralatan
Hilangnya dana memiliki konsekuensi: "Para penebang liar punya perlengkapan lebih banyak ketimbang kami," kata Uiratan Barroso, wakil IBAMA dari negara bagian Para. "Selama kita kekurangan uang, kita tidak bisa melakukan pekerjaan kami dengan baik."
Foto: Reuters/U. Marcelino
Penurunan nyata deforestasi
Dari tahun 2004 hingga 2012, laju deforestasi di kawasan Amazon menurun 80 persen. Tapi selama empat tahun terakhir, peningkatan sukses hanya mencapai 35 persen. Pada tahun 2015, kawasan hutan yang dibalak liar luasnya lebih 5.000 kilometer persegi atau empat kali lipat luas Los Angeles.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Dukungan dari Jerman dan Norwegia
Pemerintah Brasil mengakui bahwa perlengkapan IBAMA masih buruk untuk bisa melaksanakan tugasnya. Amazon Fund yang bertujuan untuk mengumpulkan donasi untuk memerangi deforestasi, akan memberikan sekitar 15 juta Euro untuk membantu memperbaiki situasi. Dananya terutama berasal dari Jerman dan Norwegia. Penuils: Christoph Ricking (ibr/ap/vlz)