Setelah menurun signifikan akibat pandemi COVID-19, emisi karbon dioksida kembali naik mendekati rekor baru. Cina menjadi negara penyumbang emisi terbesar, kata para peneliti.
Iklan
Keuntungan dari penurunan emisi karbon tahun lalu sebagai impak "lockdown" saat pandemi Covid-19, hilang seketika saat kegiatan ekonomi kembali pulih di seluruh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Proyek Karbon Global pada Kamis (04/11).
Meningkatnya emisi, terutama disebabkan oleh karbon dioksida berbahaya yang dipancarkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas, kata laporan itu.
Para peneliti mengatakan, mereka telah memperkirakan emisi akan meningkat lagi, setelah melihat penurunan selama tahun pandemi, tetapi peningkatannya "lebih besar dari yang diprediksi."
"Kami memprediksi akan terjadi beberapa kenaikan kembali emisi. Yang mengejutkan kami adalah intensitas dan kecepatan kenaikan ulang itu," kata Pierre Friedlingstein, penulis utama laporan dan peneliti pemodelan iklim di University of Exeter.
Para peneliti mencatat, emisi dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas bumi turun selama pandemi. Namun, emisi gas meningkat sebesar 2% dan emisi batu bara sebesar 1% antara 2019 dan 2021.
Studi tersebut memperkirakan, pada tahun 2021 dunia akan memuntahkan emisi 36,4 miliar metrik ton karbon dioksida, dibandingkan dengan 36,7 miliar metrik ton dua tahun lalu.
Rekor Suhu Terpanas Dunia dalam Sejarah
Entah itu di Lapland, Kanada atau India, suhu musim panas tahun ini lebih panas dari biasa. Bahkan belahan bumi selatan pun merasakan hal ini. Selandia Baru mencatat musim dingin terhangat dalam 100 tahun terakhir.
Foto: BC Wildfire Service/AFP
Lytton, Kanada: Kebakaran dan panas yang ekstrem
Lytton di Kanada mencatat rekor suhu tertinggi pada 2 Juli, hampir 50 derajat Celcius. Beberapa hari kemudian, desa tersebut hangus dilanda kebakaran hutan. Para ahli memperingatkan kubah panas seperti ini akan makin sering terjadi di Amerika Utara, dipicu pemanasan global yang memperlambat "jet stream" di Troposfer. Kondisi panas ekstrem ini dapat berlangsung beberapa pekan.
Foto: BC Wildfire Service/AFP
Kevo, Finlandia: rekor suhu terpanas di Eropa Utara
Ini adalah bulan Juli terpanas di Lapland sejak 1914 dengan suhu tertinggi 33.6℃ di Finlandia Utara. Beberapa bagian Skandinavia juga mengalami kenaikan suhu sekitar 10-15℃ dari biasanya. Ahli meteorologi mengatakan, rekor panas di Eropa Utara ada kaitannya dengan kubah panas di atas Amerika Utara
Foto: Otto Ponto/Lehtikuva/AFP/Getty Images
New Delhi, India: Kematian terkait suhu panas dan musim hujan yang tidak menentu
India juga jauh lebih panas tahun ini. Di awal Juli, ibu kota New Delhi mencatat temperatur 43℃, suhu terpanas dalam 9 tahun terakhir. Awal musim hujan tahun ini juga terlambat sekitar sepekan. India setidaknya telah mendata 6.500 kematian yang berkaitan dengan panas ekstrem sejak 2010.
Siberia juga mengalami panas terik tahun ini, dengan temperatur melebihi 30℃ di bulan Mei, membuat daerah lingkaran Arktik ini lebih hangat dari sebagian daerah Eropa lainnya. Kekeringan dan suhu tinggi memicu kebakaran hutan hebat di daerah Rusia Utara. Dan ibun atau tanah beku abadi alias permafrost mulai mencair, melepaskan CO2 dan metana ke atmosfer
Foto: Thomas Opel
Selandia Baru: Winter yang hangat
Musim dingin di belahan bumi Selatan juga lebih hangat tahun ini. Hastings, Selandia Baru mencatat kenaikan suhu pada 22℃ bulan lalu. Itu adalah Juni terpanas dalam 110 tahun, lapor Badan Meteorologi Nasional (NIWA). Rata-rata kenaikan suhu sekitar 2℃. Musim dingin yang lebih hangat menjadi masalah untuk pertanian dan tentu saja tempat wisata ski.
Foto: kavram/Zoonar/picture alliance
Mexicali, Meksiko: Drama kekeringan
Meksiko mencatat bulan Juni paling panas dengan suhu hingga 51.4℃. Meksiko sedang mengalami kekeringan terburuknya dalam 30 tahun terakhir. Baja California sangat terpengaruh dan sungai Colorado di kawasan itu mulai kering kerontang. Volume air di waduk dekat Meksiko City juga menyusut drastis.
Foto: Fernando Llano/AP/dpa/picture alliance
Ghadames, Libya: Panas gurun di Afrika Utara
Semenanjung Arab dan Afrika Utara juga sangat panas tahun ini. Gurun Sahara mencatat temperatur 50℃ bulan lalu. Sedangkan di barat dari Libya, suhu naik 10 derajat dari suhu normal di bulan Juni, lapor Badan Meteorologi Nasional. Suhu di kota oasis Ghadames naik hingga 46℃ dan di ibu kota Tripoli nyaris mencapai 43℃. (mn/as)
Foto: DW/Valerie Stocker
7 foto1 | 7
Cina, negara penyumbang emisi terbesar
Cina menyumbang sebagian besar emisi batu bara dan gas global itu.
Xie Zhenhua, negosiator iklim PBB dan utusan iklim khusus untuk Cina, pada Selasa (02/11) kepada wartawan mengatakan, Cina adalah salah satu penghasil emisi terbesar karena masih merupakan ekonomi berkembang.
Cina juga menjadi kontributor utama emisi pada tahun 2020, karena investasi untuk memacu pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona menyebabkan penggunaan batu bara yang lebih besar pada tahun itu, bahkan ketika emisi turun di negara lain.
Cina dan India, penghasil gas rumah kaca terbesar dan ketiga terbesar di dunia, diperkirakan akan menghasilkan emisi yang lebih tinggi pada tahun 2021 dibanding 2019. Sementara Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan memiliki level emisi karbon yang sedikit lebih rendah.
Iklan
Laporan dirilis saat para pemimpin dunia hadiri COP26
Laporan itu dirilis ketika para pemimpin dunia menghadiri KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia. Konferensi iklim PBB tersebut dihadiri oleh lebih dari 120 kepala negara yang mencoba mencari cara untuk menjaga keaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius.
India pada pembukaan COP26 berjanji, untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2070. Cina menyerahkan dokumen untuk menegaskan kembali janjinya yang dilontarkan pada tahun 2020 - yakni mencapai nol bersih pada tahun 2060 - meskipun kepala negaranya tidak menghadiri KTT tersebut.