Studi: Muslim Non-Jerman Enggan Berintegrasi
1 Maret 2012Menteri Dalam Negeri Jerman Hans-Peter Friedrich menyatakan bahwa siapapun yang menentang kebebasan dan demokrasi di Jerman tidak akan memiliki masa depan di Jerman. Pernyataan tersebut menjadi respon Friedrich terhadap sebuah laporan yang menunjukkan hampir seperempat Muslim non-Jerman berpandangan anti-Barat dan tidak tertarik untuk berintegrasi.
"Pemerintah Jerman memperhatikan latar belakang budaya dan identitas para imigran," ujar Friedrich kepada harian Bild. "Tapi kami tidak menerima impor pandangan otoriter, anti-demokrasi dan ekstremis agama."
Sebuah laporan yang dirilis Kementerian Dalam Negeri Jerman menemukan bahwa 24 persen dari total Muslim non-Jerman berusia antara 14 hingga 32 tahun masuk kategori 'sangat religius dengan kebencian yang kuat terhadap Barat, kecenderungan menerima kekerasan dan keengganan berintegrasi.' Persentasenya menurun jadi 15 persen diantara Muslim yang berkewarganegaraan Jerman.
Lebih dari tigaperempat Muslim Jerman yang diwawancarai untuk studi tersebut mengatakan mereka mendukung integrasi ke dalam budaya mayoritas. Sedangkan hanya separuh lebih dari Muslim non-Jerman yang menyatakan setuju. Studi menyebutkan sebuah 'diskriminasi berorientasi kelompok' terhadap pendatang sebagai alasan yang memungkinkan di balik hasil studi.
Studi tidak berguna
Statistik didasarkan pada wawancara telpon dengan 700 Muslim Jerman dan non-Jerman antara Februari 2009 hingga Juni 2011. Studi ini mendapat kritik tajam dari para anggota partai pro-bisnis Partai Liberal (FDP) karena dinilai menghambur-hamburkan uang negara untuk riset yang tidak berguna.
"Saya harus bertanya mengapa Kementerian Dalam Negeri kembali menggunakan uang pajak untuk membiayai studi yang menciptakan kepala berita namun bukan pengetahuan atau pencerahan," tegas ahli kebijakan integrasi FDP Serkan Tören kepada harian Neue Osnabrücker Zeitung. Menurutnya, kekerasan diantara anak muda disebabkan 'isu sosial, bukan religius.' Identitas agama kerap menjadi 'cangkang kosong' bagi Muslim generasi muda yang tidak begitu saja mempengaruhi perbuatan mereka.
Carissa Paramita/dw
Editor: Edith Koesoemawiria